...🍃Happy Reading🍃...
Ayana pulang ke rumahnya dengan wajah ketakutan. Gama selalu menyakinkan Ayana jika semua akan baik-baik saja. Tapi tetap saja Ayana merasa takut.
Dengan langkah yang pelan Ayana masuk rumahnya. Kedua orangtuanya sudah menunggunya di dalam. Wajah penuh amarah jelas terlihat di wajah mereka.
"Baru pulang ?" tanya Mama Lisa terdengar datar.
Ayana tidak menjawab, wajahnya mulai dipenuhi keringat dingin. Ayana bisa merasakan suasana begitu mencekam.
"Duduk !" perintah sang Mama.
Ayana dan Gama duduk di sofa tepat di hadapan Papa Hartono.
"Jelaskan yang ingin kalian jelaskan !" lanjut Mama Lisa.
Gama menelan salivanya dengan kasar, ia menarik nafas panjang sebelum membuka suara.
"Maafkan kamu Tante, Om !" ucapnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Kami bukannya ingin mendengar kata maaf dari mulutmu. Kami hanya butuh penjelasan mengapa kalian tidak pulang semalam ?" balas Mama Lisa.
"Semalam kami makan di restoran milik orang tuaku, setelah itu aku meminta Ayana ke rumahku, namun kedua orang tuaku menahan Ayana untuk menginap" jelas Gama dengan suara terbata.
Jantung Ayana dan Gama berdetak hebat, mereka berharap alasan itu dengan mudah diterima oleh kedua orang tua Ayana.
"Lalu kenapa tidak menelpon ?" tanya mama Lisa.
Tangan Ayana semakin dingin karena ternyata sang Mama tidak mudah percaya. 'Apa yang harus aku lakukan ?' batinnya menjerit.
Baik Ayana dan Gama, sama-sama terdiam. Rasanya pagi ini terasa lama untuk mereka berdua.
"Ayana masuk ke dalam kamarmu !" perintah sang Papa dengan suara dingin.
Dengan cepat kaki Ayana melangkah meninggalkan Gama. Ia berbaring di atas ranjangnya dengan tubuh meringkuk, ia menyesal melakukan hal itu semalam. Sungguh ia sangat menyesal.
Sementara di luar Gama tidak berani mengangkat wajahnya. Papa Hartono dan Mama Lisa menatapnya dengan tatapan dingin.
"Kamu tahu kesalahanmu ?" tanya Papa Hartono.
"Maafkan saya Om !" ucap Gama.
"Aku paling tidak suka pria yang ingkar janji, kamu berjanji semalam tidak akan telat memulangkan Ayana. Tapi semalam bahkan kamu tidak memulangkan putri Om. Om kecewa denganmu" lanjut Papa Hartono.
"Sekali lagi maafkan saya Om !" Gama benar-benar menyesali perbuatannya semalam. Ia sadar jika dirinya telah merusak masa depan wanita yang ia cintai. Ia sadar jika dirinya sudah melakukan hal bejat yang seharusnya tidak ia lakukan.
"Pulanglah ! Untuk sementara jangan mengajak Ayana keluar !" ucap Papa Hartono.
Gama mengangguk, "Baik Om, kalau gitu Gama pamit ya" Gama lalu menjabat tangan kedua orang tua Ayana.
Setelah Gama pergi, Papa Hartono masuk ke dalam kamar Ayana. Ia melihat putrinya tertidur dengan mata yang bengkak. Ia memandang putrinya dengan perasaan tidak menentu. Entah mengapa hatinya merasakan khawatir dan cemas, tapi ia tidak tahu apa yang ia cemaskan pada putrinya itu. Pria paruh baya itu pun mengelus lembut kepala Ayana.
"Papa berharap kamu baik-baik saja. Jangan buat Papa kecewa Ayana !" gumannya lirih, setelah itu ia keluar.
Setelah pintu tertutup, Ayana membuka matanya perlahan. Dirinya kembali terisak, ia tidak bisa membayangkan betapa kecewanya orang tuanya jika tahu dirinya sudah tidak perawan lagi.
"Maafkan aku Pa, Ma !" ucapnya dengan suara bergetar.
Wanita itu lalu masuk kamar mandi, Ayana berendam dalam bathtub, ia menggosok-gosok seluruh tubuhnya seolah menghilangkan semua bekas sentuhan Gama. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, ia merasa dirinya sangat kotor. Ia begitu menyesal mengapa dirinya dan Gama tidak bisa berpikir jernih semalam. Tangisan Ayana semakin pecah kala memikirkan masa depannya yang sudah hancur. Satu-satunya harapannya adalah, semoga ia tidak hamil.
🍃
Seminggu berlalu, Ayana lebih banyak diam baik di rumah maupun di sekolah. Sudah seminggu ini ia tidak bertemu dengan Gama, ia hanya sesekali mendapatkan pesan singkat dari kekasihnya itu. Ayana sama sekali tidak membalas pesan dari Gama.
"Ayana, kok akhir-akhir kamu kelihatan murung gitu sih ?" tanya Mona kala mereka sedang duduk di pinggir lapangan.
"Iya, kamu lagi ada masalah ya sama kak Gama ? Soalnya beberapa hari ini kak Gama nggak pernah kelihatan lagi jemput kamu" sambung Dira.
"Nggak apa-apa kok, kami baik-baik saja. Aku hanya minta Gama fokus buat persiapan diri untuk masuk ke universitas yang ia impikan" jawab Ayana berbohong.
Memang hubungan mereka baik-baik saja. Tapi mereka berdua yang tidak baik-baik saja. Mereka sedang menghadapi masalah yang sangat besar. Ayana hanya butuh waktu menenangkan diri, makanya ia menjauh dari Gama. Gama juga sepertinya melakukan hal yang sama, buktinya pria itu tidak pernah muncul di hadapan Ayana lagi.
"Kami tahu pasti ini berat untuk kalian. Cinta memang banyak ujiannya, jika cinta kita diuji kita harus lebih kuat mental lagi untuk melalui ujian itu. Kamu yang semangat ya !" Mona memeluk Ayana berusaha memberikan wanita itu kekuatan.
"Percayalah, jika jodoh nggak akan kemana. Meskipun kalian akan mengalami hubungan jarak jauh, tapi percayalah ! Jika kak Gama jodohmu, pasti Tuhan mempersatukan kalian kembali" sambung Dira. Ia ikut memeluk tubuh Ayana dengan erat.
Ayana tersenyum tipis, ia bersyukur memiliki teman seperti Dira dan Mona. Mereka selalu memberikan kekuatan untuknya.
🍃
Sebulan kemudian, Ayana mulai kembali ceria, Gama juga sudah sering muncul lagi, ya meskipun tidak sesering dulu. Tapi Ayana bisa memaklumi kekasihnya itu, ia paham Gama sedang sibuk dan fokus untuk mempersiapkan diri. Terlebih lagi lusa Gama sudah berangkat ke Jerman untuk melanjutkan studinya.
Seharusnya saat-saat seperti ini Ayana dan Gama lebih banyak menghabiskan waktu mereka berduaan, tapi semenjak masalah itu terjadi. Keduanya seolah terhalang sebuah benteng besar yang membuat mereka tidak seromantis dulu.
Mereka bertemu hanya untuk saling bertukar kabar, mengobrol tentang hal apa yang mereka lakukan hari ini. Tak ada adegan yang manis-manis lagi seperti dulu. Ayana juga seolah menjaga dirinya dari Gama, ia tidak mau hal itu terulang kembali.
Pagi hari ini Ayana merasakan mual, perutnya seperti diaduk-aduk. Wanita itu sudah terbangun sejak pukul lima pagi, tapi sudah jam enam wanita itu belum juga mandi. Ia masih berada di depan wastafel dengan wajah pucat, baru saja ia memuntahkan semua isi perutnya walau hanya cairan bening yang terasa pahit.
Ayana memegangi kepalanya yang terasa pusing, dengan langkah pelan Ayana berjalan ke ranjangnya. Ia kembali berbaring, sepertinya ia akan ijin tidak sekolah hari ini.
Tak lama sang Mama masuk kamarnya, seperti biasa wanita paruh baya itu akan merepet. Ayana hanya bisa menutup telinganya dengan kedua tangannya.
"Astaga Ayana, kamu kenapa belum bergerak juga sih dari tempat tidur ?"
"Ayana nggak enak badan Ma" jawab Ayana lemah.
Mama Lisa tentu cemas saat mendengar putrinya tidak enak badan. Mama Lisa segera mendekat dan menyentuh kening putrinya, suhu badan Ayana tampak normal saja.
"Kamu tidak bercanda kan ?" tanya Mama Lisa.
Ayana mengangguk pelan. Mama Lisa bingung, soalnya sang putri badannya tidak panas. Tapi melihat wajah pucat Ayana membuat Mama Lisa percaya jika Ayana memang tidak baik-baik saja.
"Kalau gitu kita ke Dokter ya !"
"Nggak usah Ma, paling ini hanya sebentar kok. Badan Ayana juga tidak hangat, mungkin Ayana hanya masuk angin makanya mual-mual"
"Kamu mual-mual ?" Mama Lisa menatap putrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini Up satu bab aja ya🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Rini Antika
Selamat Kak Sa udah ganti lencana..🎉🎉🎉
2022-12-01
2
Rini Antika
hadeuh bohong
2022-12-01
1
virgo♍
nanti malam Up ya kak😁❤️
2022-11-05
1