...🍃Happy Reading🍃...
Malam harinya Ayana mengalami mual yang begitu parah. Semua itu terjadi karena saat Ayana mencium aroma ikan. Selera makan semua orang mendadak hilang kala Ayana muntah tepat di meja makan.
"Uek..." Ayana tidak tahan lagi, ia segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.
Melihat hal itu membuat Dira ikut khawatir. Sementara Roy dan kedua orang tuanya menatap jijik makanan yang dimuntahkan Ayana.
Setelah hampir setega jam Ayana berada di kamar mandi, wanita itu keluar bersama Dira. Tak lama mamanya Dira masuk memanggil mereka.
Kedua wanita itu kini duduk di ruang tamu bersama dengan kedua orang tua Dira dan juga Roy.
"Kamu hamil ?" tanya Mama Dira to the point.
Ayana mengangguk pelan.
"Jadi ini alasannya kamu membawa temanmu kesini ? Dia hamil di luar nikah dan diusir dari keluarganya ? Teman macam apa yang kamu berikan tumpangan ? Kan Mama sudah memberikan kamu peringatan, jangan asal cari teman ! Kamu harus lihat juga sikapnya, jangan berteman dengan wanita yang seperti ****** ! Mama tidak mau kamu terpenuhi oleh wanita seperti dirinya !"
"Ma... Mama ini bicara apa sih ? Ayana nggak mungkin bawah pengaruh buruk pada Dira ! Dan satu lagi Ayana bukan seperti ****** yang Mama pikirkan !" bantah Dira.
"Lihatlah Pa, Dira bahkan sudah berani melawan. Seharusnya anak kita tidak berteman dengan wanita sepertinya !" geram Mama Dira.
Ayana yang mendengar ucapan dari Mama Dira tentu saja tidak terima.
"Maaf Tante jika saya membawa pengaruh buruk pada Dira. Tapi perlu Tante ketahui jika aku bukanlah seorang jalan !" tegas Ayana.
"Jika kamu bukan orang jalan lalu mengapa kamu bisa hamil diluar nikah ?" tanya Mama Dira tersenyum sinis.
Ayana tidak bisa menjawab, tidak mungkin ia menjawab jika dirinya dan kekasihnya melakukan atas dasar suka sama suka.
"Kenapa diam ? Kamu nggak tahu mau jawab apa kan ?" ejek Mama Dira.
"MA, CUKUP !!!" teriak Dira.
"DIRA!!!" sang Papa balik meneriaki Dira.
"Benar kata Mama kamu, wanita ini membawa pengaruh buruk untukmu. Jadi Papa minta jangan pernah berteman dengannya lagi ! Usir dia dari rumah ini !" lanjut sang Papa.
"Nggak baik jika rumah kita menjadi tempat penampungan wanita yang suka open BO" Ejek Roy, ia menatap Ayana dengan nakal.
"Kak, cukup ya ! Ayana tidak seperti yang kalian pikirkan ! Jadi berhentilah menghinanya !" Dira menarik tangan Ayana kembali ke kamarnya.
"Dira... Mau bawa kemana wanita ****** itu ? Cepat usir dia dari rumah ini !" teriak sang Mama, tapi Dira tidak peduli.
Sesampainya di kamar, Ayana menangis dalam pelukan Dira. Hatinya sakit dihina sebagai wanita yang tidak benar, tapi ia tidak bisa melawan karena memang pada kenyataannya Ayana telah rusak, dirinya bukan lagi perawan.
"Maafkan keluargaku Ayana !!!" ucap Dira ikut menangis. Ia tidak tega melihat Ayana bersedih, jika ia di posisi Ayana pasti ia tidak akan sanggup mendapatkan hinaan dari orang lain.
Ayana tidak menjawab, ia masih terisak pilu dalam pelukan Dira.
🍃
Papa Hartono mendatangi rumah Mona, ia menanyakan dimana putrinya berada.
"Ayana ada di rumah Dira Om" jawab Mona.
Tanpa pikir panjang, Papa Hartono segera ke rumah Dira bersama dengan Mona. Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di rumah Dira.
Mona mengetuk pintu rumah Dira. Tak lama Roy membuka pintu untuk mereka.
"Wah, mau jemput putri kesayangannya Om ya ?" ucap Roy tersenyum miring.
"Dimana Ayana ?" Papa Hartono tidak menggubris ucapan Roy.
"Lagi di kamar Dira" jawab Roy.
"Kak, boleh kita masuk ?" tanya Mona pada Roy.
"Masuklah !" ucap Roy.
Mona dan Papa Hartono masuk dan duduk di ruang tamu. Kedua orang tua Dira menatap dingin ke arah papa Hartono.
"Untung saja Anda segera datang menjemput putri Anda. Kami tidak sudi menampung seorang ****** di rumah kami, kami takut rumah kami terkena kutukan sial gara-gara menampung wanita yang hamil di luar nikah" ucap Mama Dira terang-terangan.
"Jaga ucapanmu itu !" tegas Papa Hartono. Tentu saja ia tidak terima putrinya dihina seperti itu.
"Lah kok marah sih ? Bukannya memang benar ya ?" bukannya takut, Mama Dira justru semakin menjadi-jadi.
Papa Hartono mengepal tangannya kuat-kuat, ia berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak. Ia tidak ingin mengotori tangannya hanya untuk menampar mulut wanita di depannya.
Sementara Mona ketakutan melihat Papa Ayana dan Mama Dira berseteru. Mona sedikit kaget mendengar ucapan Mama Dira yang tega menghina Ayana.
"Mona panggil Ayana !" pinta Papa Hartono.
"Ba-baik Om" jawab Mona.
Wanita itu bergegas ke kamar Dira dan memanggil Ayana. Saat masuk ke kamar, Mona melihat Ayana dan Dira saling berpelukan dengan suara isak tangis.
"Ada apa Dira ? Mengapa kalian menangis ?" tanya Mona penasaran.
"Mona, kenapa kamu bisa disini ?" tanya Dira sang suara serak.
"Aku kesini karena Om Hartono memintaku untuk menemani yang menjemput Ayana" jawab Mona.
Mendengar nama Papanya disebut, Ayana segera bangkit dan keluar dari kamar Dira. Mona dan Dira mengikuti langkah Ayana. Saat tiba di ruang tengah, Ayana segera memeluk tubuh sang Papa.
"Pa..." ucapnya lirih. Wanita itu sesegukan karena begitu lama menangis.
"Kita pulang !" ucap Papa Hartono.
"Dira, terima kasih sudah membantu putri Om"
Dira mengangguk dan tersenyum pada Papa Hartono.
"Sudahlah, Anda segera bawa putri Anda pergi dari rumah kami !" celetuk Mama Dira.
"MA!!!" pekik Dira. Ia begitu kesal dengan Mamanya.
"Tanpa kamu suruh pun, aku akan pergi dari rumah kalian. Sungguh kasian sekali Dira lahir dari keluarga seperti kalian" ucap Papa Hartono.
Setelah mengucapkan itu, Papa Hartono segera membawa Ayana pergi. Mona ikut dengan mereka.
"Dira nggak nyangka kalian begitu jahat pada Ayana" ucap Dira meninggalkan kedua orang tuanya di ruang tamu.
🍃
Sesampainya di rumah, Ayana segera memeluk sang Mama. Kedua wanita berbeda generasi itu saling berpelukan dengan isakan tangisan.
"Maafkan Ayana Ma !"
"Mama sudah memaafkan kamu sayang. Maafkan Mama dan Papa juga karena tega meninggalkan kamu di rumah sakit sendirian"
Ayana semakin mengeratkan pelukannya dengan sang Mama. Sementara Papa Hartono hanya menatap kedua wanita yang berharga dalam hidupnya itu.
"Kamu istirahat dulu ! Besok kita akan ke rumah Oma. Untuk beberapa bulan ke depan kamu tinggal bersama Oma" ucap Papa Hartono.
Ayana mengangguk, ia mengerti jika pasti orangtuanya merasa malu karena dirinya. Ia pun pasrah diasingkan oleh orang tuanya. Ayana juga berpikir itu lebih baik, ia hanya berharap semoga Omanya mau menampungnya.
Ayana kini berbaring di atas ranjangnya setelah membereskan beberapa pakaiannya. Ia menatap langit-langit kamarnya, seketika terbayang senyum Gama.
Sekuat tenaga Ayana melupakan pria itu, tapi bayangan Gama selalu muncul di pikirannya.
"Kenapa kamu tega membuangku saat aku mengandung anakmu ? Kemana cinta yang dulunya kamu katakan ? Apa cintamu itu hanya cinta palsu ? Kamu membuat hatiku benar-benar hancur Gama. Kamu yang pertama bagiku, tapi kamu juga yang pertama membuatku hancur. Aku sangat menyesal mengenalmu, aku menyesal" teriaknya sambil terisak.
Dulu hatinya ditumbuhi bunga cinta yang bermekaran, tapi kini digantikan oleh bunga kebencian yang berduri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
@maydina777
dia yang pertama membuatku cinta dia juga yg pertama membuatku kecewaa😭😭😭
2023-01-26
0
itty🌹
mulut maknya Dira lemes bat dah😪 agak kesel juga lihat keluarga Dira
2022-11-08
3
Yati Rosmiyati
semoga Omanya Ayana bisa menerima keadaan Ayana,dan untukmu gama semangat berjuang meluluhkan hati Ayana yang mulai tumbuh kebencian terhadapmu kumpulkan kesabaran dan kekuatan untuk bisa meluluhkan hati Ayana setelah kamu berhasil mencapai cita-citmu 🤭🤭
2022-11-08
5