...🍃Happy Reading🍃...
"Ayana, maaf aku mau bertanya nih. Bagaimana dengan sekolahmu ?" tanya Tio hati-hati.
Ayana terdiam sesaat lalu menjawab, "Ya, mau gimana lagi ? Tidak mungkin kan aku melanjutkan sekolahku dalam keadaan hamil ?, Okelah untuk saat ini perutku masih rata, tapi tiga bulan kedepannya semua orang akan tahu jika aku sedang hamil. Aku juga tidak mungkin mengugurkan bayi yang tidak berdosa ini dan kembali bersekolah seperti murid lainnya. Mungkin aku akan hidup normal kembali jika melakukan hal itu, tapi seumur hidup aku akan dihantui oleh rasa bersalah" jawab Ayana.
Tio mengangguk paham, menurutnya Ayana sudah mengambil pilihan yang tepat.
"Apapun pilihanmu, kami akan selalu mendoakan ini yang terbaik untukmu" sambung Lerry.
Ayana tersenyum karena mendapat dukungan dari sahabat-sahabatnya.
Setelah mereka puas berbincang-bincang, mereka lalu pamit pulang karena waktu juga sudah mulai sore.
"Ayana, nggak apa-apa kan kita tidur sekamar ?" tanya Dira.
"Iya, tidak masalah" jawab Ayana tersenyum.
Saat ini tinggal mereka berdua yang berada di rumah Dira. Kedua orang tua Dira dan kakaknya sedang bekerja, mereka akan kembali saat jam lima sore.
"Ya udah, kamu istirahat aja dulu !"
"Baiklah"
Ayana lalu berbaring di atas ranjang Ayana. Sementara Dira turun membereskan semua gelas yang ada di meja depan tv
🍃
Di tempat berbeda, seorang pria tampak termenung. Tiga hari yang lalu saat ia baru sampai di Jerman, ia menghubungi Ayana tapi nomornya diblokir. Gama sangat frustasi karena Ayana tidak mau lagi mendengar kabar darinya. Padahal ia sangat merindukan Ayana.
Dirinya tahu jika Ayana pasti sangat membencinya karena ia tidak ingin bertanggung jawab. Gama sendiri bukannya lari dari tanggung jawabnya, ia ingin pertanggungjawabkan perbuatannya, tapi Gama juga ingin menggapai impiannya.
Namun, Gama sudah berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan kembali dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya setelah impiannya tercapai. Ia akan pastikan jika dirinya akan kembali bersama Ayana dan hidup bahagia dengan anak mereka.
"Aku harap kamu dan anak kita baik-baik saja" ucapnya lirih.
🍃
Malam harinya, Ayana dan Dira turun untuk makan malam. Saat sampai di meja makan, semua orang menatap ke arah mereka.
"Maaf, Dira lupa bilang kalau untuk sementara Ayana tinggal disini. Tidak apa-apa kan ?"
Kedua orang tua Dira menatap heran ke arah Ayana. Mereka heran mengapa Ayana ingin menginap di rumah mereka.
"Untuk apa ? Bukannya rumahnya lebih bagus dari rumah kita ?" tanya Roy, kakak Dira.
"Ayana ada masalah dengan orang tuanya, makanya ia kesini untuk menenangkan diri" jawab Dira.
Sementara Ayana terdiam, ia merasa tidak enak tinggal di rumah Dira, terlebih lagi tatapan keluarganya sepertinya terlalu dingin.
"Duduklah !" pinta Dira.
Dengan berat hati Ayana duduk dan ikut makan malam bersama. Setelah selesai makan, Ayana hendak membantu Dira cuci piring, tapi Dira memintanya untuk istirahat.
"Tidak perlu ! Kamu pasti tidak pernah melakukan ini, jadi kamu istirahat saja !"
Ayana menurut dan segera menaiki anak tangga menuju kamar Dira.
Sementara Dira kembali sibuk membereskan dapur. Memang di rumahnya tidak ada pembantu tetap, hanya ada saat pagi hingga siang saja.
Saat hanya Dira di dapur, Mamanya tiba-tiba mendekat dan bertanya, "Itu temanmu ada masalah apa dengan keluarganya sampai-sampai minggat gitu ?"
"Ada deh Ma, Dira nggak bisa cerita sama Mama sekarang" jawab Dira.
"Ingat ya Dira ! Mama tidak senang jika kamu berteman dengan orang yang sering bermasalah dengan orang tuanya. Mama nggak mau jika orang itu membawa pengaruh buruk denganmu. Mengerti ?"
"Iya Ma" jawab Dira pasrah.
Setelah semuanya beres, Dira kembali ke kamarnya. Ia menghampiri Ayana yang duduk di atas ranjang dengan tatapan kosong.
"Apa kamu merindukan orang tuamu atau kamu merindukan pria itu ?" tanyanya pada Ayana.
Ayana menatap Dira dan menggeleng, "Dira... Apa benar aku tidak merepotkan dirimu ?" tanya.
"Tidak Ayana, aku malah senang bisa membantumu" jawab Dira sambil mengeluarkan buku-bukunya. Wanita itu hendak mengerjakan tugas dari sekolah.
"Tapi..."
"Jangan pikirkan keluargaku ! Mereka memang kaki seperti itu. Jadi jangan dimasukkan dalam hati !" potong Dira. Ia tahu jika Ayana pasti merasa tidak nyaman dengan reaksi keluarganya.
"Aku hanya tidak enak" ucap Ayana.
"Sudah, nggak usah sungkan begitu !"
Ayana lalu mengangguk, ia tersenyum kepada Dira.
"Apa kamu ingin mengerjakan tugas dari sekolah ?" tanya Ayana.
"Iya, besok kan Ibu Maharani yang ngajar, kamu tahu sendiri kan seperti apa galaknya guru itu ?" jawabnya.
"Kalau gitu biar aku bantu"
"Hah, beneran ?"
"Iya, beneran"
"Terima kasih Ayanaku sayang"
Dira memeluk tubuh Ayana dengan erat sehingga membuat wanita itu merasa sesak.
"Kamu mau membunuhku ?"
"Ah, maafkan aku ! Hehehe"
Mereka berdua terkekeh lalu mengerjakan tugas milik Dira. Selesai itu, mereka segera tidur.
Pagi harinya Ayana merasa mual lagi, wanita itu segera masuk kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Dira yang masih tertidur nyenyak tiba-tiba terbangun kala mendengar Ayana mual-mual. Ia segera mendekati Ayana dan memijit tengkuk Ayana.
"Apa kamu mengalaminya setiap pagi ?" tanya Dira.
Ayana mengangguk lemas. Setelah merasa sudah tidak mual lagi, ia segera kembali ke atas ranjang.
"Ya udah kalau gitu kamu istirahat saja ! Aku mandi dulu ya, takut nanti telat ke sekolah" ucap Dira.
Beberapa menit kemudian, Dira sudah lengkap dengan seragamnya. Ayana merasa sedih melihat Dira memakai pakaian sekolah, dirinya jadi rindu dengan sekolah.
"Aku ambilin makan untukmu ya" ucap Dira.
"Tidak usah, aku masih bisa turun ke bawah kok !" tolak Ayana.
"Beneran ?" tanya Dira tidak yakin.
Ayana mengangguk. Setelah itu mereka turun dan duduk di meja maka. Kedua orang tua Dira dan kakaknya sudah terlebih dulu berada disana.
"Kok temanmu nggak pakai seragam ?" tanya Roy.
"Hari ini ia kurang enak badan, makanya ijin dulu" jawab Dira.
Mereka lalu sarapan pagi, setelah itu satu persatu dari mereka berangkat. Kini tinggal Ayana dan ART yang berada di rumah itu.
"Mbak, biar aku bantu ya" Ayana menawarkan bantuan pada ART tersebut.
"Tidak perlu Non !" tolak ART tersebut.
"Aku bantu aja ya Mbak, aku juga lagi nggak ada kerjaan"
"Tapi Non kan lagi nggak enak badan"
"Udah agak mendingan kok Mbak"
Akhirnya ART itu pasrah dan membiarkan Ayana membantunya membereskan rumah. Setelah semuanya selesai, Ayana kembali ke kamar Dira dan membersihkan tubuhnya.
🍃
Di kediaman Hartono, tampak Mama Lisa menangis karena tidak tahu kemana perginya Ayana. Kemarin sore ia dan Papa Hartono ke rumah sakit mencari Ayana, tapi sayangnya putrinya itu tidak berada di rumah sakit.
Wanita itu menangis dan menyalahkan suaminya karena begitu tega pada putri mereka. Ia tahu jika Ayana memang telah melakukan kesalahan, tapi bukan berarti mereka harus bersikap kejam dengan Ayana sebagai hukuman.
Akhirnya Papa Hartono berusaha mencari keberadaan Ayana.
"Pokoknya Mama nggak mau tahu, Ayana harus ketemu ! Jika pun Papa ingin memberikan Ayana hukuman, Papa bisa mengasinkan Ayana ke rumah Ibu !"
Papa Hartono tampak berpikir, benar juga saran dari istrinya. Sebaiknya Ayana ia bawa ke tempat tinggal Ibunya alias Omah Ayana.
"Mama tenang ya ! Papa akan mencari keberadaan Ayana" jawab Papa Hartono.
Sebenarnya ia juga merasa bersalah karena terlalu keras dengan Ayana. Walaupun putrinya telah membuatnya kecewa, tapi tetap saja ia merasa terlalu kejam pada Ayana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
JANGAN LUPA LIKE + KOMEN + VOTE + BERIKAN HADIAH + BERIKAN BINTANG LIMA UNTUK KARYA INI JIKA KALIAN MENYUKAINYA 🤗❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Nila
kasihan Ayana gadis kecil yg sangat butuh bantuan
2023-03-19
0
Zнҽχу
pemikiran kolot anying
2023-03-18
0
Erna Riyanto
apa maksudnya coba....skrg si Ayana butuh bgt tanggung jawab dr km...kok mlh ditinggalin...
2022-12-12
1