Sweet Seventeen

Leonard Zhang dan Istrinya, Farah Number Seven (Masalahnya tante lupa nama panjangnya siapa, sebut saja begitu) menatap dua pasangan di depan mereka sambil mengernyit.

Kenapa mengernyit?

Masalahnya, sementara Maria Zhang dengan segala keanggunan dan kedewasaannya duduk tenang di sofa, namun dengan mata memicing karena menantang Papa dan Mamanya untuk menjalani hidup mandiri ala-ala independent woman,  di sebelahnya, Ai Awso, malah geratakan.

Tahu kan, dengkul vibrator mode on, badan goyang-goyang setengah joged tiktok karena di otaknya berulang-ulang diputer lagu 'Begini Salah Begitu Salah'.

"Lu ngobat ye?" gerutu Om Leon sambil menatap Ai.

"Nggak Om," jawab Ai pelan, dia langsung berhenti menggelinjang.

"Napa lu goyang-goyang, ga ada gempa di sini,"

"Cuma lagi… latihan akting jadi titisan cendol,"

"Terus, itu ngapa lu bawa-bawa bodyguard?!"

"Bodyguard Om?"

"Tuh, yang dua tinggi gede itu," Om Leon menunjuk ke belakang Ai dengan dagunya.

Sampai-sampai semua orang mengernyit ke Om Leon karena tampaknya hanya dia yang bisa ngeliat.

"Papa? Tampangnya kayak gimana? Rambut panjang putih, mata hitam bukan?!" bisik Maria bertanya.

"Gue pernah ketemu satu tuh yang begitu, dulu pas travelling sama Dimas, kalo nggak salah namanya Tiren,"

"Tirem," ralat Ai.

"Saos kali…" timpal Om Leon

"Iya Om, ini kiriman Eyang Gandhes, hehe. Makanya setannya nggak bisa deket-deket sayah,"

Om leon pun menghela napas, "Lu dapet restu dari beliau toh, trus gue harus ngapa coba?! Anak, anak gue… Yang ngasih makan dari kecil gue, yang jagain gue, yang ngasih restu nikah malah titisan demit…" gerutu Om Leon.

Meja di depannya tiba-tiba retak jadi dua.

GRAKK!!

Sampai semua kaget dan beranjak.

Tanda kemarahan Sang Khodam.

"Harusnya Gue yang ngamuk, suek," gumam Om Leon. "Bilangin si Ares Kampret kalo mau gue restuin lo berdua, dia harus cium kaki gue. Enak aje minta dibikin gampang! Masih episod 17 neh!"

"Tapi Pah…"

"Kalo soal bantuan pengamanan, gue cincay lah. Gue kirim berapa pun anak buah gue, buat Rumi. Tapi buat dia loh ya, bukan buat si kampret! Minta Rumi telpon gue bae-bae,"

"Ya Pah," Maria mendesah lega.

“Terus... Heh, pempek lenjer!” Om Leon menatap Ai, Cowok itu menghentikan adegan manicurenya dan melirik ke atas ke arah Om Leon.

Iya dia reflek manicure, soalnya bosen.

Dalam hati Om Leon : Seumur-umur kenal banyak banci nggak ada yang tingkahnya kayak ni bocah, pingin banget disleding. Luar biasa bininye Ares bisa ngelahirin siluman lintah. Tergantung kualitas sp3rma sih ya.

“Gue ga bakal ngerestuin lo,” kata Om Leon.

“Udah tau Om, Papa saya aja sampe banting pintu kamar pas tahu Maria Zhang pacar saya. Om Leon mau banting apa? Brankas aja bolehlah saya terima,” Ai tetap santuy.

“Sebentar Koh, aku mau mastiin satu hal,” si Ratu Nomer Seven, Farah, akhirnya buka suara. Dari tadi diem-diem dia merhatiin Ai.

Saat dia berdiri, Ai sampai menelan ludahnya. Masalahnya tubuh si Tante itu memang kurus, tapi lekukannya aduhai. Apalagi gaunnya ketat seperti pakaian superhero, entahlah itu baju atau cuma di-bodypaint doang saking ketat dan tanpa lipatan. Dari situ Ai bisa mengerti dari mana asal tubuh proporsional maria berasal.

Dan Maria memang mirip seperti ibunya dari pada bapaknya. Title Chindo tidak terlalu pantas ia sandang karena wajahnya lebih seperti Arab dibanding Chinese.

“Mas-mastiin apa tante?” desis Ai waspada.

“Ikut sini,” Tante Farah menekuk-nekuk telunjuknya memberi kode supaya Ai mengikutinya.

“Heh?!” Ai menatap Maria dan Om Leon dengan panik. Maria hanya menghela napas, dan Om Leon hanya mencibir sambil mengibaskan tangannya ke arah Ai supaya mengikuti istrinya daripada urusannya jadi panjang.

Dengan Ragu, Ai pun mengikuti Tante Farah, masuk ke sebuah ruangan yang belakangan ia ketahui adalah ruang basement, tempat ruang kerja Tante Farah.

Sambil menunggu Ai,

“Kemana aja kamu, sayang?” desis Om Leon sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Aku cuma butuh sendirian, Pah,”

“Sampai meminta cowok kayak gitu jadi pacar? Seputus asa itu?”

“Justru yang seperti begitu nggak berbahaya kan?”

“Yang dulu pendiam, malah berbahaya. Jangan terlalu percaya orang lain. Yang tidak akan menyakiti kamu hanyalah keluargamu,”

“Aku benci mama, di depan dia aku tidak pernah benar,”

“Mama kamu memang tidak terlalu pandai mengurus anak, tapi bukan berarti dia tidak sayang. Dia cuma kegedean gengsi,”

“Apakah Papa tahu aku hampir diaborsi dulu?”

“Papa tahu,”

“Dan dia hampir saja membunuhku saat bayi?!”

Leon menghela napas, “Mama kamu terserang baby blues saat hamil dan postpartum sindrom saat kamu 3 bulan. Jenis yang berbahaya. Saat ini kamu mungkin tidak mengerti dan tidak paham kenapa Mama kamu melakukan hal-hal tidak masuk akal. Entah siapa yang memberitahukan hal itu padamu,”

“Pengasuh lama kita. Aku sudah bilang aku ketemu dia di Shanghai dan dia cerita semuanya kenapa dia waktu itu berhenti mengasuhku. Karena Mama mengusirnya, dia mencoba melindungiku dari Mama, dan Mama memecatnya!”

“Memang apa yang mama kamu lakukan padamu?” Om Leon bertanya dengan nada menguji Maria

“Mana aku ingat? Aku masih 5 tahun waktu dia dipecat!”

“Anak kecil cenderung mengingat semuanya, kenapa kamu tak ingat? Percayalah apa yang kamu lihat dan dengar sendiri, bukan yang kamu dengar dari mulut orang lain,” Om Leon duduk sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Maria.

“Maria, sayang… di dunia ini banyak orang jahat. Apakah terpikir oleh kamu, kalau kamu dalam kondisi terpisah dan terpecah dari keluarga kamu, dari Papa dan Mama kamu, dan dalam kondisi labil, musuh akan lebih mudah mendekatimu? Mereka bisa menyamar jadi teman baru kamu, orang yang pura-pura peduli padamu, bahkan mungkin… mantan pengasuh kamu, yang sebenarnya bukan,”

Maria Zhang langsung menatap Om Leon dengan tegang.

“Maria, apa kamu ingat wajah pengasuh kamu saat usiamu 5 tahun? Sekarang papa tanya, rentang masa itu ada 12 pengasuh yang Papa pekerjakan untuk kamu. Yang mana yang kamu temui di Shanghai?”

“Ah…” Maria merasa pikirannya langusng blank.

“Apakah kamu terpikir kalau semua ini hanya bagian dari rencana Trisnawan agar kamu galau dan memilih hidup sendiri? Agar dia bisa mudah mendekati kamu saat Papa tidak bisa menjangkaumu?”

“Trisnawan…?” Maria mengangkat alisnya dan mencoba mengingat. Lalu dia menarik napasnya dan memekik tegang. “Orang itu…”

Om Leon menghela napas lagi, kali ini duduk dengan lebih santai, “Setidaknya, saat ini Papa lebih percaya Pacar Lenje kamu dibanding orang lain. Dia masih satu ‘keluarga’ soalnya,”

“KYAAAAAAKKK!!” terdengar teriakan dari basement.

BRAKK!! Pintu terbuka, eh tidak deng, terlempar.

Ai Awso mendobraknya dengan kakinya sampai pintu itu terpental.

Lalu cowok itu lari dan naik ke pangkuan Om Leon sambil panik, “JIJAY MARKOJAY MABUHAY GUDBYE!! Kenapa dimana-mana ada kecoak hah!!”

Tante Farah muncul dari Basement sambil jalan santai dan memegang toples berisi Kecoak Madagascar super besar. “Aku cuma mau nunjukin koleksi reptilku,” gumamnya santai, “Secara dia kan punya mantan pacar Ratu Ular katanya. Gosipnya santer banget, Koh,”

“Kenapa lo naik ke pangkuan gue hah!! gada akhlak lo!!”

“Kasta tertinggi kan Om Leon di sini…” Ai nyengir nggak enak sambil turun dari pangkuan Om Leon, tapi dia langusng sembunyi lagi soalnya Tante Farah masih pegang toples kecoak madagascar.

“Ini bisa dimakan, loh,” tambah Tante Farah sambil nyengir.

“No!!” jerit Ai, “No no no no no no Jangaaaan you bilang-bilang eike yang bisa dimakan ato enggak ya!! Itu harusnya dibakar!! Ngapa you makan-makan begituan? Eike lebih baik makan cet tembok!!” bencongnya keluar kalo panik.

“Gue harus tanya Ayumi lo itu anak adopsi apa bukan,” desis Om Leon.

“Eike udah menjalani 5 kali tes DNA dan hasilnya Papa 99,7% konsisten! terakhir malah 99,9%!”

“Ai, siapa tahu dengan kenalan sama Anetta kamu bisa mengurangi phobia kamu ke kecoak,” kata Tante Farah

“Siapa Anette?!”

“Ini,” Tante Farah mengangkat toplesnya. “Cantik, kan? Jenis langka, loh,”

“You serius Kecoak dikasih nama Anetta?!”

“Pacar kamu menarik Cih, hihihihi!” sahut Tante Farah ke Maria.

“Nyokap lo sinting!” jerit Ai ke Maria.

“Duuuh, udah sana pada pulang! Gue mau tidur siang!” usir Om Leon sambil mendorong bokong AI dengan kakinya agar Ai jauh-jauh dari punggungnya. Habis berisik banget bikin telinga berdengung.

“Ini direstuin apa nggak Om?” tanya Ai.

“Nggak. Tapi bantuan buat ntar malem bakal ready,”

“Oke, makasih Pah. Kami pulang dulu dan mengabarkan ini ke Om Rumi. dia akan telpon Papa nanti,” Maria maju dan memeluk Om Leon.

Dan dengan ogah-ogahan berjalan ke arah Mamanya.

Tapi Tante Farah malah mundur menjauh, “Sudah Mama tak usah, kamu pulang saja,”

Membuat Maria tertegun dan mengernyit kecewa.

Padahal ia mencoba berbaikan pada Mamanya.

“Udah nih? Pulang nih kita? Biasanya kalo bertamu ke rumah Asuk-asuk, pulangnya dapet angpau paling dikit isinya Gotiaw!” desis Ai.

“Kwetiaw basi! Sini kasi gue nomer rekening lo!! Biar cepet pulang!” seru Om Leon kesal.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

leoooon🤣🤣🤣

2024-01-27

0

May Keisya

May Keisya

kapal selam dong oooom lbh enak🤣🤣🤣

2024-01-27

0

Hesty Mamiena Hg

Hesty Mamiena Hg

why?
kunci jawabannya di novel mana nih tantee Othor? 😅

2023-11-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!