"Apa? Bos Aiden bilang penampilanmu biasa saja?" Loretha bertanya dengan nada tak percaya.
Sementara Rania yang sedang menyeruput milkshake hanya bisa menganggukan kepala. Dia dan Loretha sedang duduk bercengkrama di kedai makan cepat saji di salah satu mall.
"Mata bos Aiden itu tampaknya perlu diperiksa deh atau mungkin dia…" tiba-tiba Loretha tersenyum sambil melirik ke arah Rania.
"Mungkin apa?" Rania bertanya menanti kelanjutan ucapan Loretha.
Wanita yang mengecat rambutnya dengan warna pirang itu mencondongkan tubuh dengan bibir yang terus tersenyum.
"Mungkin dia jatuh cinta padamu tapi gengsi untuk mengatakan kalau itu sangat cantik," bisik Loretha.
Rania mengerutkan dahi tampak kurang setuju dengan tebakan Loretha. Sebab dari apa yang Rania lihat, sikap Aiden tidak berubah sama sekali terhadapnya.
Bos besarnya itu masih saja bersikap dingin. Bahkan semenjak Rania merubah penampilannya, Aiden justru semakin galak, tatapan matanya semakin tajam memandang Rania. Seakan ingin memakan Rania hidup-hidup.
Rania bergidik ngeri saat membayangkan kembali sorot mata Aiden. Lalu dia menggelengkan kepala pada Loretha dan menyeruput lagi milkshake nya.
"Tidak mungkin, ah. Bos Aiden mana mungkin jatuh cinta padaku. Ada-ada saja kamu ini."
Loretha terkekeh. Lanjut mereka berdua berjalan-jalan di mall itu untuk mencari pakaian kantor demi menunjang penampilan baru Rania.
Loretha menyibak satu per satu pakaian yang menggantung, mengambil dan merentangkan tinggi-tinggi. Lalu mengembalikan ke tempat semula saat dirasa tidak cocok untuk Rania.
Loretha kembali mencari setelan kerja yang pas dan sesuai karakter Rania. Hingga akhirnya entah sudah berapa jam mereka menghabiskan waktu, tumpukan pakaian yang dipilih Loretha pun sudah menggunung.
"Oh ya, Lo. Aku mau tanya sesuatu," kata Rania saat Loretha sedang memilihkan blazer untuk Rania.
Loretha menarik blazer berwarna navy lalu menempelkannya pada badan Rania untuk memastikan cocok atau tidak.
"Tanyakan saja!"
"Kalau boleh tahu, apa yang membuat kamu memutuskan hubungan dengan Abc?"
Belum sempat Loretha menjawab, tiba-tiba ada suara yang memanggil Rania dan membuat dua wanita yang asyik berbelanja itu memalingkan wajah.
Loretha dan Rania menoleh ke arah Carlos yang sudah berdiri tak jauh dari mereka sambil menurunkan kacamata hitamnya. Pria itu menyorot Rania dengan tatapan tak percaya.
"Tak kusangka kita bertemu lagi di sini. Apa mungkin kita jodoh ya?"
Rania tak menanggapi. Dia menoleh cepat pada Loretha dan menarik lengan temannya itu untuk segera pergi, "Lo, aku rasa berbelanjanya sudah cukup."
Tapi Loretha bersikukuh tidak mau meninggalkan tempatnya berdiri. Dia masih mengamati Carlos, lalu menatap Rania secara bergantian.
"Tunggu sebentar! Anda mengenal Rania?" tanya Loretha pada Carlos.
"Tentu saja. Oh by the way, kalian sudah makan, ladies? Bagaimana kalau kita makan malam bersama?"
"Tidak, terima kasih. Kita sudah lapar. Eh, maksudnya kita sudah kenyang," sahut Rania cepat yang berusaha menarik lengan Loretha. "Ayo, Lo."
"Wait, wait," Loretha tersenyum semringah. Dia kembali menunjuk Carlos dengan senyum penuh makna. "Tuan mengajak Rania makan malam? Tapi sayangnya Rania ini tipe wanita yang tidak suka diajak makan malam ke tempat biasa saja. Apalagi oleh pria sembarangan."
Rania mencubit Loretha dan mendekatkan wajahnya ke daun telinga sahabatnya untuk berbisik, "Lo, kamu ini sedang apa?"
Mendengar perkataan Loretha, Carlos hanya mengangkat alis.
"Aku memang akan mengajak Rania makan malam ke tempat yang luar biasa."
"Rania hanya mau makan di restoran fine dining terbaik di kota ini, Tuan," ucap Loretha yang langsung mengaduh karena lagi-lagi Rania mencubit lengannya.
Loretha melirik Rania dan dia malah tersenyum saat melihat sahabatnya yang kini memberengut. Seolah dia sedang mengatakan pada Rania untuk tenang dan ikuti permainan pria ini.
Namun, Rania menggeleng cepat dan berkata pada Carlos, "Jangan dengarkan ucapan temanku ini, Tuan. Kami pamit dulu."
Segera Rania menarik Loretha pergi menjauh dari Carlos. Dia tidak peduli pada Loretha yang terus mengeluh karena tangannya yang ditarik.
Dengan cepat Rania ke meja kasir untuk membayar tapi Loretha malah melambaikan tangan pada Carlos dan membuat pria itu menghampiri Rania.
Carlos meletakan sebuah black card di meja kasir di saat pelayan menyebutkan nominal belanjaan Rania. Seketika itu, Rania mendorong tangan Carlos.
"Tidak usah. Aku bisa bayar sendiri," Rania berkata tegas.
Loretha yang melihat itu pun sengaja berdehem keras. "Tidak baik menolak rezeki, Rania. Terima saja."
"Temanmu benar. Aku hanya ingin berniat baik membayarkan semua belanjaanmu. Bahkan kalau kamu masih mau membeli sesuatu, beli saja."
Carlos bersikeras memberikan black card pada pelayan. Sementara dibalik punggung Rania, Loretha bertepuk tangan pelan.
"Saya akan mengganti uang Anda, Tuan," kata Rania.
"Tidak perlu. Sebagai gantinya, makan malam lah denganku."
"Setuju," bukan Rania yang menjawab tapi Loretha. "Besok malam Rania akan makan malam dengan Anda. Iya kan, Rania?"
Carlos tersenyum lebar, "Baik. Besok malam."
Rania mengambil paper bag berisi barang belanjaannya, tidak lupa mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menarik tangan Loretha. Mereka berdua berjalan cepat ke tempat parkir mobil.
Sepanjang jalan, Rania mengeluhkan pada Loretha yang seperti sengaja mendekatkan dirinya dengan Carlos.
Sementara Loretha yang sedang menyetir mobil hanya menanggapi keluhan Rania dengan santai.
"Oh, come on, Rania. Kamu bilang sudah melupakan Aiden," Loretha menoleh pada Rania lalu mengedipkan satu matanya.
Rania yang melihat tingkah Loretha hanya bisa menggelengkan kepala. Dia tidak percaya kalau Loretha dulunya adalah gadis culun.
Rania menghela nafas dan melipat tangan di depan dada. Dia memilih mengalihkan pandangan ke luar jendela.
"Kamu akan pergi makan malam dengannya kan?" Loretha bertanya setelah beberapa saat yang lama mereka saling diam.
Rania berpikir sejenak. Lalu dia pun menganggukan kepala. "Tapi kamu harus jawab pertanyaanku. Kenapa kamu memutuskan hubungan dengan Abe?"
"Abe itu pria yang sama seperti Aiden," jawab Loretha singkat.
Rania mengerutkan kening kebingungan. Dia tidak paham sama yang dimaksud Loretha itu seperti apa.
"Maksudmu, Abe pernah menciummu tapi beberapa jam kemudian dia mengatakan tidak mencintaimu, begitu?"
"Kurang lebih hampir sama seperti itu," Loretha sekilas menoleh pada Rania lalu memaksakan untuk tersenyum. "Satu hari setelah kami jadian, aku melihat Abe bergandengan tangan dengan wanita lain."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments