...🍃 Happy Reading🍃...
Ayana mengangguk saat sang Mama bertanya pada padanya. Diam-diam Ayana melihat raut wajah Mama sepertinya memikirkan sesuatu.
"Ayana, kamu tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh kan ?"
Mama Lisa menatap Ayana dengan tatapan penuh selidik. Sementara Ayana tampak terlihat bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan sang Mama.
"Maksud Mama ? Ayana tidak mengerti."
"Mama harap kamu tidak membuat Mama kecewa Ayana. Kamu adalah anak semata wayang kami. Mama dan Papa memiliki harapan yang besar terhadap dirimu !"
Setelah mengucapkan itu, Mama Lisa meninggalkan kamar Ayana. Wanita itu sendiri masih mencerna kata-kata sang Mama. Beberapa detik kemudian Ayana mulai paham apa yang dikhawatirkan oleh sang Mama. Tiba-tiba ia juga merasa cemas, pelan-pelan ia mengingatkan kejadian itu sudah sebulan lebih. Ayana menatap kalender yang ada di nakas kecilnya dengan perasaan deg-degan. Ia melihat tanggal yang ia lingkari, tanggal dimana dirinya mendapatkan tamu bulanan. Ayana memang melingkari tanggal tersebut setiap bulan berbeda, Ayana termasuk wanita yang menstruasi dengan teratur. Tapi bulan ini...
Ayana lalu terbangun dari tidurnya, ia mulai menerka-nerka berbagai hal yang kemungkinan terjadi padanya.
"Bagaimana ini ?" tanya Ayana pada dirinya sendiri.
Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Sepertinya sang Mama menebak hal yang sama dengan yang ia tebak.
"Sepertinya aku haru melakukan tes kehamilan !" ucapnya.
Saat sore hari Ayana diam-diam keluar, ia meminta supirnya mengantar dirinya ke apotik. Sesampainya di apotik Ayana membeli beberapa obat yang akan dia gunakan sebagai alasan jika ketahuan oleh sang Mama. Setelah itu Ayana membeli lima testpack yang kemudian ia masukkan dalam kantong hoodienya. Selesai itu, Ayana segera pulang ke rumah.
Benar saja, sang Mama ternyata duduk di teras rumah sambil membaca majalah. Ayana berjalan pelan mendekati sang Mama.
"Dari mana ?" tanya Mama Lisa saat sadar akan kehadiran Ayana.
"Dari Apotik Ma, Ayana baru saja beli obat" jawabnya sambil memperlihatkan obat yang ia pegang.
"Kenapa nggak bilang sama Mama saja ? Kan Mama bisa minta supir buat beliin kamu dan kamu tidak perlu keluar rumah dalam keadaan seperti ini" ucap Mama Lisa.
"Ya sudah kamu masuk istirahat, kalau butuh apa-apa bilang sama Mama !" lanjut Mama Lisa.
Ayana mengangguk lalu segera masuk ke kamar. Ia mengunci rapat pintu kamarnya, setelah itu Ayana membaca cara menggunakan testpack tersebut.
"Sepertinya aku harus menunggu besok pagi" ucapnya.
Malam harinya Ayana duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya. Sementara pelayan menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Kata Mama kamu tidak enak badan ?" tanya sang Papa.
"Iya Pa, tapi sekarang udah agak mendingan" jawab Ayana.
Papa Hartono terdiam setelah mendengar jawaban sang putri. Ia menatap meja dengan raut wajah yang terlihat penuh pikiran.
Taka lama semua makan malam pun selesai disajikan. Ayana mengambil nasi dan beberapa lauk kesukaannya. Saat Ayana menyuapi mulutnya tiba-tiba Ayana merasa mual kala makanan itu berhasil masuk tenggorokannya.
Dengan langkah yang cepat Ayana meninggalkan meja makan, dan menuju wastafel untuk membuang isi perutnya.
Kedua orang tua mereka saling bertatapan, mereka seolah mengisyaratkan jika ada sesuatu yang tidak beres dengan putri mereka. Akhirnya sang Mama mendekati Ayana dan memijit tengkuknya. Ayana melemas setelah mengeluarkan isi perutnya.
"Apa masih mau muntah ?"
"Sudah nggak Ma, Ayana mau ke kamar saja, Ayana ingin istirahat. Kepala Ayana terasa berat" ucap Ayana lesu.
Mama Lisa akhirnya menuntun Ayana ke kamarnya. Ayana berbaring di atas ranjang, sang Mama menutup tubuh Ayana dengan selimut. Setelah itu Mama Lisa turun ke meja makan.
"Sepertinya anak kita sudah salah jalan Pa" ucap Mama terdengar lirih.
Papa Hartono tidak melanjutkan makan malamnya lagi. Ia kepikiran dengan putri semata wayangnya. Jika benar Ayana hamil, maka mereka benar-benar kecewa dengan Ayana.
Jam lima pagi, Ayana terbangun karena merasa mual lagi. Tubuhnya kembali lemah setelah memuntahkan cairan bening dari mulutnya. Ayana lalu teringat dengan testpack yang ia beli. Wanita itu bergegas mengambil testpack itu dan mengikuti cara pakainya.
Tangan Ayana gemetar kala kelima testpack itu menunjukkan gari dua. Tubuh Ayana luruh ke lantai, rasanya kakinya begitu lemas dan tidak bisa menopang tubuhnya. Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya, ia terisak saat tahu ia hamil.
"Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini ?" ucapannya di sela tangisannya.
Sementara di luar sang Mama mencoba membuka pintu kamar Ayana menggunakan kunci cadangan. Setelah terbuka ia dan suaminya masuk mencari keberadaan Ayana. Sayup-sayup terdengar suara tangisan dalam kamar mandi. Mereka segera membuka kamar mandi tersebut dan melihat Ayana bersimpuh di lantai dengan tubuh yang bergetar. Pelan-pelan mereka mendekati Ayana yang menangis pilu. Dapat mereka lihat di tangan Ayana ada testpack.
Mama Lisa segera merebut testpack tersebut dan melihat hasilnya. Benar dugaan mereka jika Ayana, putri semata wayangnya tengah hamil.
"Ayana, bisa kamu jelaskan semua ini pada kami ?" tanya Mama Lisa dengan suara bergetar.
Ayana tidak mampu menjawab, ia semakin terisak. Tapi tangisannya itu tidak membuat kedua orang tuanya iba.
"Apa yang Papa takutkan benar-benar terjadi. Selama ini kami melarang kamu berpacaran bukan untuk membatasi kesenanganmu, kami hanya takut kamu salah melangkah. Papa benar-benar kecewa denganmu Ayana ! Kami berusaha menjaga dirimu tapi dengan mudahnya kamu membiarkan pria itu menodaimu. Kamu membuat Papa dan Mama sakit hati Ayana" teriak sang Papa.
Selama ini ia menjaga putrinya dengan baik. Tapi hanya karena seorang pria, putri yang ia jaga kini telah dirusak. Rasa marah, kecewa, sedih, bersalah dan menyesal kini bercampur aduk di hati mereka. Mereka merasa gagal menjaga putri mereka.
"Maafkan Ayana Pa, Ma !" Ayana memeluk kedua kaki orang tuanya dan terisak memohon maaf kepada mereka.
"Sekarang minta pria itu bertanggung jawab. Jika dia tidak mau bertanggung jawab maka gugurkan kandungan itu !" tegas Papa Hartono. Ia menarik istrinya keluar dari kama Ayana, kini tersisa wanita itu yang menangis meraung-raung.
Keesokan harinya, Ayana mendatangi rumah Gama. Penampilannya tampak acak-acakan, mata yang sembab serta bibir yang pucat membuat Gama terheran-heran.
"Ayana, kamu kenapa ?" tanya Gama.
Saat ini mereka tengah berada di rumah Gama, tepatnya di ruang tengah.
Ayana tidak menjawab pertanyaan Gama, wanita itu justru mengeluarkan testpack itu dan memberikannya pada Gama. Gama menerimanya lalu menatap benda-benda tersebut. Matanya membulat saat melihat gari dua merah, ia yakin itu adalah hasil testpack milik Ayana. Tangannya bergetar lalu meletakkan benda itu di atas meja.
"Ayana..." ucap lirih Gama.
Ayana mengangguk seolah tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Gama. Dengan air mata yang tak hentinya luruh Ayana mengatakan keinginannya, "Gama, kamu harus bertanggung jawab !"
Ucapan Ayana keluar bertepatan sang Bunda Mila menghampiri mereka.
"Apa yang harus Gama pertanggung jawabkan ?" tanyanya pada Ayana.
Deg. Keduanya membeku kala Bunda Mila mengambil testpack di atas meja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
udah ya 😁 jangan minta tambah, karena ini bukan nasi 😌 sampai ketemu besok 😘
SELAMAT MALAM MINGGU BUAT YANG ADA PASANGAN 🥳 YANG NGGAK ADA PASANGAN SELAMAT BOBO 🤸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Yati Rosmiyati
🤭🤭 walaupun bukan nasi tapi bikin ketagihan Thor maunya nambah terus🤭🤭🙏
2022-11-05
1
virgo♍
dapat notif langsung meluncur 🛴
2022-11-05
1