Udah Eps Brp Sih Ni?

"Ai mau roti bakar atau Bubur?" tanya Bu Almira, Ibunya Rumi.

Duh, Ai nya lagi ngiler di meja makan tuh Bu, ketiduran lagi kayaknya. Maklum lah ya biasa kalong, dunia kebolak balik antara pagi dan malam. Jadi jam 7 pagi aja dia masih berasa jetlag.

"Ai? Ai?" Maria menyenggol-nyengol lengan Ai membangunkannya.

Bu Almira meletakkan cheese cake blueberry di dekat hidung Ai.

"Eike cumi cake endaaaaaang!" Ai langsung bangun. "Aa~w ciskeeek! Makasih mama Miraaaa, lop u full!" Dan ia langsung melahap dalam dua gigitan.

Habis seketika.

"Gilingan perut eike langsung manjalita sutinah merekah euy!" (Ini maksudnya kira-kira dia kenyang yang puas gitu).

Tante Author tahu bahasa bencong bukan berarti pernah jadi bencong ya, yang jelas terakhir ketemu pas SMP pulang sekolah, dan langsung kabur lari ketakutan. Sampe rumah ngompol sambil nangis.

Dah itu aja.

Pengalaman epic.

Lagian bencong zaman TVRI masih berjaya tuh makeupnya serem-serem tauk!

Kalo sekarang malah bikin kaum hawa insecure.

"Kamu pagi-pagi makan manis?" tanya Maria.

"So what?" (Kamu nanyakk??) bercanda. Translatenya: Lalu Kenapa.

"Ai suka yang manis, kalau Rumi apapun yang disediakan dia makan," kata Bu Almira.

"Mama Mira sediain kertas HVS juga dia makan, menjunjung prinsip apapun makanannya yang penting perut keisi, soalnya… Biasa orang sibuk," gerutu Ai.

"Lo ngertiin gue banget deh, tapi nggak usah juga lo kasih gue kwitansi indomart dong. Minta reimburse atau minta gue makan nih?!"

"Eike harus ngemil waktu dalam perjalanan ke sini, Om. Kita baru aja dikejar setan,"

"Lo beli apa'an aja sih sampe 150ribu gini?!"

"150rebu aje protes!"

"Heh… ini ada skinker segala? Lo makan skinker?"

"Ya buat dibubuhin ke muka lah Om, masa buat pelumas?!"

"Hush!"

"Aih… Biasa lagi purnama, nepsongan meningkat," Ai menyeruput tehnya sambil mengetip-ngetipkan matanya, "Ganti ya Om, mau beli Subway ntar siang. Gaji eike sebagai anak magang kan kecil di GSA,"

"Sekecil-kecilnya gaji di GSA, anak magang juga dapetnya dua digit. Kan jabatannya pasukan berani mati," Rumi lalu menggelar dokumen di atas meja makan.

"Jadi gini Ai, Maria, kita GSA dapet titik terang mengenai Gengnya Trisnawan, pecahan Gopar!"

"Ohya?" Maria tampak tertarik.

"Edodo eeeeee," keluh Ai sambil menelungkupkan kepalanya di meja.

15 menit kemudian.

Ai menyeruput perlahan tehnya dengan pandangan kosong, sementara Rumi dan Maria mengatur strategi di meja makan.

"Lo kenal dong Divine Divine itu?!" Rumi menepuk bahu Ai dengan kencang.

"Ugh!" Ai tertohok, "Apa'an sih tuh? Candy crush bukan?" Sahutnya malas

"Bukan game, Ai! Kan barusan dah dijelasin,"

Ai melambaikan tangannya sekilas tak peduli. Lanjut makan wafle.

"Tapi saya tidak menyangka! Saya sudah 6 bulan ini bekerja dengannya!" Seru Maria.

"Ada kemungkinan dia memang sedang mengamati lo selama ini!"

"Tapi amazing nggak sih melihat segala kemungkinan kalau ternyata yang melecehkan saya juga termasuk satu geng?"

"Iya semua saling berkaitan ternyata, gue juga kaget pas denger laporannya,"

"Jadi Ai," Rumi menepuk bahu Ai.

"Iyaaaa," gumam Ai malas-malasan.

"Nanti malam kita silaturahmi ke markas mereka,"

"Iyaaaa,"

"Nanti malam? Secepat itu Pak Rumi?!" tanya Maria kuatir.

"Harus cepet, keburu kabur. Geng begituan cepet lenyapnya! Lo siap-siap apa yang mau dibawa Ai, jangan di tengah jalan kebelet pipis lagi!"

"Iyaaaaa,"

"Gue bakalan ngadain briefing pagi ini di GSA, tapi gue ada meeting di LSJ jam 10, jadi harus cepet atur strateginya!"

"Iyaaaa,"

"Apa yang harus saya lakukan Pak Rumi? Butuh bantuan apa dari saya?" tawar Maria.

"Seandainya mungkin, bisa minta tolong Om Leon buat jaga-jaga kalau misi penyerangan tidak berhasil,"

"Duh… Nggak usah manggil pawang singa segala dooong," gerutu Ai.

"Mau tidak mau dia harus tahu kalau putrinya dalam bahaya, walau pun dia benci banget sama segala yang berhubungan dengan Om Arman,"

"Duh," Ai kembali menelungkupkan wajahnya di meja.

"Jadi siang ini saya harus menemui beliau dan menceritakan segalanya ya?" Kata Maria.

"Iya, itu jalan satu-satunya. Kita butuh semua bantuan. Ya Ai?!"

"Iyaaaa," Ai semakin malas.

**

Kediaman Keluarga Zhang.

Pantai Mutiara, Jakarta Utara

Daerah yang tiap warganya punya jetsky di rumahnya.

Mewah? Jelas…

Panas? Yaaa nggak karu-karuan sih, namanya juga pantai Jakarta.

Tapi kan tiap ruangan punya AC. Pos satpamnya aja ber-AC kok.

Di siang hari yang cerah ini, sang securiti yang membukakan pintu untuk mobil Ai masuk sampai menelan ludah.

Di pikirannya,

"Waduh, si cicih bawa target tembak baru ini sih. Kasian, mana masih muda banget…" batin si sekuriti sambil menatap Ai dengan prihatin.

Dari dalam rumah, beberapa pengawal kepercayaan Leonard Zhang keluar dari lobby dan menyapa Maria.

"CiMar, met siang, lama nggak pulang ke sini,"

"Kalo marahan sama Papa jangan lama-lama atuh, harusnya 3 hari maaf-maafan,"

"Cicih bawa pembantu baru?"

"Hehehehe,"

Ai keluar dari mobil dan langsung pasang tampang galak.

"Gue anak Ares Manfred, nggak usah banyak gaya lo," desisnya dengan suara rendah.

Semua diam.

Semua melotot

Semua melongo

Ada anak Dewa Perang di sini.

Masuk ke sarang singa.

Bisa-bisa dia di Aum terus mental ke dinding bukan?!

Dan lagi apa pula yang dilakukan anaknya Pak Arman di lokasi yang tak diragukan merupakan yang terlarang baginya?!

CiMar sambil melotot juga sih ngeliatin Ai, kenapa tiba-tiba ni anak jadi pejantan kayak bapaknya, coba? Apa gengsi? Apa karena janjinya kemarin? Tapi kok malah keren ya?!

"Papa ada?" tanya Maria.

"A-a-ada Non," desis salah satunya tergagap.

"Pak, senjata tajam tolong ditinggal di lobby," sahut salah satunya sambil menghentikan Ai.

Ai langsung meraih tangannya, memuntirnya, dan menjatuhkannya ke lantai.

"Sori reflek, gue nggak suka dipegang orang lain," desis Ai sambil beranjak menepuk-nepuk tangannya. "Masih pingin ketemu anak bini di rumah kan? Nggak usah macem-macem, oke?!"

(Cieeee)

"Biarkan dia, kami akan minta restu Papa untuk menikah," sahut Maria sambil melambaikan tangan mengusir para penjaga yang mulai kewalahan menghadapi Ai.

"Menikah?" desis para penjaga sambil saling bertatapan dengan ngeri.

Bakalan ada perang dunia di Pantai Mutiara bentar lagi.

"Yuk Ai," desis Maria sambil menggandeng tangan Ai masuk ke dalam rumah.

Pas di koridor.

"Salonpas mana salonpaaaas," kernyit Ai sambil memegangi tangannya yang lunglai.

"Lagian sok-sok'an puntir-puntiran segala kamu sih!"

"Makanya tadi gue bilang jaga-jaga balsem!"

"Nih! Adanya Shen Nong Si!"

"Itu bukannya minyak angin?! Salonpas lebih paten buat jari terkilir!!"

"Saya kan Chinese, pakenya Shen Nong Si,"

"Elahhh, gue pake minyak tawon!"

"Sini, mana tangan kamu! Saya pikir beneran jantan!"

"Tadi udah deg-degan nggak kebanting, gede banget badannya ituuu. Untung udah makan banyak di rumah Om Rumi,"

Dan…

Muncullah tokoh peran pembantu pria yang ditunggu-tunggu rider kali ini.

"Lama nggak pulang, Papa pikir kamu udah jadi selirnya Sultan Dubai, pulang-pulang malah bawa-bawa kecoak. Main di comberan mana kamu?"

Tante Perkenalkan, untuk yang belum kenal.

Zhang Jiangwu alias Leonard Zhang alias Koh Awu. (57 tahun).

Pengusaha tambang berlian di Rusia, sekaligus Direktur Investasi di Beaufort Bank.

Masa lalunya keras, penuh darah dan pukulan. Narkotika dan alkohol pernah ia lalui, sehari-harinya tiada hari tanpa berantem, boleh dibilang kurang tangguh apa lagi hidupnya?!

Jenis yang 'tidur aja melek' alias waspada adalah suatu keharusan.

Saingannya Pak Arman. Sampai saking bersaingnya, cara bicara pun hampir sama penuh kesinisan.

Bedanya, Pak Arman sarkas namun elegan. Diam tapi menghujam, ngomel tapi pake sindiran.

Kalau Om Leon ini udah pasti kata-kata jorok yang keluar. Nggak kuat iman bisa nangis darah. Bahasa preman pasar banget lah.

"Siang Om Leon, lama nggak ketemu," Ai tersenyum manis, "eh wait! Emang nggak pernah ketemu ya? Hehe,"

"Lu ngapa ke sini? Cari mati?" desis Om Leon

"Mau minta angpau," jawab Ai asal.

"Pah, cicih lagi ada masalah. Dengerin dulu yang tenang. Dimana ada ruangan yang aman dari intruder?" Sahut Maria.

"Bukannya papa udah beresin ya?"

"Ada lagi yang lebih besar, semua sampe gila hadepinnya. Bodyguard dari Beaufort diganggu semua. Jadi Cicih hubungi Pakde Yan minta bantuan GSA,"

Mata sipit Om Leon langsung melotot. "Hah? Kamu minta bantuan siapa?! Kamu gila? Pala kamu kepentok?! Kamu kan tau Papa sebel banget sama-"

"Om Leon," panggil Ai

Semua menatapnya.

"Ada minyak gosok nggak? Mulai perih tangan sayah, kalo bengkok nggak lucu Om,"

Terpopuler

Comments

Hesty Mamiena Hg

Hesty Mamiena Hg

Aiiiii 🤣🤣🤣🤣

2023-11-28

0

Hesty Mamiena Hg

Hesty Mamiena Hg

tul.. tul.. 😂🤭

2023-11-28

0

Hesty Mamiena Hg

Hesty Mamiena Hg

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2023-11-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!