111111111111111

“Sudah?” Maria Zhang menemui Ai di kantor Garnet Grup saat sore. Rencana untuk photoshoot iklan mengharuskan Maria untuk mengikuti meeting bersama Produser dan Sutradara sehingga seharian Maria tidak sendirian. Itu sebabnya Ai jadi bisa nongol sebentar di GSA untuk mengetik Berita Acara. Bahkan untuk mempermudah proses, Maria sengaja mencari lokasi meeting yang dekat dengan Garnet Grup.

“Hem, eike punya masalah,” gerutu Ai.

“Kapan nggak punya?” dengan mencibir Maria mengejek Ai.

“Kapan ya...?” Ai tampak berpikir.

Maria menghela napas, “Masalah apa?”

“Eike dipanggil Papa nanti malam,”

Mata Maria membesar, “Lalu kamu akan meninggalkan saya sendirian? Di malam hari pula?!”

“Mmm... gimana kalo you ikut Eike aja ke rumah?”

“Apakah aman?”

“Nggak juga sih, hehe,”

Apa masalahnya?

Biar Tante Author jelaskan,

Mulai dari Kubu Ai, Pak Arman yang perkasa. Iya memang sangat perkasa kok beliau. Ini dalam arti perkasanya panglima perang di garis depan yang kalau ada teriakan ‘Seraaaaaaang!!’ udah pasti itu Pak Arman yang teriak dan dia maju paling pertama pakai kudanya sambil mengacungkan Damascus.  Pedang paling ‘seksi’ di dunia.

Dan bisa jadi dalam satu sabetan membunuh lapisan pertama.

Sementara dari kubu rival, tersebutlah Leonard Zhang. Mantan anggota organisasi Mafia dari China yang bernama Triad. Dalam istilah jawa udah pasti dia itu Batara Kala, si penyebar kebencian yang membuat perang itu pecah dan dari belakang ia mengerahkan seluruh pasukan untuk menggempur Pak Arman.

Dianya sendiri maju kalau Pak Arman mulai lemah karena banyaknya gempuran, dan mulai limbung. Saat Itu Pak Leon akan maju dan menghabisi hanya target satu itu saja.

Curang? Ya iya tapi kan efektif. Buat apa maju pertama kalau bisa maju terakhir. Di Medan perang pulak. Begitu pikirnya.

Lagian dia kan preman, kerjanya gerombolan. Mana mau maju satu-satu.

Begitu gambarannya.

Pak Arman dan Pak Leon memang begitu dari mudanya sih.

Pak Arman iri karena Pak Leon saat datang ke rumah Baskara dimanja dan dielu-elukan sebagai orang paling tangguh. Padahal saat itu Pak Arman profesinya anggota Polri.

“Ngapain sih Papa ngambil preman dari jalanan buat diasuh? Apa mereka bisa nurut? Bikin masalah aja deh,” kata Arman waktu itu.

“Ya kan ada kamu, Hehe,” desis Pak Baskara waktu itu.

“Aku nggak mau beresin urusan premanisme mereka. Konflik kepentingan,” kata Pak Arman Muda.

Sementara Pak Leon di masa muda karena kemampuannya dalam dunia hitam, sudah pasti adrenalin junkie.

Ada yang dia nggak suka main tabok. Ada ketidakadilan, main tembak.

Ada tawuran, dia gebokin satu-satu sampe luka-luka.

Udah pasti langganan interogasi penyidik.

Penyidiknya sapa?

Ya Pak Arman.

Sampai Bosan dan akhirnya dia penjarakan Adik Asuhnya sendiri selama 3 bulan.

Saat itu Pak Leon malah makin benci sama Pak Arman.

Setelah itu, Pak Leon diserahi tugas oleh Pak Baskara untuk menjaga tambang berliannya di Rusia.

Iya.

Urusan jaga tambang aja udah kedengerannya Greeng.

Ditambah kata ‘berlian’ aja udah pasti yang kebayang setiap hari dipenuhi kekerasan dan pertikaian.

Ini masih ditambah dengan kata ‘Rusia’.

Makin meradanglah Pak Arman saat tahu Leon serahi tugas paling Bonafit, yang sebenarnya itu adalah impiannya.

Pak Arman berusaha mencapai kesuksesan di Polri. Sampai jabatannya Brigjen waktu itu. Eeeeeh, ada kasus yang mengharuskan dia dipecat secara tidak hormat.

Kasusnya apaaaa?

Baca Lady’s Gentleman, Karya Septira Wihartanti yaaaa. Plis!

Dan dalam kondisi terpuruk, dia pun masuk ke Garnet Grup. Jadi Corsec sekaligus Komandan GSA.

Udah pasti saat itu kalau mendengar nama Leonard Zhang bawaannya pingin mukul. Lah menurutnya Leon sukses, preman bsa jadi Direktur. Lah dia malah Brigjen jadi sekretaris. Kan ambyaarr...

Tapi ada sih kesamaan Pak Arman dan Pak Leon.

Sama-sama benci Alex Beaufort.

Anak kandungnya Pak Baskara.

Siapa dia...? Duh gimana ya nanti Tante ngiklan lagiii

Ya tahu lah ya siapa dia, terkenal kok. Hwahahahahah!!

Begitu gambarannya mengenai perseteruan Pak Arman dan Pak Leon.

Kini...

Bayangkan kalau Ai Awso anak Pak Arman, membawa Maria Zhang anak Pak Leon ke rumah Pak Arman dan mengenalkannya sebagai.

“Pacar Ai, Pah,”

Duh Tante merinding. Bikin Indomie dulu...

*

*

Rumah Ai,

Tidak terlalu besar tapi tidak terlalu kecil.

Ditata model Japanese style, dengan halaman luas dan ada bangunan terpisah yang digunakan sebagai tempat berlatih untuk Arman dan Glady.

Iya, Arman beladiri,

Glady nari Jaipong.

Kadang Dance tiktok, dia di sekolah juga Cheerleader. Biasa, kalau sekolah swasta untuk anak internasional ada tuh pasukan sorak sorai apalah itu Tante Author nggak gitu ngerti. Tapi dulu Tante pernah sih Dance di acara tujuhbelasan SMA, lagunya Backstreetboys yang Get Down.

Duluuuuu... jaman dahulu kala.

Nggak usah ditanya tahun berapa.

Malam itu kebetulan Glady sedang melatih goyangannya diiringi lagu Kembang Goyang, dengan latar belakang lagu Cicih Cangkurileung. Bunyi Kecapi menggema di ruangan terbuka seluas 200 meter persegi itu, sampai-sampai Arman nggak bisa fokus bertinju.

Tapi ya gimana,

Anak perempuannya itu mau pentas minggu depan di PRJ.

“Duu...h Kembang Goyyaaang...” desis Arman, “Pusi~ng pala aiiiing, kaga bisa fokus!”dia menirukan nada suara Cicih yang saking hampir setiap hari diputar jadi hapal, tapi lirik disesuaikan dengan suasana hatinya.

“Sabar Papa, minggu depan Glady ngedance lagunya Barbie Girl,”

“Biar besok Papa melipir ke kantor aja latihannya, kamu kuasai lah semua rumah buat ngedance, balet, congklak, lompat karet apa lah itu,”

“Papa memang paling The Best!” Glady menggoyangkan bokongnya sekilas ke arah Papanya, Pak Arman hampir-hampir lempar sandal.

Kalau saja ia tidak mendengar suara mobil AI masuk ke halaman.

“Kok perasaan Papa nggak enak ya?”

“Papa setiap Kak Ai masuk rumah pasti perasaannya jumpalitan,” Glady bergoyang lagi patah-patah. Lalu melambaikan selendangnya ke punggung. Ia pun bergerak berputar dan dengan gaya menyerupai dahan pohon, meliuk, dia pun diam.

Kaku.

Membeku.

Matanya menatap ke arah depan, “Pah?”

“Apa?”

“Itu ada...” Glady akhirnya menghentikan liukannya dan perlahan berdiri terpaku menatap ke arah halaman.

“Ada...? Apa?” Arman mengikuti pandangan mata Glady.

“Ada Artiiisss!!!!” Dan Glady mengangkat jaritnya ke batas pinggang, dia mengenakan celana pendek di baliknya, dan berlari masuk rumah secepat kilat.

“Hah? Artis apa’an?” desis Arman kebingungan.

*

*

“Mah, Papa ada?” desis Ai sambil mencium pipi Bu Ayumi.

“Ada di dojo,” Dojo adalah sebutan Bu Ayumi  untuk ruang latihan beladiri.

“Konbanwa, Tante...” desis Maria memberi salam.

“Anoooo,” desis Bu Ayumi dengan mata berbinar saat melihat Maria, “Dochira sama deshōka?” (Siapa ya?)

“Maria Desu,” (Saya Maria)

“Hm,” Bu Ayumi menatap Maria dari atas ke bawah. Beneran glamor penampilannya, batin Bu Ayum dalam hati. Tahu ada tamu model begini aku pasang lampu kristal 3 meter yang ada di gudang biar gaya rumah sesuai. Habis Double-sticknya Bakayarou suka nyangkut di kristalnya sih, jadinya tuh candelier nggak pernah dipasang.

“Sapanya Ai?” tanya Bu Ayumi setelahnya. Langsung to the point ngapain basa-basi?!

Tapi belum sempat Maria memberi jawaban, Arman sudah masuk ke dalam rumah dan berujar, “Kamu bukannya anaknya Leon?”

Maria pun menoleh ke arah suara dan menatap Pak Arman.

Dan saat dia melihat sosok legendaris itu, dadanya langsung berdegup kencang.

Sambil bibirnya bilang “wow,”

Dan retina matanya langsung ada bentuk emot ‘love’.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

🤣🤣🤣😍😍😍

2024-01-27

0

May Keisya

May Keisya

ma anak sendri gitu🤣🤣🤣

2024-01-27

0

May Keisya

May Keisya

bakalan besanan...ga kebayang tuh dua ortu bakalan debat Mulu🤣🤣🤣

2024-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!