Episode 14

Pagi datang....

Ghea bangun merubah posisi, beberapa saat ia mengumpulkan nyawa barulah kesadarannya penuh. Wanita itu celingak-celinguk ketika sudah berada di kamar Alvan dengan baju tidur terpasang.

"Aww kepalaku sakit..."

"Dimana Elyn dan Sonya? kenapa aku bisa sampai di sini?.."

Ingatan Ghea hanya sampai pada saat ia duduk minum-minum dengan Elyn juga Sonya, setelahnya tidak mengingat apa-apa lagi. "Siapa yang memasang baju tidur ini?..."

"Suamimu...." Jawab Alvan yang tiba-tiba masuk kamar.

Ghea tak langsung menjawab terdiam beberapa saat. "Apa saat mabuk semalam aku merepotkan nya? akh sial! kenapa tidak ingat sama sekali?.." Batin Ghea frustasi.

"Bersihkan diri sebelum ku bersihkan kembali, nanti kita ke rumah utama!.."

Setelah mencerna ucapan Alvan, Ghea membulatkan mata. "Apa kau melihat tubuhku!!....."

"Ya aku melihat semuanya kenapa?..."

Ghea menggigit bibir bawah.

"Aku suamimu berhak, seharusnya kita juga sudah melakukan malam pertama bukan?..."

"Kita akan bercerai aku dan kamu tidak saling mencintai..."

Alvan acuh memilih berjalan menuju lemari. "Jika tak mau ku makan tubuhmu, cepatlah bersiap-siap kita ke rumah utama."

"Rumah utama?.."

"Ya kedua orang tuaku ingin bertemu denganmu..."

Ghea mengerutkan keningnya. "Maaf, tapi bukankah kedua orang tuamu sudah tiada?..."

"Hanya rekayasa sementara, kau sebagai istriku harus bungkam sebelum ku izinkan..."

"Ini aneh, tapi untuk apa?..."

Alvan tak menjawab ia melepas pakaiannya mengganti baju, Ghea langsung balik badan dengan pikirannya yang bertanya-tanya.

Setelah selesai mandi dan siap-siap, pasangan pengantin baru itu pergi ke rumah utama.

Selama di perjalanan tidak ada yang bersuara.

25 menit kemudian, akhirnya mereka berdua sampai di halaman rumah utama.

Jujur jantung Ghea deg-degan untuk bertemu dengan orang tua suaminya, Alvan termasuk salah satu orang penting di negara ini. Sosok orang tuanya juga kemungkinan sangat tegas dan disiplin sehingga membuat Alvan sampai di titik sekarang.

"Gandeng tanganku!..."

Dengan perlahan Ghea menggandeng tangan Alvan.

Para pelayan mempersilahkan tuan mudanya masuk ke dalam, mereka berdua berjalan memasuki ruang keluarga.

Terlihat Radit dan Diana sudah menunggu, saat Alvan masuk mereka berdua berdiri.

"Pah, ma... Ini istriku Gheanya Alisiya."

Ghea tersenyum ramah ia mencium kedua tangan Radit dan Diana. "Hallo om tante...."

"Cantik ya..." Puji Diana..

Ghea hanya tersenyum malu.

"Panggil mama papa, kau putri kami sekarang.." Timpal Radit sungkan.

"B-baik pah, ma..."

Mereka semua duduk, para pelayan berdatangan membawa jamuan.

"Maaf katanya kamu sudah tidak memiliki seorang ibu?.." Tanya Radit.

Ghea mengembangkan senyum manisnya. "Iya pah sudah sejak lama..."

"Sekarang ada mama sebagai pengganti." Potong Diana.

Seketika hati Ghea terasa hangat kembali, kedua orang tua Alvan tidak se-mengerikan yang dibayangkan.

Mereka mengobrol ini itu, Radit dan Diana cepat akrab dengan sang mantu, bahkan Ghea berhasil menarik perhatian keduanya.

Untuk meyakinkan kedua orang tuanya jika dirinya normal, Alvan tak segan berbuat romantis di hadapan mereka. Sesekali mencium leher jenjang Ghea dari belakang.

Mendapat perlakuan itu jantung Ghea berdebar kencang. "Tidak, jangan sampai jatuh hati dengan pria ini!..."

Ghea membantu mama Diana masak untuk makan siang bersama, kedekatan diantara mereka semakin terjalin.

Alvan menatap dari kejauhan...

"Papa rasa ini aneh, padahal Ghea ibaratkan wanita yang baru kamu kenal. Tapi kau malah menikahinya apa ada sesuatu yang tidak papa ketahui?.." Ujar Radit yang tiba-tiba muncul.

"Bukankah papa tahu aku menghamilinya?.."

"Jika begitu, papa rasa kamu tidak mungkin langsung menikahinya. Apa kau sudah tahu dia dari dulu?..."

Bagai wangi bangkai terendus seseorang, Alvan sedikit terkejut dengan kecurigaan sang papa. "Dia putri dari Niko Alayrs pembunuh kak Andre, mungkin sekarang papa tahu alasanku menikahinya apa..."

Mata Radit melotot, nafasnya sesak tak karuan akan amarah. "K-kau menikahinya untuk apa jika hanya untuk dendam, hilang restu papa Alvan!.."

Alvan tersenyum menyeringai. "Aku tidak puas jika hanya ayahnya saja yang nanti tersiksa, putrinya pun harus juga!..."

"Dimana ayahnya sekarang!..."

"Sebentar lagi, sebentar lagi kita akhiri dendam ini. Niko dalam pengawasanku!..."

"Bagaimana dengan Gheanya?.."

"Untuk bersenang-senang, mungkin...." Ujar Alvan dengan senyum sinis penuh maksud.

Terpopuler

Comments

🇮🇩A Firdaus🇰🇷

🇮🇩A Firdaus🇰🇷

lanjut 👍

2024-05-27

1

misterius

misterius

ngeri kali...

2023-01-15

1

Evi__gana

Evi__gana

Alvan lu diliat liat ngeri juga Yee gak papa deh penting ganteng

2022-11-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!