Bella berjalan mondar-mandir di sebuah ruangan yang sudah disepakati sebagai tempat pertemuan Aiden dengan Mr Thomas. Sesekali Bella melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Kemudian, Bella menghela nafas kesal sebab sudah setengah jam mereka menunggu, Mr Thomas belum kunjung datang.
Hanya ada satu orang yang merupakan anak buah Mr Thomas. Pria pendek dengan kulit hitam itu telah menyampaikan jika Mr Thomas akan sedikit terlambat karena ada sedikit gangguan.
"Mau sampai kapan kita menunggu seperti ini? Mana Mr Thomas? Kamu tahu, jadwal Tuan Aiden sangat padat," Bella berkacak pinggang pada anak buah Mr Thomas dengan menampilkan wajah garang.
Anak buah Mr Thomas menunduk. Dia pun tidak tahu kenapa tuannya belum juga tiba. Dia telah berusaha menelepon Mr Thomas tapi tidak diangkat.
"Maaf, Nona. Kita tunggu saja sebentar lagi."
"Menunggu? Tuan Aiden sudah membuang waktunya yang berharga hanya untuk menunggu," ucap Bella marah.
Aiden yang duduk santai melihat Bella mengurus pertemuannya dengan Mr Thomas pun menarik salah satu ujung bibir. Tak salah lagi, Bella memang sekretaris yang dapat diandalkan.
Kemudian pandangan Aiden tertuju pada Rania yang sejak tadi berdiri tanpa melakukan apapun.
Lantas Aiden pun mengibaskan tangan memberi tanda agar Rania mendekat. Rania mencondongkan tubuh saat Aiden membisikan sesuatu di telinganya.
"Kamu lihat Bella! Dia sekretaris yang dapat diandalkan."
Rania melirik Bella. Ya, Rania pun mengakui memang Bella adalah wanita hebat yang serba bisa. Tidak seperti dirinya yang payah dalam segala hal dan selalu ceroboh.
"Kalau begitu, apa yang bisa saya kerjakan, Bos?"
"Kamu cukup berdiri saja di pojok sana selama pertemuanku dengan Mr Thomas."
Aiden menunjuk pojok ruangan yang terdapat pot bunga hias dan Rania pun menurut tanpa membantah. Gadis itu berdiri tepat di samping pot dengan ekspresi datar.
Astaga, dia menurut saja disuruh seperti itu. Kata Aiden dalam hati sambil berdecak.
Tak lama, pria kurus jangkung memakai setelan jas mewah masuk ke ruangan. Dialah Mr Thomas, rekan bisnis Aiden. Mereka berjabat tangan, sebelum akhirnya duduk di sofa.
"Terima kasih sudah menunggu, Tuan Aiden. Maaf atas keterlambatan saya."
"No problem, Mr Thomas," jawab Aiden singkat.
"Oke, kita langsung saja ke pembahasan kita tapi tunggu dulu. Siapa wanita yang sana?" Mr Thomas menunjuk Rania yang berdiri di pojokan.
"Abaikan saja, Mr Thomas. Itu hanya manekin yang sengaja dipajang oleh pihak hotel," jawab Aiden dengan santai.
Lagi-lagi Bella melengkungkan bibir membentuk senyum kala Aiden menganggap Rania hanyalah sebuah patung.
Tekad untuk memiliki Aiden semakin bertambah besar di dalam diri Bella.
Selama diskusi, Rania menghela nafas sesekali menggentak-hentakan kakinya yang mulai terasa kesemutan. Namun, dia tidak mau menyela pembicaraan serius Aiden dengan Mr Thomas dan lebih memilih diam berdiri sesuai perintah.
Hingga akhirnya rapat itu selesai dan Rania bisa bernafas lega.
"Tuan Aiden, sebagai bentuk permintamaafan saya yang tadi sempat terlambat, bagaimana kalau saya traktir makan siang?" tawar Mr Thomas yang langsung disetujui oleh Aiden.
Menjadikan Rania kembali mendesah frustasi. Sebab itu artinya dia masih harus tetap berdiri.
Mr Thomas dan Aiden pun beranjak ke restoran hotel. Dua pengusaha itu berserta masing-masing sekretarisnya duduk di meja VIP.
Semantara Rania sudah diperbolehkan duduk tapi berbeda meja dengan Aiden.
"Pelayan, tolong pesankan menu andalan di sini untuk empat orang," kata Mr Thomas yang menghitung dirinya, Aiden, Bella dan sekretaris Mr Thomas.
Mr Thomas tidak menghitung Rania karena memang dia tidak tahu jika wanita itu juga merupakan sekretaris Tuan Aiden. Lagi pula Rania duduk terpisah dengan mereka berempat.
Tiba-tiba Bella mengangkat tangan. "Tunggu! Boleh tahu apa menu andalan di restoran ini?"
"Baked oyster, Nona," sahut sang pelayan.
"Oh maaf, kebetulan Tuan Aiden alergi osyter jadi satu menu diganti saja tenderloin steak dengan tingkat kematangan medium."
Aiden mengernyit saat menyadari Bella tahu persis makanan dan juga tingkat kematangan yang disukainya. Sedangkan Bella hanya membalas tatapan Aiden senyuman manis.
"Bagaimana kamu tahu kalau aku suka tenderloin steak dengan kematangan medium? Dan kamu juga tahu aku alergi oyster?" tanya Aiden.
Bella menunduk tersenyum malu-malu. "Sebagai sekretaris yang baik tentu saja saya tahu, Tuan."
"Wah, wah, wah, Anda beruntung memiliki sekretaris sehebat Bella, Tuan Aiden," Mr Thomas yang melihat, ikut memuji sekretaris Tuan Aiden itu.
Di meja lain, Rania duduk memandang Aiden dan Bella yang tampak seperti sepasang kekasih. Rania menyadari tatapan penuh damba dari seorang Bella kepala Aiden.
Bahkan ketika makanan tersaji, Bella begitu perhatian dengan berinisiatif mengiriskan daging steak supaya Aiden hanya tinggal melahapnya.
"Permisi, Nona, apa Anda ingin memesan sesuatu?"
Pertanyaan dari seorang pelayan membuyarka atensi Rania dari pandangannya ke arah Aiden dan Bella. Rania menoleh pada pelayan dan mencoba membuka buku menu.
Tapi setelah Rania membolak-balik setiap halaman buku menu, Rania tak menemukan menu makanan yang pas di kantongnya.
Semua makanan di retoran itu masing-masing dibandrol dengan harga yang cukup menguras kocek Rania. Bahkan menu yang paling murah setara dengan jatah uang jajan Rania selama seminggu.
Lantas Rania menutup buku, menyerahkan pada pelayan sambil mengulum senyum malu, "Saya pesan lemon tea saja."
"Baik, Nona."
Pelayan itu pergi dan tak berselang lama, pesanan Rania diantar bersama sepiring steak tenderloin.
Rania mengerutkan dahi terheran akan sepiring steak yang diletakan di mejanya. Membuat Rania mengira jika si pelayan salah menampatkan pesanan.
"Maaf, tapi saya tidak pesan steak."
"Steak itu gratis untuk Nona," terang sang pelayan.
"Sungguh?" Rania bertanya tak percaya. "Terima kasih kalau begitu."
Rania mengiris daging steak dan langsung melahapnya. Tanpa dia sadari sepasang manik mata Aiden mengamati dari kejauhan dan pria itu mengulum senyum tipis.
"Tuan, pesanan Anda sudah saya antar," lapor pelayan yang tadi mengantar steak ke meja Rania.
Pelayan itu membungkuk dan berbisik di samping Aiden, sehingga tak ada yang mendengar kecuali Aiden dan pelayan itu sendiri.
Aiden membalas dengan anggukan kecil dan pelayan itu pun pergi.
*
*
*
Selepas makan siang, Aiden, Bella dan Rania berjalan menuju tempat parkir mobil yang di sana sudah ada Abe menunggu kedatangan mereka.
Abe menundukan kepala memberi hormat saat Aiden berheti tepat di hadapannya.
"Rania, kamu kembali lagi ke kantor ditemani Abe."
"Memang Bos dan Bella mau kemana?" tanya Rania yang jujur dia tidak suka Aiden dan Bella semakin dekat.
"Bukan urusanmu. Sekarang masuk ke mobil Abe!"
Terpaksa Rania menuruti perintah Aiden. Sesekali dia melirik kesal ke arah Bella yang tersenyum-senyum sendiri.
"Abe, kamu antar Rania. Aku dan Bella ada keperluan sebentar."
Abe menundukkan kepala. "Baik, Tuan."
Tanpa dipersilahkan, Bella dengan senang hati sudah lebih dulu masuk ke mobil super mewah milik Aiden.
Sedangkan Aiden mendadak menghentikan langkah. Dia memutar badan untuk menatap kembali asisten pribadinya.
"Satu lagi, Abe. Belikan obat anti iritasi untuk Rania."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
💕 suka aja ☀️🔆
mulai perhatian bang Aiden
2023-10-15
0