Sudah hampir seminggu sejak Rania merubah penampilannya dan menjadi bahan perbincangan karyawan Irawan Group. Selama seminggu itu pula Aiden mendapati Rania yang selalu pulang diantar oleh Abe.
Bukan hanya itu, Aiden juga menyadari sikap Rania yang terkesan cuek dan tidak ada lagi tatapan penuh kagum dari Rania.
Sebenarnya ada alasan kenapa Abe selalu mengajak Rania pulang bersama. Abe yakin jika Loretha masih menyimpan rasa padanya, tapi dia tidak tahu alasan Loretha memutuskan hubungan mereka.
Dan karena itulah Abe meminta Rania untuk mencari tahu alasan yang sesungguhnya Loretha memilih menjauhi Abe.
Namun, kedekatan Abe dan Rania diartikan lain oleh Aiden. Dia sering melirik tajam tiap kali Abe dan Rania mengobrol sambil sesekali diiringi tawa lepas.
Seperti yang terjadi sekarang ini, Aiden memergoki Rania dan Abe berada di dalam lift entah membicarakan apa. Obrolan mereka mendadak berhenti saat Aiden ikut masuk ke dalam.
Benda berat itu membawa mereka bertiga ke lantai teratas, ruangan CEO Irawan Group. Ketika Aiden membuka pintu, sudah ada seorang pria yang duduk di sofa menanti kedatangan Aiden.
"Mau apa kamu datang kemari, Carlos?" Aiden bertanya tanpa menatap pria yang kini melepas kacamata hitamnya begitu melihat Rania.
"Aku hanya ingin bertemu dengan teman lamaku. Memangnya tidak boleh?" sahut Carlos.
Aiden duduk di sofa depan Carlos. Dia menyadari kalau saat ini Carlos tengah memandangi Rania dengan tatapan lapar laksana serigala yang ingin menerkam seekor domba.
Lantas Aiden pun berdehem dan menyuruh Rania untuk membuatkan minuman.
Carlos bersiul pelan dengan tatapan mengarah pada pantat sintal Rania saat gadis itu melangkah pergi.
"Sekretarismu itu cantik juga. Siapa namanya?"
"Tidak akan aku beri tahu. Jadi, katakan! Ada perlu apa kamu datang kemari?" ucap Aiden dengan nada geram.
Segera Carlos merentangkan tangan, memberi tanda agar Aiden bisa tenang sedikit.
"Bro, santai saja. Bukankah sudah aku katakan aku datang untuk bertemu dengan teman lamaku."
Setelah beberapa menit perbincangan Aiden dan Carlos yang hanya sekedar basa-basi belaka, Rania masuk dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh.
Ketika Rania meletakan cangkir teh, Carlos melancarkan modus menyentuh tangan mulus Rania.
"Eh, maaf, Nona Cantik, aku mau mengambil teh tapi malah keseleo menyentuh tanganmu yang halus ini," kata Carlos yang bukannya melepaskan tangan Rania, tapi malah mengusapnya secara lembut.
Hal itu cukup membuat Aiden dan Rania membelalakan mata. Lalu sesegera mungkin Rania menarik tangan dari genggaman Carlos.
Sementara Aiden hanya mendengus kesal. Rasanya ingin sekali dia melempar Carlos dari atas gedung Irawan Group.
Carlos mengerutkan dahi saat melihat tak ada rona tersipu di pipi Rania. Tidak seperti setiap wanita yang selalu Carlos goda.
Bahkan Rania hanya memasang muka datar dan berjalan pergi.
Sikap cuek Rania itu berhasil memacu rasa penasaran dalam diri Carlos yang kini menatap penuh gairah ke arah perginya Rania.
"Sebaiknya kamu segera pergi!" usir Aiden sambil membuang muka yang mengerut sebal.
Carlos tersenyum dan menepuk bahu Aiden. "Memang akan aku lakukan. Aku akan pergi mengejar nona cantik itu."
Detik berikutnya, Carlos berjalan setengah berlari menyusul Rania. Namun dia kehilangan jejak. Carlos pun berjalan sambil mengedarkan pandangan mencari keberadaan wanita cantik yang baru saja ditemui.
Bibir Carlis mengembangkan senyuman kala manik matanya menangkap sosok Rania yang sedang berjalan membawa beberapa berkas dan ada satu lembar kertas yang Rania tidak sadari jatuh ke lantai.
Carlos pun memungut kertas itu yang akan digunakan untuk mendekati Rania.
"Nona cantik, nona cantik, tunggu!" Carlos berlari mengejar Rania.
"Ada apa, Tuan?"
Carlos menyodorkan kertas yang ada di genggamannya. "Ini terjatuh."
"Oh, terima kasih," jawab Rania singkat.
Jiwa penakluk wanita Carlos semakin tertantang. Sebab Rania sama sekali bersikap cuek padahal dia telah menebar pesona.
Sebagai pria dengan predikat playboy cap kadal, Carlos tentu saja tidak akan membiarkan predikat itu hilang darinya. Sikap diam Rania, semakin membuat Carlos ingin memiliki gadis yang ada di depannya sekarang.
"Oh ya boleh aku tahu namamu, Nona Cantik?" Carlos mengulurkan tangan. "Namaku Carlos. Mungkin kita bisa makan berdua siang ini?"
Rania menggarukkan kepala yang tidak gatal. Lalu menerima uluran tangan Carlos dan berkata, "Namaku Bella. Maaf tapi aku sudah ada janji makan siang dengan seseorang."
Rania terpaksa berbohong demi menghindar dari pria yang sejak tadi memandangnya dengan tatapan yang aneh.
Seperti saat ini, sorot mata Carlos turun ke bawah memandang name tag Rania, lalu menyunggingkan senyum.
"Jadi namamu Bella? Tapi kenapa name tag mu tertulis Rania?"
"Aduh sial. Ketahuan," gumam Rania yang menggaruk kepalanya lagi.
Dia terpaksa tersenyum pada Carlos. Kalau bukan sedang berada di tempat kerja, Rania pasti sudah menendang burung pipit si pria genit ini.
Tanpa mau ambil pusing, Rania berniat untuk mengambil langkah seribu tapi rupanya Carlos lebih dulu menahan lengan Rania.
"Boleh aku tahu nomor ponselmu? Siapa tahu kita bisa makan siang bersama lain waktu."
"Aku tidak ingat nomorku, Tuan. Maaf aku sedang sibuk."
Ketika genggaman tangan Carlos mengendur, secepat mungkin Rania berlari meninggalkan Carlos yang terus memanggil namanya.
Carlos hendak mengejar tapi langkahnya tertahan oleh sebuah tangan yang menepuk bahunya. Lantas dia pun menoleh dan terlonjak seketika saat Aiden memandangnya dengan tatapan dingin menusuk.
"Jangan ganggu sekretarisku! Kamu mengerti?" Kata Aiden penuh penekanan di setiap kata-katanya.
"Bro, kamu tidak jatuh cinta pada sekretarismu itu kan?" Carlos malah balik bertanya membuat Aiden mendadak berubah tergugu.
"Apa? Jatuh cintah?" Aiden mendengus. "Jangan gila! Mana mungkin aku jatuh cinta pada sekretarisku sendiri. Maksud ucapanku tadi, jangan ganggu sekretarisku di saat dia sedang bekerja."
"Baguslah. Karena aku akan mengejar Rania sampai dia menjadi milikku," Carlos menepuk bahu Aiden sambil tersenyum semringah. "Doakan aku, Bro!"
Carlos melangkah melewati tubuh Aiden dengan senyum tak pernah pudar dari wajahnya. Dia akan berniat mencari tahu identitas Rania melalui orang kepercayaannya.
Sementara Aiden termangu di tempatnya berdiri. Kedua tangan terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.
Entah apa yang terjadi pada diri Aiden. Seharusnya dia tidak perlu peduli akan kedekatan Rania bersama pria lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NAHH CEMBURUKN, LKI2 LAIN SJA PDULI MA RANIA, CBA RANIA TTP TAMPIL CULUN, GK DI LIRIK LAKI2 LAIN..
2023-02-15
0