...🍃Happy Reading 🍃...
Suara rintik hujan terdengar seperti alunan yang mengusik hati. Suasana malam hari ini membuat suasana hati Gama merasakan gundah. Ia sedang tersiksa oleh rindu, raganya memang sedang di negara ini tapi hati dan pikirannya tidak ia bawa. Ayana membuatnya tersiksa dengan kerinduan, mungkin jika saja Ayana tidak memutuskan kontak dengannya maka ia tidak akan serindu ini dengan wanita itu.
"Kenapa kamu harus menyiksaku seperti ini ?" ucapnya sambil menatap rintik hujan yang membasahi bumi.
Dirinya sedang duduk di balkon sambil menatap langit yang terlihat hitam pekat, tak lama kemudian hujan mengguyur bumi. Suasana sunyi dan sejuk membuat perasaan Gama tidak normal, ia merasakan sesuatu yang sangat mengusik hatinya. Rindu, sedih, penyesalan dan rasa bersalah dengan Ayana membuat dirinya selalu gelisah. Seandainya ia bisa memutar waktu, maka ia tidak ingin malam panas itu terjadi padanya dengan Ayana.
"Aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan memperjuangkan kembali cintamu saat semua urusanku selesai disini. Aku akan kembali membawamu dalam pelukanku, dan aku akan menjadikan dirimu wanita paling beruntung dan paling bahagia di dunia ini"
Gama berdiri dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia ingin segera masuk ke alam mimpi dan bertemu dengan Ayana. Meskipun hanya melihat dalam mimpi, namun itu bisa menjadi sebuah obat rindu.
🍃
Pagi harinya, Ayana sudah terbangun karena sang Omah memintanya untuk mandi dan sarapan. Dengan berat hati Ayana meninggalkan kasur itu, rasanya badannya sedikit pegal setelah tidur di kasur sang Omah. Kasur yang di dalamnya terisi kapuk bukan busa yang empuk.
Setelah mandi Ayana bergegas ke meja makan, tampak sang Mama dan Omah sedang menyiapkan sarapan untuk mereka, sementara sang Papa sedang membaca koran di depan tv.
"Anak gadis kok bangunnya telat ? Harusnya bangun pagi-pagi, memasak, beres-beres rumah ! Jangan jadi anak gadis yang manja !" ucap Omah kepada Ayana.
Ya, meskipun sang Omah menyayangi Ayana, tapi sang Omah selalu bersikap tegas dengan Ayana agar menjadi wanita yang rajin. Terkadang Ayana merasa sedikit kesal jika sang Omah datang, tapi rasa senangnya lebih banyak jika sang Omah tidak banyak bicara seperti pagi ini.
"Marahin aja Omah, di rumah juga Ayana malasnya minta ampun, padahal seharusnya banyak-banyak belajar dengan ART cara memasak !" celetuk Mama Lisa.
Mama Lisa memang jarang memasak karena ada ART yang ia bayar, tapi wanita itu sangat jago dalam urusan memasak.
"Mama kok malah minta Omah marahin Ayana sih ?" ucap Ayana dengan wajah yang cemberut.
"Loh, bagus dong kalau Mama kamu ngadu, supaya Omah tahu kelakuan kamu di kota seperti apa ?" balas Omah membela menantunya.
"Kan masih mudah Omah, masa udah di suruh kerja di dapur sih" bantah Ayana.
"Omah dulu malah masih SD udah diajarin masak sama nini Papa kamu" balas Omah.
"Kan lain dulu lain sekarang Omah" ucap Ayana.
"Ya emang beda anak jaman dulu sama anak jaman sekarang, kalau dulu anak-anak jika diberikan nasihat bisa mendengar dengan baik. Kalau sekarang banyak yang suka bantah omongan orang tua. Kayak kamu contohnya" balas Omah mulai sedikit kesal.
Mendengar sang Mama dan putrinya sedang beradu argument membuat Papa Hartono segera mendekat ke meja makan.
"Sudahlah, masih pagi sudah berdebat, di depan makanan lagi. Nggak baik bertengkar di depan makanan !" tegur Papa Hartono. Selalu seperti itu jika sang Mama dan putrinya bertemu, ada aja yang membuat mereka berdebat, tapi saat mereka jauh mereka saling merindukan.
Akhirnya mereka sarapan dengan tenang, setelah sarapan Ayana diminta oleh sang Omah untuk cuci piring.
"Kenapa Omah nggak sewa ART saja ?" tanya Ayana sambil mencuci piring.
"Oma masih sanggup melakukan semua pekerjaan rumah, makanya Omah belum kepikiran buat menggunakan jasa ART. Jika Omah sudah tidak sanggup, palingan Omah ikut Papa kamu ke kota" jawab Omah yang membantu Ayana menyusun piring-piring yang sudah dicuci di sebuah rak.
Ayana mengangguk mengerti. Ia sangat salut dengan sang Omah, meskipun mempunyai anak yang mapan tapi masih senang hidup sederhana di desa.
"Selama kamu tinggal disini, Omah akan mengajar kamu cara hidup mandiri. Seorang wanita itu harus tahu cara menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kamu tidak mungkin terus-menerus hidup sendiri kan ? Kamu juga tidak mungkin selalu menumpang hidup dengan orang tua kamu kan ? Suatu saat kamu membutuhkan pendamping hidup, yang selalu ada untukmu kala duka maupun suka cita. Suatu saat kamu akan mendapatkan pria yang menemani kamu hidup menua, kalian akan bahagia menyaksikan tumbuh kembang anak kalian" ucap Omah panjang lebar.
Ayana terdiam, memang benar jika dirinya seringkali memikirkan hal itu. Tapi setelah kehadiran Gama yang berhasil membuatnya hancur, Ayana merasa tidak ingin mengenal cinta lagi. Mungkin dirinya akan hidup sendiri saja dengan anaknya.
"Sepertinya Ayana tidak perlu berumah tangga. Hidup sendiri mungkin pilihan yang lebih baik" ucapnya.
Omah mengelus punggung Ayana seraya berkata, "Omah tahu jika kamu pasti takut jatuh cinta lagi. Maka dari itu Omah sering mengatakan padamu agar tidak mudah menjatuhkan hati dengan seorang pria ! Omah selalu memintamu agar bisa memilih cinta yang benar-benar tulus. Bukan cinta yang keluar hanya sekedar ucapan saja ! Cinta perlu bukti yang nyata. Jika pria itu benar-benar mencintai dirimu, tidak mungkin ia tega merusak masa depanmu. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi"
Ayana menunduk berusaha menutupi matanya yang mulai berembun dari sang Omah. Tapi sepertinya Omah tahu jika Ayana mencoba menahan air matanya. Akhirnya sang Omah memeluk Ayana dengan erat.
"Meskipun begitu, kamu tidak bisa menyamakan semua pria. Tidak semua pria brengsek. Omah yakin suatu saat akan datang pria yang tulus lalu akan menjadikan kamu ratu di dalam hidupnya. Tinggal bagaimana caramu agar bisa melihat cinta yang benar tulus dengan cinta yang hanya sekedar ucapan ! Omah akan selalu mendoakan kebahagiaan untukmu dan calon cicit Omah"
Air mata yang sempat ditahan Ayana kini terjun bebas membasahi pipinya. Isakan tangisnya mampu membuat Omah ikut menangis.
Tidak ada yang menginginkan hal seperti ini terjadi, tapi kita bisa menghindar agar tidak melakukan hal yang seperti dilakukan Ayana.
Meskipun begitu, semua tidak ada lagi yang perlu disesalkan, cukup ini dijadikan pelajaran untuk kedepannya agar anak cucu kita terhindar dari kejadian seperti ini.
"Apa omah kecewa dan marah dengan Ayana ?" tanyanya di sela isak tangisnya.
"Omah tentu kecewa, tapi Omah tidak bisa marah denganmu. Memang cinta kadang membuat kita bodoh. Maka dari itu, sekarang ingat pesan Omah agar selalu mengikutsertakan logika kala mencintai seseorang ! Jangan hanya menggunakan hati saja agar kamu tidak buta akan cinta yang palsu !"
Ayana mengangguk, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Omah. Ayana akan lebih berhati-hati dalam menilai sebuah cinta. Meskipun Ayana belum yakin jika dirinya bisa jatuh cinta lagi dengan makhluk yang bernama pria.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
nih yang minta crazy up kemarin, Sa udah tepati janji ya😘🤗
sekarang giliran Sa yang minta dukungan kalian buat novel ini❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Nila
Oma 👍👍
2023-03-19
0
itty🌹
benar harus bisa membedakan cinta yang tulus dengan cinta yang hanya nafsu😌
2022-11-10
4
Yati Rosmiyati
makasih Thor 🙏 semangat lanjut Thor 💪
2022-11-09
1