...🍃Happy Reading🍃...
"Siapa yang nganter kamu pulang ? Itu bukan mobil Mona ataupun Dira kan ?" tanya sang Mama pada Ayana.
Ayana menggeleng pelan.
"Lalu siap ?" desak sang Mama.
"Itu... Kakak kelas Ayana Ma"
"Laki-laki ?"
Ayana mengangguk sebagai jawaban.
"Itu kakak kelas hanya sekedar nganterin atau ada maksud lain ?"
Ayana terdiam, tidak mungkin ia menjawab jika itu pacarnya. Bisa-bisa Ayana diceramahi oleh kedua orang tuanya hingga telinganya berasap.
"Jawab Ayana !" tegas sang Mama.
"Di-dia..." Ayana tidak tahu harus berbohong atau berkata sejujurnya.
"Tak perlu jawab ! Mama sudah tahu jawabannya" sang Mama meninggalkan Ayana di ambang pintu.
Malam harinya Ayana diminta sang Papa untuk duduk di ruang tengah setelah makan malam. Wanita itu sudah tahu apa yang akan ia dengar, pasti sang Papa akan memberikan wejangan panjang untuknya.
Papa Hartono dan Mama Lisa menatap putri semata wayangnya yang sepertinya ketakutan.
"Ayana, kamu pasti sudah tahu apa yang ingin Papa tanyakan" tebak Papa Hartono.
Ayana tidak menjawab, ia tertunduk memandang tangannya yang saling meremas.
"Jawab jujur pertanyaan Papa ! Siapa pria itu ?"
Lagi-lagi Ayana tidak menjawab, wanita itu semakin merasa gugup kala sang Papa mulai bertanya siapa Gama.
"Kamu diam-diam pacaran di belakang Mama dan Papa ?"
Ayana menjawab, "kami baru pacaran hari ini Pa, Ma" dengan suara terbata.
"Papa tanya, apa manfaat pacaran ?"
Ayana mulai keringat dingin, ia tidak tahu apa manfaat pacaran. Ia belum bisa menjabarkan faedah dari pacaran, pengalaman ini pertama kalinya bagi Ayana.
"Tidak tahu jawabannya ? Lalu jika tidak tahu apa manfaat pacaran untuk apa kamu pacaran ? Kamu baru saja menggunakan rok abu-abu sudah berani main pacar-pacaran. Sekolah yang fokus saja supaya bisa menggapai cita-citamu, pacaran hanya akan membuatmu tidak fokus sekolah"
Ayana hanya bisa menghela nafas dengan berat kala mendengar wejangan dari sang Papa. Ada benarnya juga sih, harusnya ia fokus sekolah saja.
Tapi apa salahnya ia berpacaran, selama ia masih tahu batasannya dan masih bisa fokus dengan pelajarannya, itu tidak akan jadi masalah.
"Putuskan pacarmu itu !" Perintah sang Papa dengan tegas.
Ayana mengangkat kepalanya dan menatap sang Papa dengan tatapan memohon. Papa Hartono tidak peduli dengan wajah memelas putrinya itu. Baginya Ayana masih terlalu dini untuk pacaran.
Ayana masuk kamarnya dengan perasaan sedih. Seharusnya ia sedikit melawan untuk meminta hak bebas. Kedua orang tuanya terlalu mengekangnya hingga Ayana merasa tidak bisa bebas. Tapi Ayana selalu takut untuk membantah perkataan orang tuanya.
Ayana berbaring di atas ranjang dengan perasaan galau. Tak lama gadgetnya berbunyi, ia melihat nama Gama tertera di layar handphonenya. Ayana tidak memiliki niat sama sekali untuk menjawab panggilan masuk dari Gama.
Keesokan harinya Gama tiba-tiba menghampiri Ayana di kelasnya. Seketika Ayana menunduk kala melihat wajah dingin pria itu. Ayana bisa menebak jika Gama pasti marah padanya.
"Ikut aku !"
Tanpa menunggu jawaban Ayana, Gama segera menarik tangan Ayana dengan lembut. Sebisa mungkin pria itu menahan amarahnya pada wanita yang baru sehari jadi kekasihnya itu.
"Kita mau kemana ?" tanya Ayana.
Gama tidak menjawab dan terus berjalan hingga di taman sekolah. Gama menatap Ayana yang tampak menunduk.
"Kenapa tidak menjawab telpon dariku ?" tanya Gama.
"Aku ketiduran" jawab Ayana berbohong.
"Ayana, jangan mencoba menipuku. Aku tahu kamus sedang berbohong. Sekarang tatap mata aku dan jawab dengan jujur ! Mengapa kamu tidak menjawab panggilan dariku ?"
Ayana menatap Gama dengan mata yang berembun, "kita putus saja !"
Deg. Gama merasa jantungnya seolah berhenti berdetak, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Ayana minta putus, padahal hubungan mereka baru sehari, bahkan belum cukup 24 jam.
"Apa maksudmu Ayana ? Apa kamu sedang mempermainkan aku ?" gama mengguncang tubuh Ayana pelan.
"Kedua orang tuaku melarang aku berpacaran, mereka memintaku memutuskan hubungan kita" jelas Ayana.
Gama mengerutkan keningnya, memangnya masih jaman seorang anak dikekang orang tuanya untuk menuruti semua kemauan mereka ? Memang masih jaman anak seusia mereka tidak berpacaran ?
"Ayana, kamu sudah gede, masa orang tuamu melarang kamu berpacaran ? Ini sudah jam modern, anak remaja seusia kita memang sedang gencarnya mencari pasangan" ucap Gama.
"Tapi aku beda, aku tidak bisa sebebas kalian"
Ayana perlahan menjatuhkan air matanya. Di satu sisi ia tidak ingin mengakhiri hubungannya dengan Gama, tapi disisi lain Ayana tidak mau membantah kedua orang tuanya.
"Aku akan datang ke rumahmu sore ini dan meminta ijin pada orang tuamu, untuk menjadi calon menantunya" tegas Gama.
Ayana menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin Gama melakukan hal konyol itu. Dirinya justru akan mendapatkan masalah lebih besar lagi jika Gama berani datang ke rumah orang tua mereka.
"Jangan lakukan itu !" pintanya.
"Tidak bisa Ayana, cinta itu butuh perjuangan. Jika kita mendapatkan kendala maka kita harus cari solusi agar cinta kita bisa bertahan !" balas Gama.
"Aku mencintaimu dengan tulus Ayana, aku akan berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tuamu" tekad Gama.
Ayana hanya bisa menghela nafas panjang, ia pasrah dan membiarkan Gama melakukan hal yang ia mau. Lagipula memang benar kata pria itu, jika cinta butuh perjuangan. Ayana akan mencoba membantunya memperjuangkan cinta mereka.
Sepulang sekolah, Gama mengantar Ayana pulang. Kali ini Ayana tidak pernah senyum, ia sangat cemas jika orang tuanya masih melarangnya pacaran.
"Ayo ! Percaya padaku !" ucap Gama mengelus lembut kepala Ayana.
Wanita itu mengangguk dan segera turun dari mobil. Ayana masuk rumahnya dengan perasaan yang campur aduk. Gama mengekor di belakangnya.
Saat Ayana dan Gama hampir sampai di ruang tengah, tiba-tiba sang Mama muncul entah dari mana asalnya. Mata Mama Lisa menatap Gama dengan tatapan menyelidik. Setelah itu Mama Lisa masuk kamarnya memanggil suaminya.
Ayana mengajak Gama duduk, wanita itu ijin masuk ganti baju setelah itu ia keluar lagi. Ternyata kedua orang tuanya sudah berada di hadapan Gama. Terlihat mereka sudah memulai percakapan. Dengan langkah pelan Ayana menghampiri mereka.
"Baiklah, Om tidak akan melarang kalian pacaran, tapi kalian harus ingat batasan kalian !" ucap Papa Hartono.
Seketika Ayana terkejut dengan ucapan sang Papa. Ayana mencoba mengerjapkan matanya mencoba mencerna perkataan sang Papa. Entah ia salah dengar atau sang Papa yang salah ucap.
"Terima kasih Om" ucap Gama tersenyum bahagia.
Ayana menatap pria itu dengan tatapan yang penuh tanya. Entah apa yang dikatakan Gama pada orang tuanya sehingga dengan mudahnya mendapatkan ijin dari sang Papa.
Gama menatap Ayana dan tersenyum bangga. Ia mengedipkan sebelah matanya kepada Ayana.
🍃
Sejak saat itu Gama sering mengantar-jemput Ayana di rumahnya. Hubungan mereka sudah diketahui oleh semua siswa. Bahkan Gama berencana memperkenalkan Ayana pada kedua orang tuanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Besok lagi ya👋 jangan ada yang nagih 😐
jangan lupa apa ???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Rini Antika
gentle bgt sih Gama
2022-11-27
1
Rini Antika
Mama peramal ya, udah tau aja 🤭
2022-11-27
1
Yati Rosmiyati
sekarang aja ngomongnya cinta butuh perjuangan ku pegang kata katamu gama
gama jangan kecewain orang tua Ayana yang udah mercayain anaknya sama kamu buat pacaran
2022-11-04
1