Sementara di dunia nyata, Raka yang melakukan operasi dan dipindahkan di ruangan ICU yang ditemani oleh Launa yang setia disana.
“Bagaimana dok keadaannya?” tanya Launa setelah melihat dua dokter yang memeriksa kondisi Raka yang mengalami masa kritis itu.
“Kondisi Tuan Raka masih dalam keadaan kritis, luka dibagian kepalanya berhasil dihentikan. Untung saja nona cepat membawa tuan ke rumah sakit kalau terlambat dua menit saja, tuan hampir tak selamatkan.” jelas Dokter Ray yang Launa tahu namanya dari nametag pria tampan itu.
“Apa sudah menghubungi keluarga Tuan Raka?” tanya Dokter Jesika yang berdiri disebelah Dokter Ray untuk menanyakan itu pada Launa.
Launa menggeleng cepat.
“Belum dok, aku tidak tahu siapa orang tua kakak ini.” jawab Launa jujur.
“Baiklah, kalau begitu saya bantu menghubungi keluarga Tuan Raka. Kalau begitu saya permisi dulu.” sahut Dokter Jesika lalu menatap Dokter Ray yang mengerti tatapan matanya.
“Iya Dok, terima kasih atas bantuannya.” balas Launa tersenyum melihat kedua dokter pamit undur diri dari hadapannya.
Launa mendudukkan dirinya dikursi yang bersebelahan dengan pasien. Launa masih mengenakan pakaian steril agar terhindar dari kuman dengan lengkap. Dilihatnya wajah tampan pucat itu yang dihiasi oleh balutan perban untuk menutupi luka dan alat bantu pernapasan untuk membantunya agar tetap hidup.
“Jadi nama kakak ini Raka? Hem… Salam kenal ya kak, namaku Launa dan aku harap kakak semoga cepat sembuh,” ucap Launa terdengar tulus.
Launa memilih menunggu Kak Raka sampai keluarganya datang. Ia menatap jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi, belum ada tanda-tanda keluarga Kak Raka datang ke rumah sakit.
“Sepertinya masih lama menunggu, lebih baik aku beristirahat dulu di sofa itu. Huh, tubuhku terasa pegal apalagi beradu argumen dengan Pak supir tadi yang ingin melarikan diri lagi. Sungguh, Launa bisa geleng-geleng kepala memahami sifat aslinya yang tidak bertanggung jawab dan Launa bukanlah wanita bodoh karena ia dengan tegas akan melaporkan kepada pihak berwajib apabila tidak membayar administrasi rumah sakit. Tidak perduli, siapa pria tampan yang terbaring lemah dihadapannya ini. Yang terpenting Launa wajib menyelamatkan nyawa pria tampan agar tetap hidup.
“Kak Raka, aku izin istirahat dulu ya di sofa. Nanti, kalau kakak sudah sadar dan ingin meminta sesuatu cukup panggil aku saja.” walaupun Kak Raka dalam keadaan kritis tapi Launa tahu kalau kak Raka akan mendengar perkataannya dialam sadarnya. Mengingat menurut buku kesehatan milik temannya yang kuliah bagian kesehatan dan dirinya bagian komunikasi mudah memahami materi pelajaran yang menjelaskan bahwa orang dalam keadaan kritis atau koma masih mengetahui keberadaan orang-orang disekitarnya baik dalam perkataan dan sentuhan fisik. Namun, orang kritis atau koma tidak mampu menggerakkan tubuhnya yang mengalami luka berat dan hidupnya masih diujung tanduk.
Setelah mengatakan itu Launa berdiri dari duduknya dan melangkah mendekati sofa empuk yang disediakan untuk keluarga yang menjaga pasien di ruangan ICU rumah sakit. Direbahkannya tubuh Launa diatas sofa untuk mencari tempat nyaman untuk beristirahat sambil menunggu kedatangan keluarga Kak Raka. Sebelum tidur, Launa membaca doa tidur dan memejamkan kedua bola matanya dengan rapat hingga ia memasuki alam mimpinya.
Di dalam alam mimpinya, Launa merasakan sosok pria tampan yang menyelamatkannya dari dua preman yang ingin menculiknya itu ternyata jodohnya.
“Mungkinkah dia yang menyelamatkanku adalah jodoh yang ditentukan oleh Tuhan untukku. Tapi, kenapa dia terlihat dingin dan datar sekali.” Launa menatap dalam menuju kearah pria tampan yang berdiri dihadapannya.
“Terima kasih atas bantuannya kak. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa kalau tidak ada kakak yang datang menyelamatkanku tepat waktu. Aku sungguh mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan kakak,” ucap Launa dengan senyuman tulusnya.
“Hem…” hanya deheman saja yang Launa dengar dari suara pria tampan itu.
“Kenalin kak, namaku Launa.” Launa menyodorkan tangannya dihadapan pria tampan itu tapi sepertinya tangan Launa dianggurin.
“Raka.” mendengar perkataan pria tampan itu membuat Launa terkejut dan seketika ia terbangun dari alam mimpinya.
“Haduh, pusing sekali kepalaku. Terbangun dengan cara terpaksa apalagi memimpikan bertemu Kak Raka.” lirih Launa pelan.
Ia merubah posisi berbaringnya agar menyender dikepala sofa empuk berwarna coksu dengan tatapan mata menuju kearah Kak Raka yang masih setia terpejam. Dilihatnya, jam yang melinggar manis dibagian pergelangan tangannya apalagi jam berwarna tosca menunjukkan pukul 2 dini hari.
“Sudah jam 2 dini hari, berarti aku sudah tertidur selama 3 jam. Duh, ngantuknya aku. Bisa-bisanya aku bermimpi dengan kak Raka. Jadi, keenakan aku apalagi Kak Raka menolongku dan menjadi jodohku, eh…” Launa langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, mulutnya terlalu manja mengatakan hal-hal halu itu.
“Daripada aku berhalusinasi tinggi dengan Kak Raka, lebih baik aku tidur lagi. Kak Raka juga belum sadar dari masa kritisnya. Tapi, kenapa keluarga Kak Raka belum datang kesini? Apa mereka sedang sibuk? Sudahlah, aku lebih baik menjaga kak Raka saja disini sampai besok.” kata Launa dalam hati dengan tatapan terus melihat kondisi Kak Raka yang masih terbaring lemah diatas kasur.
Baru saja Launa ingin menyelami alam mimpinya bercampur halu itu Ia mendengar notifikasi sambungan panggilan masuk dari seseorang. Lantas, Launa langsung membuka layar kunci ponselnya yang ternyata sambungan panggilan masuk dimatikan.
Launa melihat siapa yang menelpon dirinya saat ini.
“Alea? Ngapain dia menelponku malam-malam begini?” ucap Launa dengan menyerhitkan keningnya merasa binggung. Dikliknya pesan masuk yang bertuliskan ‘Lau, angkat telponku.’
Lalu, Launa membalas pesan itu ‘Kenapa Al?’
Tak berada lama kemudian, Alea menelpon Launa lagi dan Launa langsung mengangkat sambungan panggilan masuk dari ponselnya.
Launa : “Hallo assalamualaikum,”
Alea : “Lau, aku ingin bertanya sama kamu?”
Launa : “Boleh, silahkan.”
Alea : “Apa benar kamu menuliskan status menyindir aku? Ayo ngaku aku tahu kamu melakukan itu kan aku bisa melihat statusmu?”
Mendengar perkataan Alea membuat Launa merasa binggung, ia mengklik bagian status di akun wa yang menampilkan foto empat buku yang bertuliskan keterangan keadaan dirinya merintis karier di dunia literasi, slide kedua, slide ketiga, dan slide ke empat yang menampilkan foto link novel baru beserta cover novel di platform berkoin dan gratis yang dimana Launa promosikan di akun medsosnya.
Launa : “Tidak ada, aku tidak membuat status menyindirmu kok, Al.”
Setelah Launa menjawab pertanyaan Alea, ia dikejutkan volume suara Alea berubah menjadi besar dan pastinya mengusik suasana nyaman di rumah sakit.
Alea : “Bohong kamu! Ayo mengaku kamu kan membuat status menyindirku, sudahlah mengaku saja kamu, aku sakit hati tahu gak. Dasar bangsat, gak punya agama kamu ya berani ngatain aku.”
Launa menjadi geram mendengarnya, temannya yang satu ini sepertinya otaknya sedang bermasalah. Tidak ingin dituduh dengan hal-hal yang tidak dibuatnya itu Launa langsung menyerang balik.
Launa : “Aku tidak bohong kok, aku memang tidak membuat status menyindir kamu. Kamunya saja yang baperan. Kamu ngatain aku begitu, kamu itulah bangsat gak tahu diri kamu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments