Aku Bukan Pembunuh!

"Kau pembunuh, dua orang kau bunuh. Kau membunuh adikku dan kau juga membunuh anakku."

Deg ....

Diana di buat lemas tak berdaya. Pembunuh? Benarkah dia telah membunuh anaknya Anita dan adik Danu? Dia tidak sengaja mendorongnya. Untuk adiknya Danu, Diana tidak tahu apa-apa. Tapi untuk Anita, Diana menyadari kesalahannya.

Diana sampai tersungkur kebelakang menyenderkan punggungnya ke dinding. Rasa bersalah tiba-tiba mendera, rasa sesal telah bersikap kasar membuatnya menyesal.

Danu mencebik masuk ke ruangannya. Pria itu mengetikkan sesuatu pada seseorang.

Danu : Lakukan sekarang!

Begitulah isi pesannya. Entah apa maksud dari pesan tersebut, hanya dia yang mengetahuinya. Bibirnya menyeringai penuh misteri, "Kau harus merasakan apa yang adikku rasakan, Diana."

Lalu, Danu pergi dari sana tanpa menyapa Diana terlebih dulu.

"Pak, a .." Diana mengejar Danu ingin ikut melihat keadaan Anita. Namun, Danu seakan tuli dan membiarkan Diana berlari mengejarnya hingga terjatuh. Untungnya jam masih menunjukkan jam pelajaran sehingga tidak ada orang yang melihatnya.

"Mas, aku ingin melihat Anita. Maafkan aku," lirihnya pelan dengan derai air mata penyesalan telah membuat Anita keguguran. Tangannya juga mengusap perutnya.

"Maafkan Bunda belum bisa memberitahukan keberadaan kamu pada Ayahmu, sayang. Bunda masih menunggu waktu yang tepat untuk bicara mengenai kamu. Bunda takut Ayahmu marah dan menolak mu." Bahkan niat ingin memberitahukan kehamilannya pun sampai terlupakan hingga tidak jadi setelah melihat sikap suaminya.

"Diana! Ya Tuhan, kau kenapa duduk di lantai?" pekik Cici khawatir melihat sahabatnya menangis duduk sendiri.

Cici membantu Diana bangun. Tapi, Diana langsung memeluk sahabatnya dan menumpahkan segala sesak yang ia rasa.

"Ci, aku pembunuh, Ci. Aku sudah membunuh janin seseorang. Aku tidak sengaja mendorongnya, Ci. Sungguh, aku tidak sengaja hiks hiks." Rasa tidak percaya dan rasa penyesalan datang secara bersamaan. Tidak percaya jika ia pembunuh, menyesal jika dirinya sudah berlaku kasar. Seandainya Dia bisa bersikap tenang tanpa melakukan kekerasan, pasti saat ini janin yang ada di dalam diri Anita masih ada.

"Dee, apa yang kau katakan? Janin siapa yang kamu bunuh?" Cici tidak mengerti seraya mengurai pelukannya.

"Anak maduku, Ci. Anak madu ku hiks hiks."

"Apa?!" SINTA SAFITRI yang sering disapa Cici ini terkejut. Dia mengedarkan pandangannya berharap tidak ada orang yang mendengarnya.

"Bangun dulu, aku butuh penjelasan kamu. Kita ke bangunan paling atas sekarang." Ajak Cici membangunkan Diana dari duduknya.

"Tapi pelajarannya?" di tengah isak tangisnya Diana masih memikirkan pelajaran yang sedang berlangsung.

"Sudah selesai, sudah ganti dosen tapi dosen yang kedua tidak datang." Tadi Cici langsung mencari sahabatnya setelah dosennya selesai mengajar. Cici sangat khawatir melihat keadaan Diana yang selalu melamun tidak fokus mengerjakan pelajaran.

Dia dibuat terkejut ketika melihat Diana terjatuh mengejar pak Zio dan menangis sendiri terduduk di lantai.

Mereka berdua sudah berada di lantai paling atas. Diana menatap kosong bangunan kampusnya. Dia bisa sekolah di sini mendapat jalur beasiswa.

"Bagaimana keadaan kandungan mu? Apa ponakan ku baik-baik saja? Aku khawatir saat melihatmu duduk seperti tadi." Nampak sekali raut wajah penuh khawatiran dari wajah Cici. Dia yang selalu ada dan bersama hampir setiap hari tentunya mengkhawatirkan kondisi calon bayi.

"Dia baik-baik saja. Tapi hatiku, rumah tanggaku sedang tidak baik-baik saja, Ci." Diana kembali menetes air mata bingung harus berbuat apa di saat situasi semakin pelik saja.

"Sekarang coba kamu jelaskan apa yang terjadi?" Cici merangkul Diana mencoba menguatkannya. Dia juga memandangi area kampus.

"Mas Danu mengkhianati ku, Ci. Dia menikah lagi tanpa sepengetahuanku. Dia juga membawa istri siri nya ke rumah kami. Bahkan istri nya tengah hamil." Diana tidak bisa menahan sesak di dada, ia terisak dengan telapak tangan menutupi wajah cantiknya.

Diana menceritakan apa yang ia alami akhir-akhir ini tanpa di tutup-tutupi. Karena hanya bersama Cici, dia merasa memiliki saudara sekaligus sahabat yang bisa bertukar cerita suka dan duka. Cici ikut merasakan kesedihan Diana. Dia pun memeluk sahabatnya dan tak terasa matanya sudah berkaca-kaca.

"Kamu harus kuat demi anak kamu, Dee. Kamu tidak boleh stress, tidak boleh banyak pikiran. Serahkan semua masalah ini kepada Tuhan. Semoga tuhan selalu melindungi mu dan memberikan jalan terbaik untuk rumah tanggamu. Aku tidak menyangka Pak Zio sejahat itu padamu."

Cici mengetahui hubungan Diana dan dosennya, bahkan ayah nya lah yang menikahkan Diana.

"Tapi aku takut, Ci. Mas Danu sangat marah Anita ke guguran. Aku harus apa? Aku tidak mungkin bisa mengembalikan janin yang sudah tiada? Aku menyesal telah mendorongnya. Pasti saat ini dia tengah bersedih."

"Ini takdir, semua atas kehendaknya. Kamu harus yakin semuanya akan baik-baik, saja. Sekarang kita kebawah, kita makan yang banyak. Kasian keponakan ku ini." Cici pun mengurai pelukannya lalu menghapus air mata Diana.

Dia sudah menyayangi Diana layaknya saudara. Dia yang terlahir tunggal selalu merasa kesepian tanpa adanya saudara. Kehadiran Diana mampu membuat Cici bahagia dan merasa memiliki saudara meski bukan sedarah. Tidak ada yang Cici jadikan sahabat selain Diana. Persahabatan mereka kini sudah terjalin dua tahun semenjak Diana masuk kuliah di umur 18 tahun.

"Makasih, Ci. Kamu benar, anakku juga harus makan." Diana terharu memiliki sahabat baik seperti Cici. Setelah semuanya terasa baik serta perasaan Diana jauh lebih tenang meski hati masih risau, mereka berdua turun menuju kantin.

Namun, setibanya di bawah, banyak pandangan mata tertuju pada Diana. Pandangan berbeda seakan menghakiminya.

"Kamu merasa ada yang aneh gak, Dee?" Cici mulai mencurigai ketidak beresan di kampus. Terbukti dari banyaknya pasang mata menatap jijik serta menghakimi ke arah mereka.

"Aneh kenapa?" Diana masih menunduk menyembunyikan mata sembabnya.

"Mereka semua terus memperhatikan kita terutama kamu."

"Masa sih?" Diana langsung mendongak. Dan ternyata benar, banyak pasang mata terus menatapnya.

"Eh, lihat si pembunuh ini. Dia masih saja menjalani hari nya setelah membunuh adik pak Zio dan anak seseorang," celetuk seseorang.

Deg ....

Diana dan Cici saling lirik kaget atas perkataan salah satu dari sekian murid di kampus.

"Bener banget, seharusnya pembunuh sepertinya tidak ada di sini. Di penjara jauh lebih baik," balas lainnya.

"Hei, siapa yang kau maksud pembunuh?" sergah Cici merasa panas telinga atas tuduhan palsu itu.

"Siapa lagi kalau bukan temanmu itu, Diana Maheswari." Salah seorang berteriak kencang menyebutkan nama Diana sebagai pembunuh hingga membuat orang-orang mulai terpancing ingin mengetahuinya.

Deg ....

Diana terperanjat kaget. Kenapa semua orang mengatainya pembunuh.

"Tidak, aku bukan pembunuh."

"Ihh, cantik-cantik kok pembunuh."

Diana menggelengkan kepalanya. "Aku bukan pembunuh," batinnya menolak jika memang ia bukan pembunuh.

"Kalian jangan asal bicara, ya. Diana bukan pembunuh seperti yang kalian tuduhkan. Ini fitnah," sela Cici geram atas tuduhan mereka.

"Kau jangan membelanya Cici. Wanita pembunuh sepertinya harus di hukum. Dan lebih baik tinggal di penjara."

"Mana buktinya Diana pembunuh? Darimana kalian dengar jika Diana membunuh? Apa kalian punya buktinya?" sergah Cici, Diana memegangi telinganya tidak ingin mendengar ocehan orang.

"Lihat ini! Ini bukti Pak Zio marah karena Diana sudah membunuh adik dan anak seorang wanita."

Rekaman video itu menunjukan kemarahan Danu pada Diana. Hanya bagian terakhir yang terputar, video itu pun sangat singkat namun mampu membuat semua orang semakin tidak menyukainya. Entah siapa yang merekam, entah siapa yang menyebarkan, Diana tidak tahu.

Deg ....

"Tidak ... aku bukan pembunuh!"

Terpopuler

Comments

Dedeh Nurhayati

Dedeh Nurhayati

kejam banget ya pa zio padahsl istri sendiri,g mencerminkan orang berpendidikan padahsl dosen mestinya d trliti dan selidiki fulu tskutnya jatuhnya finah,klu brnar krnapa g d laporin k polisi?aq heran sama pendidik,yg nota bene dosen pasti tahu hukum ko nofoh ya?jadi sebel ssma tuh fosen dan jahat g setia lagi tjor jangan kelamaan mendetitanya diana kadihan lg hamil buat tu dosen mrnyesal seumur hidupnya

2022-10-31

2

lihat semua
Episodes
1 Kenyataan Pahit
2 Kenapa Berubah
3 Kau Pembunuh!
4 Aku Bukan Pembunuh!
5 Alasan Danu Membenci Diana
6 Bully
7 Gangguan Mental
8 Tergoda oleh Rayuan
9 Perlakuan Manis penuh Misteri
10 Sebuah Tuduhan
11 Di keluarkan
12 Gelisah
13 Lagi-lagi Terluka
14 Talak Aku
15 Terluka Luar Dalam
16 Keguguran...!
17 Kenyataan 1
18 Kemarahan Orangtua Danu
19 Kenyataan 2
20 Maaf
21 Pergi
22 Sebuah Rindu
23 Hukuman
24 Memulai Kembali
25 The Florist
26 Keadaan yang Berbeda
27 Kabar untuk Zio
28 Salah satu dari sekian Pria
29 Hati tak Bisa Berbohong
30 Sama-sama Merindu
31 Pemeriksaan Kandungan
32 Siapa yang Hamil, Siapa yang Ngidam
33 Tidak Menyerah
34 Tamparan
35 Kemarahan Nurma
36 Permintaan Zio
37 Melamun 1
38 Melamun 2
39 Karyawan Baru
40 Tidak sabar menunggu
41 Kaget
42 Di Tuduh
43 Kelahiran dan Kebebasan.
44 Rencana Fikri
45 Nikah Secara Paksa
46 Terlambat Datang
47 Kenapa Ini Terjadi?
48 Berusaha Menerima
49 Pulang Ke Rumah
50 Kekhawatiran Cici
51 Danu & Diana Flashdback I
52 Danu & Diana Flashdback II
53 Rewel
54 Sebuah Kabar
55 Pamitan Lagi
56 Kekhawatiran Fikri
57 Rencana dramatis
58 Pergi untuk Kembali
59 Pembicaraan di Malam Hari
60 Permohonan Salma
61 Kekhawatiran Diana
62 Terpaksa
63 Berusaha Tenang
64 Kedatangan Mantan
65 Pandai Bersandiwara
66 Usaha Salma
67 Terkesan Baik Namun Munafik
68 Merasa Berbeda
69 Bertukar Kabar
70 Berprilaku Kasar
71 Di Balik Saku
72 Berusaha Bersikap Biasa Namun Hati Terluka
73 Sandiwara Diana
74 Hal Yang Mengejutkan
75 Tercengang
76 Sebuah Mimpi
77 Talak Aku!
78 Sisi Lain Fikri
79 Bersiap Pulang
80 Perlakuan Kasar
81 Semakin Menjadi
82 Mulai mencari Informasi
83 Keterkejutan Danu
84 Mencoba Pergi
85 Menghindari Kejaran Fikri
86 Bertemu Kembali
87 Danu Terluka
88 Permintaan Maaf Danu
89 Rasa Yang Masih Ada
90 Gugup
91 Pembicaraan Di Pagi Hari
92 Pemaksaan
93 Perkelahian Dua Pria
94 Di Paksa
95 Rencana dan Introgasi
96 Mewawancarai Diana
97 Emak-emak di Lawan
98 Menjelang Sidang
99 Ruangan Sidang
100 Semakin Memanas
101 Semakin Tidak Terkendali
102 Keputusan Akhir
103 Menunggu Sadar
104 Cerita Yang Berbeda
105 Permintaan Maaf Salma
106 Kejujuran Keluarga Danu
107 Permintaan Maaf Danu & Keluarga
108 Sidang Perceraian
109 Akhirnya ....
110 Pengumuman Novel baru : MENGANDUNG TANPA SUAMI
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Kenyataan Pahit
2
Kenapa Berubah
3
Kau Pembunuh!
4
Aku Bukan Pembunuh!
5
Alasan Danu Membenci Diana
6
Bully
7
Gangguan Mental
8
Tergoda oleh Rayuan
9
Perlakuan Manis penuh Misteri
10
Sebuah Tuduhan
11
Di keluarkan
12
Gelisah
13
Lagi-lagi Terluka
14
Talak Aku
15
Terluka Luar Dalam
16
Keguguran...!
17
Kenyataan 1
18
Kemarahan Orangtua Danu
19
Kenyataan 2
20
Maaf
21
Pergi
22
Sebuah Rindu
23
Hukuman
24
Memulai Kembali
25
The Florist
26
Keadaan yang Berbeda
27
Kabar untuk Zio
28
Salah satu dari sekian Pria
29
Hati tak Bisa Berbohong
30
Sama-sama Merindu
31
Pemeriksaan Kandungan
32
Siapa yang Hamil, Siapa yang Ngidam
33
Tidak Menyerah
34
Tamparan
35
Kemarahan Nurma
36
Permintaan Zio
37
Melamun 1
38
Melamun 2
39
Karyawan Baru
40
Tidak sabar menunggu
41
Kaget
42
Di Tuduh
43
Kelahiran dan Kebebasan.
44
Rencana Fikri
45
Nikah Secara Paksa
46
Terlambat Datang
47
Kenapa Ini Terjadi?
48
Berusaha Menerima
49
Pulang Ke Rumah
50
Kekhawatiran Cici
51
Danu & Diana Flashdback I
52
Danu & Diana Flashdback II
53
Rewel
54
Sebuah Kabar
55
Pamitan Lagi
56
Kekhawatiran Fikri
57
Rencana dramatis
58
Pergi untuk Kembali
59
Pembicaraan di Malam Hari
60
Permohonan Salma
61
Kekhawatiran Diana
62
Terpaksa
63
Berusaha Tenang
64
Kedatangan Mantan
65
Pandai Bersandiwara
66
Usaha Salma
67
Terkesan Baik Namun Munafik
68
Merasa Berbeda
69
Bertukar Kabar
70
Berprilaku Kasar
71
Di Balik Saku
72
Berusaha Bersikap Biasa Namun Hati Terluka
73
Sandiwara Diana
74
Hal Yang Mengejutkan
75
Tercengang
76
Sebuah Mimpi
77
Talak Aku!
78
Sisi Lain Fikri
79
Bersiap Pulang
80
Perlakuan Kasar
81
Semakin Menjadi
82
Mulai mencari Informasi
83
Keterkejutan Danu
84
Mencoba Pergi
85
Menghindari Kejaran Fikri
86
Bertemu Kembali
87
Danu Terluka
88
Permintaan Maaf Danu
89
Rasa Yang Masih Ada
90
Gugup
91
Pembicaraan Di Pagi Hari
92
Pemaksaan
93
Perkelahian Dua Pria
94
Di Paksa
95
Rencana dan Introgasi
96
Mewawancarai Diana
97
Emak-emak di Lawan
98
Menjelang Sidang
99
Ruangan Sidang
100
Semakin Memanas
101
Semakin Tidak Terkendali
102
Keputusan Akhir
103
Menunggu Sadar
104
Cerita Yang Berbeda
105
Permintaan Maaf Salma
106
Kejujuran Keluarga Danu
107
Permintaan Maaf Danu & Keluarga
108
Sidang Perceraian
109
Akhirnya ....
110
Pengumuman Novel baru : MENGANDUNG TANPA SUAMI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!