...🍃Happy Reading🍃...
Gama ke kantin dengan tim basketnya. Entah mengapa hatinya berbunga-bunga mengingat senyuman Ayana yang manis.
"Sepertinya lagi kasmaran nih" goda Lucas.
"Iya, auranya beda ya" sambung Tio.
"Ck... Nyahut aja kamu" balas Lucas.
Gama tidak menanggapi ucapan mereka. Ia memilih memesan makanan untuk mengisi perutnya.
"Kakak suka padanya ?"
Pertanyaan yang berhasil keluar dari mulut Gala membuat semuanya terdiam. Gama menatap adiknya lalu tersenyum tipis.
"Kamu menyukainya ?" Bukannya menjawab, Gama justru balik bertanya.
Pertanyaan dari sang kakak membuat Gala tahu jawaban dari pertanyaannya. Sang kakak memang suka pada Ayana. Ia tidak menyangka jika kakaknya itu menyimpan perasaan yang sama dengannya terhadap Ayana.
Mereka terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Nafsu makan Gala tiba-tiba hilang karena tahu wanita yang ia incar juga menjadi incaran kakaknya.
"Wah, sepertinya kakak beradik ini jatuh cinta pada wanita yang sama" goda Tio.
Gama menatap Tio dengan tatapan tajam, seketika senyum di wajah Tio pudar. Gala meninggalkan kantin dengan perasaan yang tidak menentu.
Saat Gala berjalan, ia tidak sengaja melewati kerumunan murid yang berteriak menyebut nama Shintia, Ayana, Dira, dan Mona. Karena rasa penasaran, akhirnya ia mendekat. Gama terkejut ketika melihat keempat wanita itu sedang beradu.
Kabar perkelahian Shintia dan Ayana Vs pun sampai ke telinga Gama. Pria itu pun meninggalkan kantin tanpa menyentuh makanannya. Lucas, Tio dan Lerry ikut ke tempat kejadian perkara.
Dan benar saja, Shintia sedang dikeroyok oleh Ayana Cs. Pakaian mereka mulai berantakan dan kotor karena berguling di lantai, rambut keempat wanita itu juga sudah acak-acakan.
Pertarungan mereka terhenti kala guru BK menghampiri mereka.
"Berhenti!!!" Teriak guru BK itu.
Seketika mereka berhenti berkelahi.
Gama mendekati Ayana dan melihat ada bekas cakaran di wajahnya.
"Kamu tidak apa-apa ?" tanyanya pada Ayana.
Wanita itu hanya mengangguk tanpa ekspresi apa-apa.
"Ikut bapak ke ruang BK !"
Keempat wanita itu mengikuti langkah guru BK. Semua siswa bersorak karena tontonan seru mereka terhenti.
"Jelaskan kepada bapak kenapa kalian berantem !" Perintah guru BK tersebut.
"Itu karena Mak lampir ini yang mulai narik rambut teman saya Pak" Mona menunjuk ke arah Shintia.
"Enak aja. Kalian yang mulai kok kalian tuduh aku ?" Elak Shintia.
"Udahlah, nggak perlu memutar balikkan fakta !" ucap Dira.
"Kalian yang main keroyokan, kok nyalahin aku sih" pekik Shintia.
Guru BK tersebut sangat marah karena mereka malah berdebat dan saling menyalahkan.
"Sudah, hentikan ! Kalian ambil surat panggilan orang tua ini ! Besok bapak tidak mau tahu, orang tua kalian harus datang menghadap kepada saya ! Jika orang tua kalian tidak datang, maka Bapak akan memberikan skorsing selama seminggu ! PAHAM ?"
Keempat wanita itu mengangguk. Setelah itu mereka meninggalkan ruang BK dan kembali ke kelas mereka.
Bel sekolah berbunyi tanda waktu pulang pun tiba. Ayana membereskan semua bukunya. Setelah itu ia keluar kelas dengan kedua sahabatnya.
"Duh, baru juga seminggu lebih sekolah disini, udah dapat surat cinta aja" gerutu Mona.
Ayana sebenarnya merasa takut memberikan surat itu pada orang tuanya. Ini pertama kalinya Ayana mendapatkan masalah di sekolah. Ia takut orang tuanya marah dan kecewa.
Sedang sibuk dengan pikiran sendiri, saat diparkiran mereka tidak sadar jika Gama menunggu Ayana lewat.
"Ayana, pulang bareng yuk !" Ajak pria itu.
Entah angin dari mana tiba-tiba pria itu bersikap lembut padanya. Ayana terdiam sesaat, ia bingung mau jawab apa. Tapi tiba-tiba Mona mengiyakan, padahal bukan dia yang ditanya.
"Ok kak" jawabnya sambil mendorong tubuh Ayana hingga wanita itu menempel pada tubuh Gama.
"Kamu ini apa-apaan sih Mon ?" kesal Ayana.
"Udah ya, kita pulang duluan. Jaga teman kita baik-baik ya kak !" Sambungnya tanpa rasa bersalah sama sekali.
Ayana menatap kesal kepergian kedua temannya. Gama mencolek pipi wanita itu.
"Ayo !" ucapnya.
Ayana memutar kepalanya menghadap Gama. Pandangan mereka bertemu dalam jarak yang cukup dekat. Kedua anak manusia itu merasakan jantung mereka berdetak sangat kencang. Wajah Ayana memerah kala Gama semakin mendekatkan wajahnya. Entah apa yang ingin pria itu lakukan, tapi Ayana segera mendorong tubuh Gama.
Wanita itu salah tingkah setelah pandangan mereka terputus. Begitu juga dengan Gama. Mereka berdua berusaha menormalkan perasaan mereka. Setelah dirasa sudah lebih enakan, Gama kembali mengajak Ayana pulang. Akhirnya Ayana pulang dengan Gama.
Saat di perjalanan Ayana dan Gama saling diam. Rasanya begitu canggung karena ini pertama kalinya mereka berduaan. Gama melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ayana sedikit heran mengapa Gama tahu arah ke rumahnya, padahal wanita itu belum mengatakan apa-apa sama sekali.
"Sudah sampai" ucap Gama ketika sudah berada di depan gerbang rumah Ayana.
"Kok bisa kakak tahu alamat rumahku ?" tanya Ayana sebelum turun dari mobil Gama.
"Itu tidak penting. Yang panting sekarang, kamu jawab pertanyaan aku ! Mengapa kamu dan teman-temanmu mengeroyok Shintia ?" tanya Gama.
Seketika Ayana paham mengapa pria itu mau mengantarnya pulang. Ternyata ia hanya ingin bertanya hal itu padanya.
"Kenapa tidak bertanya pada wanita itu saja ?" Ayana enggan menjawab pertanyaan Gama.
"Aku tahu jika wanita itu akan mengarang cerita. Makanya aku tanya padamu"
"Dia yang mulai, dia yang menarik rambut Mona dan menarik tanganku dengan kasar, dia juga mengatakan aku begitu gatal karena mendekatimu" jelas Ayana.
Gama menggigit pipi bagian dalamnya berusaha menahan amarahnya. Lagi-lagi Shintia berbuat ulah karenanya. Gama lalu menatap Ayana yang duduk di sampingnya dengan kepala menunduk.
"Apa lukamu masih sakit ?" tanyanya.
Ayana mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Gama. Ia hendak menjawab 'Tidak' tapi mulutnya bungkam kala Gama mencium luka yang ada di pipinya.
Seketika jantung Ayana kembali berdetak tidak normal. Ini pertama kalinya ia dicium oleh pria selain Papanya. Wajahnya memerah karena tersipu malu.
Gama memberanikan diri menggenggam tangan Ayana, "Maafkan aku ! Gara-gara diriku wanita itu menyakitimu" Ucap Gama dengan tulus.
Ayana tidak menjawab, bibirnya seperti dikunci. Ia tidak bisa menjawab ucapan Gama karena rasa gugupnya.
"Apa kamu marah padaku ?" tanya Gama sekali lagi pada Ayana.
Dengan pelan Ayana menggelengkan kepalanya. Gama tersenyum lebar karena Ayana tidak marah padanya. Untuk pertama kalinya Ayana melihat senyuman pria itu, ternyata jika Gama tersenyum itu tidak baik untuk kesehatan jantung Ayana. Jantungnya memompa lebih cepat dan rasanya seperti akan meledak.
"Bisa berikan nomor ponselmu ?"
"U-untuk apa ?" tanya Ayana gugup.
"Untuk menghubungimu, menanyakan kabarmu" jawab Gama.
Ayana pun memberikan nomor ponselnya, setelah itu ia pamit turun dari mobil Gama. Tapi pria itu menghentikannya, Gama lalu turun, ia membuka pintu untuk Ayana. Wanita itupun kembali merasakan jantungnya berdetak lebih kencang lagi.
"Jika aku menghubungimu jangan lupa untuk diangkat ya !" pesan Gama sebelum Ayana masuk ke rumahnya.
Hari itu hati Ayana berbunga-bunga karena Gama bersikap manis padanya. Ia masuk dengan senyum yang merekah. Tapi senyumannya hilang kala ia teringat dengan surat cinta dari guru BK. Ayana berpikir keras bagaimana caranya ia menjelaskan semuanya pada kedua orang tuanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beruang Kutub main nyosor aja 🙈 peng juga dicium 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
@maydina777
eeeaaaaa..gama ya udah main sosor aja😂
2023-01-26
0
Nuri Manurung
eaeaeaea 😘😘🥰🥰
2022-12-25
1
Tebe'e
eaaaaa 😉
2022-11-24
1