15 Loretha Si Make Up Artist

Melalui ekor mata, Abe melirik Rania yang tampak tersentak dan gugup. Rania menggaruk kepalanya yang tidak gatal terlihat jelas jika dia sedang mencari alasan tepat.

Abe membuka mulut hendak melapor bahwa tadi siang Rania berkelahi dengan Bella karena wanita itu mematahkan kacamata milik Rania. Tapi Rania lebih dulu berkata.

"A… anu itu. Rania sengaja melepaskan kacamata, Bu. Karena sepertinya Rania sudah tidak membutuhkan lagi," kata Rania bohong sambil tersenyum menutupi kegugupan yang melanda.

"Oh, begitu ya."

"Dan Kakak juga harus melepas behel Kakak. Aku lihat gigi Kak Rania sudah rapi, jadi untuk apa pakai behel lagi," Thalia ikut menimbrung.

"Benar juga ya?" Rania menggumam setelah mendengarkan ucapan Thalia. "Kalau begitu besok aku akan ke dokter gigi."

Sedangkan Abe mendadak tersentak, senyum merekah di bibirnya sebab dia menemukan ide untuk membantu Rania.

Senyum Abe semakin berkembang ketika dia mengingat satu nama yang pernah menjadi pengisi hati.

"Rania, besok pergilah denganku!"

Wajah Rania mengernyit, membalas tatapan Abe yang terlihat berbinar, lalu bertanya, "Ikut ke mana?"

Abe hanya membalas dengan senyuman penuh arti. "Ikut saja. Nanti juga kamu akan tahu."

*

*

*

Keesokan harinya adalah hari libur. Sehingga Rania tidak masuk bekerja dan sesuai rencana dia akan pergi bersama Abe ke tempat yang dia juga belum tahu.

Setelan yang dipakai Rania saat ini hanyalah kaos dan celana panjang. Dia duduk di kursi samping pengemudi sambil pandangan yang tertuju pada jalanan yang dia lalui.

"Sebenarnya kita mau ke mana sih?" Rania bertanya ketika tak kunjung mengerti akan dibawa ke mana.

"Nanti juga kamu tahu," jawaban Abe masih sama seperti tadi malam.

Kemudian setelah setengah jam menghabiskan waktu di perjalanan, mobil Abe sampai di sebuah rumah megah dengan banyak sekali orang yang berkumpul.

Rania bisa langsung paham jika Abe membawanya ke tempat lokasi syuting setelah melihat begitu banyak kamera dan properti di sana. Rania menoleh pada Abe dengan dahi mengerut meminta penjelasan.

Akan tetapi Abe malah turun dan berjalan menerobos kerumunan.

Rania yang tak tahu ke mana perginya Abe memilih untuk tetap diam di tempat sambil menonton proses syuting film. Lalu tak lama Rania menoleh pada Abe yang datang dengan seorang wanita cantik berambut pirang.

Tampak raut wajah wanita itu cemberut. Berbeda jauh dengan Abe yang menarik tangan wanita itu dengan senyum smirk tersungging di bibir.

"Nah, Rania, kenalkan ini Loretha dan Loretha, ini Rania," ucap Abe memperkenalkan Rania dengan Loretha.

Rania menyambut baik Loretha dengan mengulurkan tangan untuk berjabat. Tapi Loretha dengan bibir yang dimanyunkan menoleh cepat ke arah Abe.

"Jadi kamu datang kemari hanya untuk memperkenalkan pacar barumu? Maaf, aku sama sekali tidak cemburu," kata Loretha ketus dan segera beranjak pergi.

Kening Rania megernyit tak mengerti maksud dari Loretha. Terlebih saat Abe berlari mengejar wanita yang bernama Loretha itu.

"Tunggu, tunggu! Rania bukan pacarku tapi dia sekretaris Tuan Aiden. Aku mempertemukan dia denganmu karena aku ingin kamu membantunya," jelas Abe sambil menahan tangan Loretha yang ingin pergi.

"Hah! Kamu pikir aku percaya," Loretha menghempaskan tangan agar terbebas dari Abe.

Namun, secepat mungkin Abe menahan tubuh dan merangkup kedua pipi Loretha agar memaksa wanita itu untuk menatap wajahnya.

"Apa aku terlihat berbohong? Tolong bantu Rania! Dia mendapatkan pembullyan di kantor. Sama sepertimu dulu."

Sejenak Loretha melirik pada Rania, lalu beralih menatap Abe, manik mata Loretha seketika memicing untuk meneliti raut wajah Abe. Mencari kebohongan pada pria itu.

Sayangnya dia tak menemukan kebohongan di wajah Abe. Sehingga dia pun menghela nafas dan bertanya, "Apa yang bisa aku bantu?"

Abe tersenyum, lalu mendekatkan wajah untuk membisikan sesuatu di telinga Loretha yang sekilas tampak menganggukan kepala dan menoleh pada Rania.

Lantas Loretha berjalan kembali ke arah Rania, mengulum senyum malu sambil mengulurkan tangan.

"Rania, maafkan aku. Aku pikir kamu pacar barunya Abe," ucap Loretha dengan kedua pipi bersemu merah.

Rania membalas uluran tangan Loretha sambil tersenyum. Sungguh dia sama sekali tidak tersinggung. Malah sejak tadi otak Rania masih loading mencerna kejadian yang ada di depannya.

"Loretha ini mantan pacarku. Jadi wajar kalau dia jutek kepada setiap wanita yang dekat denganku," Abe menimpali dengan rasa penuh percaya diri.

Membuat Loretha melirik sebal ke arah Abe tapi tetap tersenyum saat kembali menatap Rania yang kini tengah menggarukkan kepala.

Sebenarnya Rania masih bingung alasan Abe mempertemukannya dengan Loretha. Dan kebingungn di wajah Rania tertangkap oleh penglihatan Abe.

"Rania, Loretha ini seorang make up artist. Jadi nanti kamu bisa belajar make up dengannya," Abe melirik

Detik berikutnya, tanpa menunggu sahutan dari Rania, Loretha sudah lebih dulu menarik lengan Rania dan menuntunnya ke sebuah ruangan rias.

Loretha mempersilahkan Rania duduk di salah satu kursi yang menghadap ke cermin yang tepinya dikelilingi lampu bohlam.

Sementara Abe lebih memilih duduk di sofa sambil bermain ponsel selama menunggu Rania didandani oleh Loretha.

*

*

Waktu terus bergulir hingga tak sadar saat Abe melirik jam tangan, sudah satu jam berlalu. Namun, Loretha dan Rania masih saja bercengkrama sambil sesekali menertawakan sesuatu.

Dua wanita itu tampaknya cepat sekali akrab dan dekat satu sama lain. Mungkin karena dulu Loretha juga mantan seorang gadis culun.

Tak berselang lama, Rania bangkit dari duduknya. Dia menatap penuh takjub  pada bayangan di cermin. Seolah tak menyangka jika bayangan itu adalah dirinya.

"Aku punya tips supaya saat kamu dandan tidak kelihatan menor. Kamu mau tahu?"

Rania menoleh pada Loretha. "Apa tipsnya, Lo?"

"Jadi, kalau kamu mau memakai riasan mata yang mencolok, maka kau harus memilih warna lipstik yang kalem. Sebaliknya, jika kamu ingin memakai perona bibir dengan warna yang berani seperti warna merah, maka kamu harus meredupkan riasan mata."

Rania mengagguk paham. Selama satu jam berlalu, dia tak menyangka akan mendapat banyak pelajaran merias dari Loretha.

"Abe, bagaimana penampilan Rania?"

Abe yang sedang memainkan ponsel, mendongak dan terperangah seketika itu. Bahkan ponsel yang ada di tangannya hampir saja terjatuh.

Sedangkan Rania yang ditatap hanya mengulum senyum malu.

"Rania, kamu sangat cantik," ucap Abe menatap dari atas sampai ke bawah.

Loretha bukan hanya merias wajah Rania tapi juga memotong rambutnya hingga sebahu, membuat wajah Rania tampak lebih segar.

"Ehm, ehm," Loretha sengaja berdehem yang berhasil menjadikan Abe tersadar.

Lantas Abe pun melirik Loretha. Dapat dia cium bau-bau kecemburuan dan bibir Abe menyunggingkan senyuman.

Abe yakin mantan pacarnya itu masih memiliki rasa padanya.

Terpopuler

Comments

Yurniati

Yurniati

lanjut thorr

2022-11-07

1

¸.•♥•.¸¸.••[SKY]•♥•.¸¸.•♥•🎤🎧

¸.•♥•.¸¸.••[SKY]•♥•.¸¸.•♥•🎤🎧

Lanjut

2022-11-07

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!