16 Penampilan Baru Rania

Pagi hari seperti biasa Aiden menapakan kaki ke kantor Irawan Group. Setiap karyawan menunduk hormat saat berpapasan dengan bos besar mereka.

Di balik kacamata hitamnya, manik mata Aiden tertuju lurus ke depan menuju ruangan kerjanya. Dia duduk di kursi kebesarannya dan tepat saat itu satu cangkir kopi tersuguhkan di depan mata.

Tanpa melihat orang yang menyuguhkan kopi, Aiden meneguk minuman hitam pekat itu sedikit dan dia menganggukkan kepala begitu rasa kopi sangat pas di lidahnya.

Aiden kembali meneguk. Kali ini dia sambil melirik orang yang sudah berdiri sejak tadi dan detik berikutnya…

Bbbrrrr.

Aiden menyemburkan kopi sebab dia sangat terkejut dan tidak percaya akan penglihatanya.

"Abe, ke ruanganku sekarang!" titah Aiden melalui sambungan telepon.

Tak sampai satu menit, Abe sudah datang ke ruangan Aiden yang kini melempar tatapan kesal padanya.

Abe yang tidak mengerti penyebab Aiden tampak kesal pun memberanikan diri untuk bertanya, "Ada apa, Tuan?"

"Kenapa kamu biarkan orang asing masuk ke ruanganku dan meyuguhkan kopi? Harusnya ini pekerjaan Rania atau Bella?" Aiden bertanya dengan nada geram.

"Tapi, Tuan, orang yang menyuguhkan kopi itu adalah Rania," kata Abe.

Lantas Aiden menoleh pada wanita berambut lurus sebahu, dengan riasan yang natural tapi membuatnya tampak begitu manis dan yang paling mengejutkan tentu saja tidak adanya kacamata tebal dan gigi yang dibehel.

Aiden mengerjapkan mata. Memastikan jika kedua bola matanya masih berfungsi dengan baik. 

Setelah mengamati dengan baik, barulah dia sadar kalau wanita yang ada di depannya memang benar Rania.

Abe yang melihat Aiden melongo hanya bisa senyum-senyum sendiri. Benar seperti dugaannya, Aiden pasti akan pangling dengan penampilan baru Rania.

Kemudian, pintu ruangan terbuka dan Bella menyelonong masuk dengan tas bermerk 'larong' menggantung di lengan kiri.

"Tuan, maaf saya terlambat."

Pandangan Bella teralihkan pada wanita yang berdiri di depan meja Aiden. Dia mengamati dari bawah ke atas dan menyunggingkan senyum ramah.

"Karyawan baru ya? Siapa namanya? Aku Bella, sekretaris Tuan Aiden," Bella mengulurkan tangan dengan senyum tak pudar dari wajahnya.

Di balik punggung Bella, Abe mengulum senyum, ingin sekali tertawa pada semua orang yang tak bisa mengenali Rania.

"Aku Rania," jawab Rania sambil menyambut uluran tangan tapi manik matanya menatap tajam Bella.

"Rania?" Bella terkekeh pelan. "Namamu mirip sekali dengan gadis culun yang aku kenal."

Rania mengangkat alis dan bibirnya melengkungkan senyum penuh makna.

"Dan apakah suara gadis itu juga mirip denganku?"

Bella terlonjak kaget saat menyadari suara wanita yang di depannya memang mirip dengan Rania, sekretaris culun itu.

Dia mengamati sekali lagi wajah wanita yang ada di depannya dan dia terkesiap bahkan sampai mundur beberapa langkah dan menabrak Abe.

"Tidak mungkin," gumam Bella dengan tatapan tak percaya memindai penampilan Rania.

"Tidak mungkin bagaimana? Dia memang benar-benar Rania," kata Abe mengamati ekspresi Bella lalu beralih ke Aiden. "Rania tampak cantik kan, Tuan Aiden?"

Abe sengaja menggoda Aiden agar bos galak itu sedikit memberi pujian atas penampilan baru Rania. Tapi Aiden berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan sikap dinginnya.

Aiden menatap tanpa ekspresi pada Rania, lalu membuang muka.

"Biasa saja," kata Aiden singkat. Dia berdehem untuk menetralkan perasaannya dan kemudian mengibaskan tangan agar semua orang di ruangannya bubar. "Kalian semua pergi! Kerjakan tugas kalian masing-masing."

Abe, Bella, dan Rania pun melangkah keluar. Namun, tepat saat mereka sudah berada di ambang pintu, tiba-tiba Aiden berteriak, "Tunggu!"

Membuat semua orang menghentikan langkah secara bersamaan dan memutar badan untuk menatap Aiden yang kini menunjuk Rania.

"Semua keluar kecuali kau!"

Rania menoleh ke kiri dan kanannya sambil mengerutkan dahi mencari sosok yang ditunjuk Aiden.

Aiden yang mengerti bahwa Rania kebingungan pun akhirnya menghela nafas. Ternyata meski penampilan Rania berubah tapi sikap polos dan lugunya tidak hilang.

"Rania, aku menunjukmu."

"Aku?" Rania menunjuk hidungnya sendiri.

"Ya, kau duduk di situ!" Aiden menunjuk kursi yang ada di depannya.

Rania pun menurut. Dia duduk sementara Abe menarik Bella untuk keluar. Sehingga di ruangan itu hanya ada Aiden dan juga Rania.

Waktu terus bergulir tanpa ada sesuatu yang bisa Rania kerjakan kecuali duduk menatap Aiden yang membaca berkas laporan sambil sesekali melirik ke arah Rania.

Merasa sudah sangat bosan, Rania pun menghela nafas dan membungkuk. 

"Bos, sudah dua jam aku duduk di sini. Apa aku boleh pergi?"

"Tidak."

"Tapi aku harus bekerja, Bos."

"Semua pekerjaanmu sudah ditangani Bella. Itu hukuman untuknya yang sudah datang terlambat," jelas Aiden sambil membubuhkan tanda tangan.

"Sejak tadi Bos melirik aku terus," Rania berkata dengan mata menyipit menatap Aiden penuh selidik.

Seketika Aiden memalingkan wajah pada Rania. Tidak dapat dipungkiri dia memang mencuri pandang ke arah Rania sejak tadi tapi dia mau mengakuinya.

"Jangan terlalu percaya diri! Siapa juga yang sedang melirikmu?"

*

*

*

Hari itu setiap kali Rania melangkahkan kaki, semua orang saling berbisik kepada teman yang berada di samping sambil melirik ke arahnya. Meski begitu Rania tak peduli akan apa yang mereka bicarakan.

Rania terus melangkah mencari keberadaan Abe sebab ada sesuatu yang perlu mereka bicarakan.

"Itu benar Rania? Si culun itu?"

"Dia operasi plastik atau bagaimana ya? Kok bisa cantik banget."

"Iya, aku baru sadar kalau Rania lebih cantik dari sekretaris Bella."

Pembicaraan itu tak sengaja ditangkap oleh Bella yang juga kebetulan lewat. Bella berdecak kesal pada semua orang yang menggosip betapa cantiknya Rania.

Lalu dia pun mengepalkan tangan menyadari bahwa Rania semakin membuat posisinya terancam. 

Sedangkan Rania membuka pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Dia membaca pesan dari Abe yang memberitahu dirinya sedang berada di tempat parkir mobil.

Lantas Rania pun melangkahkan kaki menuju ke sana. Dia mempercepat jalannya begitu melihat Abe yang sudah berdiri di samping mobil.

Namun, belum sampai Rania menghampiri Abe, sebuah tangan tiba-tiba mencekal lengan Rania yang membuat gadis itu refleks menoleh pada sang pelaku.

Ternyata orang yang mencekal Rania saat ini adalah Aiden. Pria itu menatap Rania begitu dingin lalu melirik tajam ke arah Abe.

"Kau mau ke mana?"

"Lepaskan, Bos! Ini sudah jam pulang kantor," Rania menghempaskan tangan agar terlepas dari cengkraman Aiden.

Namun, sayang Aiden sangat kuat menggenggam lengan Rania.

"Pulang bersamaku!" perintah Aiden singkat dan terkesan memaksa.

"Maaf, Bos. Tapi aku akan pulang bersama Abc."

Rania memandang Abe yang sudah menunggunya di sana. Dia melambaikan tangan agar asisten pribadi itu menolongnya dari cengkraman bos Aiden.

Mendengar Rania yang menyebut Abe dengan nama panggilan khusus, membuat telinga Aiden memerah seketika. Ada perasaan tidak suka dan iri di dalam diri Aiden.

Abc? Rania bahkan memiliki panggilan spesial untuk Abe.

Dan ketika cengkraman Aiden mengendur, secepat mungkin Rania melepaskan diri dan berlari menghampiri Abe yang membukakan pintu mobil untuk Rania.

Aiden mencelos menatap mobil yang di dalamnya ada Abe dan Rania melaju pergi meninggalkan tempat parkir. Dia berteriak dan menendang tempat sampah tak jauh dari tempatnya berdiri.

Terpopuler

Comments

Azam Airin

Azam Airin

kapok dah si aiden😵‍💫😵‍💫😵‍💫

2023-07-15

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

NAHHHH MULAIKN... KLO AKU MAH LBH BAGUS RANIA BRPENAMPILAN CULUN APA ADANYA, BIAR GK DILIRIK LARAK LAKI2 LAIN...

2023-02-15

0

Yurniati

Yurniati

lanjut thorr

2022-11-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!