Bab Telu

Alexis memberi kode ke Amidis untuk ‘maju tanpa suara ke arah kiri’ dengan tangannya.

Amidis menggeleng, dia memberi kode untuk ‘maju ke arah kanan’.

Alexis menggeleng lagi, lalu memberi kode ‘kau maju duluan ke arah kiri, lalu nanti di depan kita ke kanan’

Amidis juga menggeleng ‘Pas di kanan nanti, kita baru ke kiri!’

Mereka melihat Drone diterbangkan, satelit mendeteksi musuh di arah kanan. Dua buah Hummer H2 yang dimodifikasi untuk daya tahan di arena perang masuk dengan cepat dan tim lawan turun ke jalan. Jumlah mereka puluhan.

“Baper 3 dan 4 mau sampai kapan berdebat?” desis Rumi. “Iis, kamu maju duluan, Amid ikuti iis!”

“Kenapa gue Om?” keluh Alexis.

“Soalnya Amid buta arah,” jawab Rumi.

“Gue cuma pernah kesasar sekali pake google Map bukan berarti gue buta arah!” protes Amidis sambil akhirnya mengikuti Alexis yang mengendap-endap dengan AK47nya di depan hidung.

“Iis di kiri lo,” desis Rumi dari interkom.

DOR! DOR!

JEDUGG!!

“Stooop!!” seru Rumi sambil berdiri dan maju ke arah arena. Semua diam. Bom yang terlanjur di lempar sampai kehabisan waktu dan meledak sendiri. Bunyinya ‘Pessss!’ dan ada asap merah yang keluar. Iya kan cuma latihan, jadi bunyinya kayak suara kentut.

“Lo ngapain di sini Aiiiii?!” seru Rumi sambil melepas interkomnya.

“Bukan salah eike Om! AK47 moncongnya kepanjangan, bolak balik mentok tembok!” seru Ai dari lorong kanan.

“Ya emang dia dirancang buat di luar, lo kalo di dalem ruangan pake Sivi, begooo!”

(Sivi maksudnya adalah sebutan untuk senapan serbu SS1-V1 Kal. 5,56 mm yang beratnya 4.38 kg, dapat menembak dengan sangat akurat sampai dengan jarak 400 meter. Senapan ini diproduksi oleh PT.Pindad (Persero)).

“Iis pake AK47, eike cuma ngikutin,”

“Iis kan tugas di halamaaaaan, ih gue tindih juga ni bocah!’ desis Rumi gemas.

“Jadi eike harus nenteng 2 ni Om?”

“Lo harus nenteng 4! Sivi, AK47, glock meyer dan tokalev. Ngerti kagak?! Itu belom termasuk belati!”

“Beraa~t,” rajuk Ai.

“Lah gue harus nenteng-nenteng M240,” desis Capung dengan peluru rentet mengelilingi bahunya. M240 adalah senapan mesin yang beratnya 12 kilogram, waktu itu dibawa sama Aki Tirem untuk penyerbuan Nisa di basement gedung Garnet Land.

“Badan you kan gede,” gerutu Ai.

“Ulang latihan dari awal! Sampe Ai bisa!” seru Rumi hampir kehilangan kesabaran.

“Capek...” keluh AI.

“Harusnya kita yang ngomong gitu,” desis Alexis sambil mengokang AK47nya.

“Eike cuma makan gado-gado tenaga eike kuraaaang,”

“Lain kali gado-gadonya campur nasi dong Ai,” desis Amidis sambil berjalan ke formasi awal.

Begitulah latihan perang rutin pagi itu sebelum mereka mengawali hari-hari di kantor. Rahwana terkekeh melihat Rumi dengan dasi dan suit mahalnya tapi dengan rambut acak-acakan karena dia barusan obrak abrik saking stressnya dengan kelakuan Ai.

“Gue bisa tua sebelum waktunya kalo Ai di sini,” gerutu Rumi sambil duduk di ruang monitor. Ia mengambil Beretta yang kerap ia selipkan di vest balik jaketnya dan memeriksa kuncinya.

“Bagaimana dengan ‘mereka’?” tanya Rahwana.

Yang akan ia tanyakan saat ini berhubungan dengan bergabungnya pemuda itu ke GSA.

Sebagai pewaris Dinasti Bataragunadi ia suatu saat juga akan memiliki aset GSA. Trevor, Kakak Rahwana, sudah melepas semua porsinya dan mempercayakan semua pengawasan GSA ke Rahwana sang adik. Bagusnya dari dua orang kakak-beradik ini, harta bukanlah yang utama bagi mereka. Jadi dengan mudahnya pembagian saham dapat dilakukan selama masih menguntungkan kedua belah pihak.

“Kali ini gue berharap semuanya bakalan lenyap, sampai ke akar-akarnya,”jawab Rumi.

“Hm,” gumam Rahwana, “aku lumayan kaget loh Om, waktu tahu kalau Ketua-nya Gopar adalah orang dibalik human traficking, dan lo salah satu korbannya,”

“Lo bayangin tampang gue waktu itu. Udah gue terpukul banget pas tau lo diculik oleh anak buah gue sendiri, udah gitu penculiknya adalah organisasi yang ‘ngapa-ngapain’ gue,”

“Jangan bilang ‘ngapa-ngapain’ dong,”

“Ya memang itu kenyataannya,” desis Rumi sarkas.

“Terus yang mau kita grebek dalam waktu dekat ini... adalah sisa-sisa mereka,”

“Iya, dugaannya begitu. Dan setelah gue telusuri benang merahnya, ternyata ada hubungannya sama Beaufort ya,”

“Om Alex? Kenapa?”

“Bukan Pak Alex, tapi Bokap gue minta bantuan Pak Leon buat bumi hanguskan organisasi pas di India itu. Termasuk urusan birokrasi antar negara,”

“Om Leon dulu Triad, jadi kenalan di jalan belakang banyak. Termasuk mudah untuk urusan begituan. Tapi ya seumur hidup tidak akan bisa lepas dari organisasi, walau pun dia udah tobat katanya,”

“Iya nyawanya bisa selamat dan hidup sampai sekarang karena dia ada di bawah bendera Beaufort. Kalau orang biasa sih udah lama dia ‘nggak ada’, bakalan diburu sampe ke anak cucu dan sodara-sodaranya. Mereka tidak terima pengkhianatan,”

“Lalu... itu Maria kenapa bisa anti laki-laki begitu?”

“Heheheh, nggak tahu gue. Ya tapi sesuai sama profilnya Ai. Lumayan buat tugas pertama kan?!”

“Ai padahal keren banget waktu nolongin aku loh Om,”

“Ini yang mau gue gali, antara si centil itu punya dua kepribadian, atau pura-pura dengan tujuan tertentu menyembunyikan kemampuannya,”

Jawabannya?

Nggak ada yang betul.

Ai ya Ai, begitu saja sifatnya.

Dia memang menguasai dasar-dasar beladiri, yang dia juga nggak ngerti kenapa kemampuan supernya nggak bisa keluar saat dia ingin hal itu ditampilkan. Anggap saja Ai yang macho akan keluar saat dibutuhkan dan bukan untuk dipamerkan.

Sementara itu,

Arman di rumah sedang mengagumi kilau koleksi senjatanya. Ada yang dilapis chrome, ada yang lapis emas 24 karat, ada juga yang dicat ala vintage.

Semua dia rawat dengan sepenuh hati sebaik ia merawat istri dan anaknya.

Ralat, AI bukan anak tunggal. Ini Tante Author lupa sendiri soalnya udah 2 tahun berlalu, Ini aja diingetin sama rider kalo Ai itu punya adek.

Iya dia punya adek.

Maafkan diriku, maklumin ya udah uzur.

Tapi seksi tetep sih.

Waktu itu nulis di novel sebelah kalau pas Nayaka sekitar 7 tahun, adeknya Ai itu lahir. Yak.

Baiklah lanjutkan ceritanya.

“Papa?” seorang gadis kecil dengan rambut lurus panjang dan mata bulat berkelopak tipis, imut sih, mengintip dari balik pintu dengan ragu.

“Ya sayang?”

“Kak Ai kapan pulang?”

“Nggak pulang kayaknya,”

“kok nggak pulang?”

“Biarin aja,”

“Glady mau bikin video reel di kamarnya Kak Ai kan lengkap,”

“Berantakin rusak-rusakin juga nggak papa kok sayang,”

“Iya Papa bilang nggak apa-apa, tapi kalo Kak Ai pulang dia bisa ngambek nggak mau makan nasi sebulan,”

“Papa sih bodo amat ya, mau dia cuma makan angin ya terserah. Daripada Papa makan hati mikirin dia kemayu begitu,” gerutu Arman sambil melap ujung moncong M16 dengan cairan khusus.

“Om Arman,” Sita muncul di belakang Glady, dengan posisi yang sama, nongol kepalanya doang ngintip-ngintip.

“Ya sayang?”

“Kak Ai punya bando kelinci,”

GRAK!! Teropong M16 terjatuh ke lantai. Tapi Arman jadi kaku di tempat.

“Punya... apa?” perlahan wajahnya menoleh ke arah dua sahabat itu. Sita dan Glady.

Kedua anak itu seketika gemetaran melihat perubahan wajah Arman yang dari lembut menjadi sadis, seram dan mirip Godzilla nginjek paku payung. Kesakitan tapi gengsi.

Glady menyenggol-nyenggol lengan Sita, “Sita iiih,” keluh Glady.

“Ih maksudnya aku mau pinjem sebentar boleh nggak, gituuuu,” bisik Sita lirih.

“Ya tapi Papa jadi tauuuu,”

“Emang kenapa sih kalo Om Arman tau?”

“Soalnya-”

“MANA BARANGNYA?!” seru Arman geram.

“Hyaaaa!!!” Glady dan Sita langsung lari ketakutan mencari Ayumi, Mama nya Ai.

Yak, itulah adik Ai yang sekarang akrab sama Sita. Sering main bareng, satu sekolah walau beda kelas, sama-sama penggemar game dan anime, juga sering masak bareng. Bukan masak-masakan, ini levelnya udah tinggi.

Adik Ai dinamai Glady, singkatan dari Gladius.

Nama lengkapnya ya itu. Satu kata saja, Gladius.

Gladius adalah pedang dalam Bahasa Latin. Biasanya merujuk pada pedang pendek Romawi yang digunakan sebagai senjata standar oleh prajurit Legiun Romawi sejak abad ketiga Masehi.

Tetap ya nggak jauh-jauh dari senjata.

Dasar Arman si pejantan tangguh.

Tadinya mau dinamain Katana, tapi nanti nama panggilannya, Ana, jadi dikira tokoh novel sebelah. Jadi ya udah Glady aja. Bisa juga diartikan sebuah doa orang tua agar anak ini hatinya selalu senang, karena ada unsur kata ‘Glad’ .

Kayaknya Tante Author mulai ahli jadi pakar cocoklogy.

Lanjut besok aja, capek...

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

cakeeepppp

2024-04-11

0

May Keisya

May Keisya

kebayang sereeeeemm😂😂😂

2024-01-26

0

May Keisya

May Keisya

bapaknya gedek ma anak lakinya🤣🤣🤣

2024-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!