...🍃Happy Reading🍃...
"Berhenti memarahi putraku !" teriak Bunda Mila.
Kedua orang tua Ayana bertemu pandang dengan kedua orang tua Gama. Mereka bertatapan dengan tatapan perseteruan. Suasana semakin tegang.
"Putramu pantas mendapatkannya" ucap Mama Lisa.
"Semua kejadian ini sepenuhnya bukanlah kesalahan putraku, melainkan putrimu yang begitu murahan dengan mudahnya memberikan tubuhnya pada putra" hina Bunda Mila.
"Bun..." Gama hendak protes pada Bundanya.
"Diam Gama !" potong Bunda Mila.
"Berapa yang kalian minta ? Aku akan memberikan uang pada kalian asal kalian mau menyuruh putri kalian menggugurkan kandungannya !" ucap Ayah Budianto.
"Kamu pikir uang bisa menyelesaikan segalanya ?" tanya Papa Hartono, "Kami hanya membutuhkan pertanggung jawaban Gama, bukan uang dari kalian. Memang kalian pikir kami menjual putri kami padamu ?" lanjutnya dengan ketus.
"Ya, anggap saja itu ganti rugi setelah keperawanan anakmu hilang. Lagi pula tidak ada salahnya kalian meminta putri kalian mengugurkan kandungannya. Putri kalian bisa melanjutkan sekolahnya dan mengejar cita-citanya setelah janinnya ia gugurkan ! Gama juga bisa mengejar mimpinya dengan tenang" ucap Ayah Budianto.
Papa Hartono mengepal tangannya kuat. Keluarga Gama sungguh arogan. Meski begitu pikirannya juga membenarkan ucapan Ayah Budianto. Jika Ayana mengugurkan kandungannya, putrinya bisa melanjutkan pendidikannya.
"Ayo pulang Gama !" pinta Bunda Mila.
"Tidak Bun, Gama mau menunggu Ayana sadar dulu !" jawab Gama.
"Tidak perlu Gama ! Sebentar lagi kamu berangkat ke Jerman. Ayah dan Bunda sudah membeli tiket baru untukmu. Jadi tidak perlu menunggu hingga malam lagi !" ucap Bunda Mila.
"Tapi Bun..." Gama hendak menolak, tapi Papa Hartono mengusirnya.
"Pergilah ! Kehadiranmu juga tidak berguna" ucap Papa Hartono.
Gama menatap ruangan UGD dengan tatapan pilu. Ia tidak siap meninggalkan Ayana dalam keadaan seperti ini. Tapi memang sudah saatnya Gama melangkah mengejar impiannya.
'Maafkan aku Ayana ! Aku berjanji akan menemuimu setelah studiku selesai. Aku sangat mencintaimu' batinnya.
Tak lama setelah Gama dan kedua orang tuanya pergi. Seorang perawat keluar dan mengatakan jika Ayana sudah sadarkan diri. Mereka segera masuk menemui Ayana.
"Apa yang kamu rasakan sayang ?" tanya Mama Lisa. Meskipun ia kecewa pada putrinya, tapi tetap saja kasih sayangnya lebih besar pada putrinya.
"Kepala Ayana masih pusing" jawab Ayana lesu.
"Ya sudah kamu istirahat saja !" ucap Mama Lisa sambil mengelus lembut pucuk kepala Ayana. Sementara Papa Hartono duduk di sofa dengan perasaan tidak menentu.
Ayana menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan kosong. Bagaimana caranya menyampaikan kepada orang tuanya jika Gama tidak ingin bertanggung jawab ?
Dua puluh menit berlalu, perawat kini memindahkan Ayana di kamar rawat inap. Ayana mulai duduk bersandar di kepala brankar. Saat ini sang Mama memaksanya makan bubur. Untungnya Ayana tidak mual ketika bubur itu masuk ke tenggorokannya.
Selesai makan, Papa Hartono mulai membuka suara.
"Pria itu tidak ingin tanggung jawab. Bahkan mungkin saja ia sudah pergi. Sekarang Papa berikan pilihan padamu. Kamu pertahankan janin itu tapi angkat kaki dari rumah, atau gugurkan kandungan itu dan kembali hidup normal !"
Ayana terkejut dengan pilihan yang diberikan oleh sang Papa. Tidak mungkin ia memilih salah satu diantara pilihan yang rumit itu. Jika ia diusir dari rumah, lalu ia akan tinggal dimana ? Bagaimana ia menghidupi dirinya ?. Tapi ia tidak mau juga mengugurkan kandungannya, biar bagaimanapun, anak itu tidak bersalah dan berdosa.
"Papa, tidak bisakah kita bicarakan ini di rumah saja ?" Mama Lisa tidak tega melihat putrinya seperti ini.
"Semuanya harus segera selesai. Hari ini Papa mau jawaban !" tegas Papa Hartono.
"Pa, Ayana tidak ingin mengugurkan kandungan ini. Biar bagaimanapun bayi ini tidak salah" jawab Ayana dengan suara bergetar.
"Jadi kamu pilih janin itu dan keluar dari rumah ?" tanya Papa Hartono.
"Bukan begitu Pa, Ayana nggak mungkin melakukan hal kejam itu Pa. Tapi Ayana juga tidak mau Papa usir dari rumah"
"Seharusnya kamu gugurkan saja janinmu itu ! Kamu bisa kembali sekolah dan mengejar cita-citamu" ucap Sang Papa tanpa perasaan.
"Apa Papa tega membunuh anak yang tidak berdosa ini ?" tanya Ayana tidak percaya sang Papa tidak memiliki hati nurani.
"Tak perlu banyak tanya. Papa hanya memberikan waktu lima menit lagi untuk memilih !"
Ayana terdiam, ia sangat kenal sang Papa yang memiliki hati yang keras. Akhirnya mau tidak mau Ayana memilih untuk mempertahankan bayinya. Ia masih berharap sang Papa akan berubah pikiran.
"Aku pilih bayiku Pa, Ma" jawab Ayana.
Papa Hartono mengepal tangannya dengan kuat. Ia lalu berdiri dan menarik tangan istrinya pergi.
"Sekarang kita pulang, biarkan saja anak keras kepala itu sendirian !"
"Tapi Pa..."
"Tidak ada tapi-tapian !"
Mama Lisa keluar dari kamar putrinya dengan air mata yang terus mengalir. Sementara Ayana hanya bisa menatap nanar pintu yang sudah tertutup. Air matanya sepertinya sudah kering, meskipun hatinya sedang menangisi nasibnya.
🍃
"Aku menyesal telah berhenti memperjuangkan Ayana. Aku pikir kakak akan membahagiakannya. Tapi kakak justru menghancurkannya"
Gala menatap sang kakak dengan tatapan tajam. Ia menyesal telah menyerah pada kakaknya. Jika tahu seperti ini nasib Ayana, maka dirinya yang akan memperjuangkan wanita itu.
"Kakak tahu kakak salah, tapi kakak harus mengejar impian kakak. Setelah itu aku akan kembali mengejar cinta Ayana" balas Gama.
"Ck... Egois sekali, aku tidak akan membiarkan kamu bertemu dengannya lagi" ucap Gala setelah itu meninggalkan sang kaka di bandara.
Gama mematung memikirkan apakah pilihan yang ia pilih sudah benar ?
🍃
Tiga hari berlalu, Ayana masih berada di rumah sakit. Wanita itu benar-benar sendirian. Kedua orang tuanya tidak pernah lagi menjenguknya.
Ayana hanya bisa pasrah, ini adalah pilihannya. Wanita itu hanya bisa berharap semoga ada cahaya terang untuknya nanti.
Dengan hati yang sedih, Ayana mengelus lembut perutnya sambil berkata, "Semua akan baik-baik saja sayang, kamu yang kuat yang disana ! Saat ini hanya kamu yang bisa menyemangati Ibu"
Tak lama pintu kamarnya terbuka, Ayana pikir itu adalah perawat yang ingin mengantar makanan. Tapi ternyata ia salah. Yang datang adalah Gala.
Pria itu masuk dengan membawa kantong kresek dan buah-buahan. Ayana menatap datar kehadiran Gala. Sementara pria itu tersenyum manis.
"Apa aku menganggu ?" tanya Gala.
Ayana tidak menjawab. Akhirnya Gala memberanikan diri duduk di samping brankar Ayana, meski sepertinya kedatangannya tidak diharapkan.
"Aku membawa buah-buahan untukmu. Kata orang, ibu hamil harus sering makan buah agar bayinya tumbuh sehat !" lanjutnya.
"Mau aku kupaskan apel ?" tawar Gala.
Ayana menatap Gala lalu berkata, "keluar dari sini !"
Gala tidak sakit hati walau diusir oleh wanita itu. Ia tahu jika Ayana memang butuh waktu untuk menenangkan hatinya. Ia tahu jika ini berat bagi Ayana.
"Baiklah, aku akan pergi. Tapi besok aku akan kembali lagi" balas Gala.
"Jangan ! Jangan kembali lagi ! Aku tidak mau bertemu siapa-siapa" pinta Ayana dengan suara yang sedikit meninggi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
nyesek banget jadi Ayana 🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Nila
buat pelajaran bagi kita
2023-03-19
1
Nurul Kosidah
resiko nya main enak ensk,gk mau susahnya
2022-12-29
2
Sri Supeni
buat cermin dlm kehidupan kita
2022-12-22
0