Ryuga sedang menikmati sarapan pagi di kediamannya bersama keluarga dengan penuh kehangatan.
"Ga, papah minta tolong, kamu bantu-bantu om Ferdy di Yayasan, karena Yayasan itu merupakan hasil jiri payah papah sama om Ferdy, yang kami besarkan bersama. Dan hingga kini papah banyak berhutang budi kepadanya, jadi papah mohon kamu bersedia membantu,"ucap Bimo penuh harap menatap Ryuga dengan tegas.
"Baik pah Ryuga akan coba," ujar Ryuga menyetujui. Sejak kecil Ryuga memang patuh terhadap kedua orang tuanya.
"Dan juga," ujar Bimo sedikit ragu, mengutarakan keinginannya.
"Dan juga apa pah..?" tanya Ryuga penasaran.
Bimo melihat ke arah istrinya karena, pasalnya ia sedikit khawatir dengan apa yang akan ia sampaikan kepada putranya tersebut.
Retno pun mengangguk dan tersenyum kepada suaminya agar menceritakan keinginan mendiang sahabatnya tersebut.
"Begini Ga, Papah sama Mamah serta sahabat papah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anak mereka," ucap Bimo ragu-ragu menatap putranya.
Ryuga pun terkejut hingga sendok yang ia pegang pun terjatuh akibat ucapan papahnya tersebut.
"Tapi Mah... Pah, Ryuga belum ada keinginan untuk menikah, dan juga Ryuga akan memilih calon pendamping hidupku sendiri Pah, " ujar Ryuga menatap kedua orang tuanya dengan penuh ketegasan.
"Sayang.., apa kamu masih belum bisa melupakannya gadis itu Ga, usia kamu ini sudah pas untuk kamu memiliki seorang pendamping. Mamah mohon sekali, tolong kamu buka sedikit hati kamu untuk orang lain ya Ga,“ ujar Retno melemah menatap Ryuga penuh harap.
"Benar apa yang di bilang Mamah kamu itu, Ga. Ini sudah berlalu, kamu harus ikhlas Ga, mungkin dia bukan jodoh kamu. Sebaiknya kamu belajar mengenal terlebih dahulu, Papah dan Mamah sangat berharap kamu setuju karena Mamah dan Papa sudah berjanji akan menjodohkan paling lambat minggu ini,“ ucap Bimo sambil menimbang nimbang ucapannya.
"Apa seminggu, apa nggak terlalu cepat..!" ujar Ryuga terkejut menatap mamah dan papahnya secara bergantian.
"Tapi pah apa itu tidak terlalu mendadak. Ryuga belum siap Pah..Mah," ujar Ryuga merasa keberatan menatap kedua orang tua secara bergantian.
"Ryuga Mamah mengerti, tapi kami sudah terlanjur berjanji, kamu juga harus pikirkan kondisi Papah kamu, karena kesehatan Papah juga seperti yang kamu tahu kan sayang," ujar Retno berusaha meyaknikan putranya.
Ryuga menghela nafas dengan berat karena keputusan kedua orang tuanya tersebut. Ryuga memang anak yang tidak pernah membantah kedua orang tuanya. Namun untuk urusan masa depannya sebenarnya ia punya pertimbangan dan ingin menentukan pilihanya sendiri.
Mungkin benar sampai detik ini ia masih belum melupakan Sita, yaitu gadis yang pernah mengisi hatinya 5 tahun yang lalu.
"Baik Pah... Mah.., jika itu menang yang terbaik, Ryuga akan turuti kemauan kalian, tapi Ryuga nggak bisa janji mengingat perasaan itu memang nggak bisa dipaksakan,“ jawab Ryuga dengan lemas yang akhir menyetujui keputusan kedua orang tuanya tersebut.
Di SMA Garuda Bangsa
Ada yang berbeda ini dengan suasana sekolah tidak seperti biasa terutama saat Ryuga pertama kali menginjakkan kaki masuk ke area sekolah dan melintasi konidor sekolah.
Suasana di area sekolah menjadi ricuh, terutama bagi siswi perempuan karena saat itu sedang jam istirahat. Para siswi-siswi terus saja menatap Ryuga, dengan mulut yang menganga saat Ryuga melintasi setiap konidor sekolah.
Baju formal kemeja lengan panjang yang sedikit digulung menjadi nilai plus penampilan Ryuga saat pertama kali datang ke SMA Garuda Bangsa.
"Anjirrrr... tuh siapa gaes? Sumpah gantengnya nggak ngotak! Wahgelaseh ini mah," ujar salah satu siswi.
"Kalo tiap hari liat beginian makin semangat gue ke sekolah," saut siswi yang lain menimpali.
Ryuga sudah sangat biasa mendengar ucapan-ucapan tersebut di telinganya. Dan ia pun hanya bisa menyunggingkan sudut bibirnya.
Ryuga sampai di ruang ketua Yayasan yang tidak lain adalah ruangan Pak Ferdy. Mereka terlihat berbicang serius membicarakan tentang operasional sekolah dan Ryuga juga banyak berduskusi dan bertanya tentang kurikulum dan segala hal mekanisme sekolah.
"Om harap kamu lebih banyak membantu disini, karena Om banyak lupanya, kamu bisa mengajar di sini, yah itung-itung menambah pengalaman kamu,“ucap Ferdy dengan penuh canda guna untuk menambah keakraban.
"Ayo biar Om antar ke ruangan kamu,"ajak Ferdy membawa Ryuga keluar dari ruangannya.
"Ini adalah ruangan kamu Ga, semoga kamu betah ya," ujar Ferdy tersenyum ramah.
"Makasih Om, sebisa mungkin saya akan melakukan yang terbaik untuk sekolah ini, kalo gitu saya permisi dulu, Om," ujar Ryuga sambil menjabat tangan Om Ferdy.
"Titip salam buat papah dan mamah kamu ya," ujar Ferdy dengan penuh wibawa.
.......
Tiga berlalu dari masa skorsing dan masih ada sisa 4 hari. Alexa merasa bosan terkurung di dalam kamarnya. Moodnya sangat buruk sejak pertengkaran dengan papahnya, karena selain di sekolah, papahnya juga menghukumnya dan tidak mengizinkan Alexa keluar rumah karena perbuatannya di sekolah.
Sambil berjalan mondar mandir di atas balkom di depan kamarnya, Alexa asik ngevape sambil menatap pemandangan di atas langit. Alexa terus memikirkan bagaimana cara ia bisa keluar tanpa ketahuan papahnya, agar bertemu dengan kedua sahabatnya nanti.
Alexa membuka chatroom dan mulai memainkan jari lentiknya membuat janji dengan kedua sahabat tersebut.
"Kafe biasa yuk, bosen nih gw.. Alexa."
"Berangkat,.. Rena."
"Jangan bader dah luh.. Kipli."
"Bodo amat..! Jam 07:00 bungkus.. Alexa."
Alexa menaruh ponselnya di nakas setelah asik, berchat ria dengan kedua sahabatnya.
Tok..tok..tok..
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di kamarnya Alexa segera berlari menuju pintu dan menaruh benda yang ia hisap di nakas.
"Non Alexa buka pintunya non, makan dulu non abis itu minum obatnya,"panggil mbok Darmi sambil mengetuk pintu kamar Alexa.
Alexa pun membuka pintu kamarnya, karena hanya mbok Darmi orang yang sangat peduli kepada Alexa setelah kepergian mamah kandungnya.
"Udah non jangan murung terus makan yuk si mbok suapin ya?" ujar Mbok Darmi perhatian.
"Taro aja Mbok di situ nanti, Alexa makan," ujar Alexa tersenyum.
"Tuh kan nakal lagi deh,"ucap mbok Darmi saat melihat vape di nakas kamar Alexa.
Alexa hanya nyengir sambil memperlihatkan barisan giginya rapi di depan Mbok Darmi. Berbeda dengan Mbok Darmi, ia pun tidak heran dengan sifat dan tingkah laku Alexa yang di nilai keluar jalur.
Itu merupakan bentuk pelampiasannya, akibat dari kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya karena ia merupakan anak yang broken home.
Mbok Darmi menaruh nampan yang berisikan makanan dan juga buah di nakas. Ia pun duduk di tepi ranjang Alexa sambil mengusap punggung Alexa.
"Makan dulu non, jangan menyiksa diri terus, kasian kan nanti nonnya sakit gimana,"ujar Mbok Darmi begitu perhatian.
"Mbok kalo Alexa meninggal, mbok bakalan nangisin Alexa nggak Mbok?" tanya Alexa asal bicara.
"Husss.!! lambemu ndo ngawur, ya pasti si Mbok nangis lah sedih, ngeliat Non setiap hari di marahin bapak juga, si Mbok sedih non,"njawab mbok Darmi dengan begitu tulus menyayangi anak majikannya tersebut.
"Ah masa sih, "goda Alexa sambil mencolek pinggang mbok Darmi. Alexa terus menggelitik mbok Darmi hingga Mbok Darmi pun kegelian, dan buru buru keluar dari kamar Alexa akibat tingkah jail Alexa.
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Bundae Ardi Putra Tunggal
vape tu semacam rokok berbentuk cair dan bisa di isi ulang kalau nggak salah 🙏
2023-03-12
0
abdan syakura
Maaf, Thor..
ngevape tu ap ya =merokok??
2023-03-09
0
Adi kelana
ijin baca Thor
2023-02-05
0