Tidak lama kemudian, datanglah satu dokter dan dua perawat yang berjalan masuk ke dalam ruang rawat Raka.
Nenek Melati yang tidak ingin menganggu aktivitas pemeriksaan, ia memilih mengajak Launa pergi dari ruangan.
Mereka duduk di kursi yang berada di depan ruang rawat VVIP Raka. Nenek Melati tampak mengamati Launa dari ujung kaki menggunakan sandal salup pink menuju bagian tubuh mungil Launa yang mengenakan pakaian stelan baju berwarna biru yang terlihat baju sejuta umat hingga bagian kepala yang rambut panjangnya dikuncit satu tidak lupa masker yang dikenakannya.
Nenek Melati yang mengetahui keinginan Raka yang ingin mencoba ilmu sihirnya itu ia memiliki keterikatan satu sama lain. Ia memahami resiko dari ilmu sihir itu apabila tidak memiliki mental kuat untuk merubah masa depan akan tetap berdampak buruk pada kenyataan pahit yang terjadi di masa mendatang. Selain itu, Nenek Melati yang melihat Raka yang memeluk erat tubuh wanita ini tampaknya memiliki rasa ketertarikan sendiri.
Mengingat, sikap baik dan perhatian dari Launa membuat Nenek Melati yakin bahwa Launa memiliki niat ada udang dibalik gorengan. Tapi, ia tidak pernah menghalangi siapapun yang ingin dekat dengan cucunya. Asalkan dia memiliki niat baik maka Nenek Melati akan setuju pada wanita itu sekalipun dia terlahir dari golongan wanita biasa saja tapi dia setuju.
"Siapa namamu, nak?" tanya Nenek Melati memulai topik pembicaraan pada Launa.
Launa yang sedang memikirkan tugas akhir kuliahnya itu ia langsung tersadar dari lamunannya. Ia menoleh ke arah wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya.
"Nama saya Launa, nek." jawab Launa tersenyum.
Nenek membalas senyuman tulus itu.
"Oh, saya neneknya Raka. Saya lihat kamu selalu menjaga cucu saya di rumah sakit dan merawatnya dengan baik. Apa kamu pelayan baru yang dipekerjakan oleh cucuku?" tanya Nenek Melati lagi.
Launa langsung menggeleng cepat saat mendengar perkataan Nenek Melati.
"Tidak nek, saya hanya menolong Kak Raka saja. Saya merasa kasihan pada dia yang tidak ada yang menjaganya dan tidak ingin dijaga oleh siapapun." jawab Launa yang teringat dengan perkataan Raka yang tidak ingin dijaga oleh siapapun dan ia yang berhasil membujuk Raka agar percaya kehadirannya untuk menolong Raka.
"Oh begitu, kalau kamu bukan pelayan lalu kenapa kamu selalu berada disini? Maaf, saya tidak bermaksud menanyakan itu tapi saya harus tahu niat dan tujuanmu?"
"Iya nek, saya mengerti atas keraguan Nenek. Niat saya baik, saya ingin menjaga dan merawat cucu nenek yang saya tolong waktu itu mencoba bunuh diri. Saya tidak ingin tingkat populasi kematian bunuh diri semakin banyak. Selain itu, saya tidak mengerti dengan keinginan hati saya agar tetap menolong cucu nenek di setiap hari." jelas Launa panjang lebar pada Nenek Melati.
Nenek Melati yang mendengar perkataan tulus Launa. Ia hanya menghela nafas kasar sejenak untuk mengakui wanita yang diawasinya selama ini wanita baik-baik. Dengan melihat dari segi pakaiannya yang tertutup dan sikapnya yang sopan dan suka menolong membuat dirinya yakin wanita muda ini cocok untuk cucunya.
"Tenanglah, jangan terlalu dipikirkan kataku tadi. Anggap saja, saya nenek kamu sendiri dan kamu bisa sering-sering menemui cucu saya setelah keluar dari rumah sakit," ucap Nenek Melati memberikan angin segar pada Launa yang tampak bahagia mendengar perkataannya.
"Baik Nek, terima kasih sudah mempercayaiku." sahut Launa tersenyum.
"Semoga Launa ini jodoh cucuku -- Raka karena aku tidak mau Raka berlarut dalam kesedihannya." doa Nenek Melati dalam hati.
***
Di dalam ruang rawat VVIP, Raka yang telah dilakukan perawatan intensif oleh dokter dan dua perawat. Ia hanya mengangguk mengiyakan perkataan dokter yang menyarankannya agar jangan banyak bergerak dan jangan banyak pikiran.
Raka mengikuti anjuran dari dokter agar kondisinya cepat stabil. Ia sangat bosan berada di rumah sakit ini selalu mencium bau obat-obatan.
"Dok, apalagi pantangan yang tidak bolah saya lakukan setelah minum obat teratur?" tanya Raka pada dokter bername tag Jiko.
"Tuan Raka butuh istirahat saja." jawab Dokter Jiko.
"Baik Dok, terima kasih." sahut Raka.
"Iya Tuan Raka, saya ingin keluar." pamit Dokter Jiko diikuti dua perawat.
Raka memejamkan kedua bola matanya sejenak, hatinya semakin gelisah dikala ia harus kehilangan kehadiran Launa.
"Memangnya Launa itu siapa aku sehingga aku merasa tidak rela kehilangannya? Kenapa aku terus memikirkannya?" tanya Raka pelan.
Ia menjambak rambutnya merasa frustasi, baru seminggu dirawat Launa di rumah sakit saja ia sudah merasa nyaman. Lalu, bagaimana cara menghilangkan rasa nyaman yang tidak diinginkannya?
"Apa aku ajak Launa menjadi pelayan rumahku saja khusus merawatku di rumah?" ide cemerlang muncul di pikiran Raka, ia tampak tersenyum bahagia saat menemukan cara terbaiknya.
"Ide yang bagus, aku rasa cara yang efektif untuk membuat Launa tetap di dekatku."
Setelah kepulangan Raka dari rumah sakit, Raka memberikan tawaran pekerjaan dengan gaji yang fantastis untuk Launa.
Launa yang mendengar penawaran kerja dari Raka dengan pekerjaan yang tidak sulit dan bisa membantu biaya yang kuliahnya. Ia merasa lega dan setuju saja. Tapi, ia takut jadwal kuliahnya terganggu. Launa memeriksa jadwal kuliah di semester tuanya hanya ada skripsi saja. Ia rasa tidak begitu sulit untuk membagi waktu untuk kuliah saat bimbingan skripsi saja.
Raka yang mengetahui pikiran Launa itu ia reflek menggenggam tangan Launa hingga pemilik tangan mungil menoleh ke arah dirinya.
"Tenang saja, aku tidak sekejam Tuan muda di novel yang kamu baca. Aku masih memiliki hati untuk bersikap manusiawi pada orang lain. Aku akan memberikan jadwal kerjamu agar tidak menggangu jadwal kuliahmu," ucap Raka.
"Tuan, terima kasih atas pengertiannya. Baiklah, aku setuju dan mohon bimbingannya agar aku bisa bekerja dengan baik." sahut Launa dengan tatapan sendunya.
"Iya." setelah Raka mengatakan itu tidak ada topik pembicaraan lagi yang terdengar di dalam mobil, selain hanya terdengar suara deru mobil yang dibawa oleh Hans saja di dalam mobil itu. Jangan tanyakan dimana keberadaan Nenek Melati? Tentu saja, Nenek Melati naik mobilnya sendiri tapi dikendarai oleh supir pribadinya.
Setelah sampai di pekarangan rumah mewah Raka, ia turun dari mobil dengan menggunakan kursi roda.
Sementara Launa yang melihat rumah mewah yang berdiri kokoh di hadapannya. Ia membuka lebar mulutnya merasa terpesona akan keindahan duniawi.
Raka yang sedari tadi memanggil Launa agar mendorong kursi rodanya, ia hanya geleng-geleng kepala saja saat melihat Launa berdiri diam menatap rumah mewahnya dengan terpesona.
"Tutup mulutmu! Cepat kerjakan tugasmu untuk mengurusiku!" ucap Raka membuat Launa terbangun dari lamunannya yang memikirkan kapan dia bisa memiliki suami kaya dan istri yang diratukan oleh kekayaan suaminya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments