Ceraikan Dia!!

Agus melajukan mobilnya menuju sebuah toko perhiasan terbesar di kota itu. Sepanjang perjalanan, Arjuna hanya diam tanpa sepatah katapun keluar dari bibirnya,"Mbak, siapa pria yang berbicara dengan Mbak Kinara tadi?"tanya Agus yang sejati setiap pertanyaan Agus selalu mewakili pertanyaan Arjuna.

"Rekan kerja, Gus,"sahut Kinara seraya menatap ke jendela kaca mobil melihat pemandangan di sisi jalan.

"Kok, lama banget ngobrolnya, Mbak?"tanya Agus seraya melirik kaca spion dalam mobil untuk melihat ekspresi sepasang suami-isteri yang duduk di belakangnya itu

"Dia maksa buat ngantar aku pulang. Udah aku bilang, aku dijemput suamiku, tapi dia malah tidak percaya,"jelas Kinara terdengar kesal.

"Dia naksir sama Mbak Kinara, ya?!"tebak Agus.

"Mana aku tahu, Gus. Aku kan nggak bisa baca pikiran orang lain,"sahut Kinara berbohong, tersenyum masam, masih terus menatap ke arah luar melalui jendela kaca mobil, sedangkan Arjuna masih tetap fokus pada laptopnya dengan jemari yang bergerak lincah di atas keyboard laptopnya, tapi memasang telinganya baik-baik untuk mendengarkan pembicaraan keduanya.

Sepanjang perjalanan, keduanya masih saja mengobrol, sedangkan Arjuna masih bertahan menjadi pendengar setia untuk keduanya. Tak lama kemudian, ketiganya pun sampai di sebuah toko perhiasan.

"Mau mencari apa, Mbak, Mas? Semua jenis perhiasan dengan berbagai model ada disini. Dari emas dua puluh empat karat sampai berlian pun ada. Mau emas kuning atau emas putih pun tersedia,"ujar gadis penjaga toko itu ramah.

"Mas, pengen cari cincin yang seperti apa?"tanya Kinara pada Arjuna yang nampak sibuk dengan handphonenya.

"'Terserah kamu!"sahut Arjuna singkat, tanpa mengalihkan pandangannya pada handphonenya, membuat Kinara jadi tidak bersemangat.

Melihat hal itu, akhirnya Agus pun angkat bicara,"Mau mencari cincin pernikahan bertahta berlian dengan model yang paling bagus dan harga yang paling mahal, Mbak,"sahut Agus yang jengkel pada sikap Arjuna yang terlihat acuh.

"Baik, tunggu sebentar, ya!"sahut penjaga toko itu dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya, langsung mengambil apa yang diinginkan pembelinya.

"Gus, tidak perlu membeli yang terlalu ma..."ucap Kinara langsung dipotong oleh Agus.

"Udah, biar aja Mbak. Mas Juna pasti mampu kok buat bayar nya,"ucap Agus dengan perasaan dongkol seraya melirik Arjuna yang tetap diam.

Tak lama kemudian penjaga toko itu pun kembali membawa cincin pernikahan yang bertahtakan berlian dengan model yang bermacam-macam.

"Aku mau yang dari emas putih, boleh, kan, Mas?"tanya Kinara lagi pada Arjuna.

"Hum,"sahut Arjuna masih sibuk dengan handphonenya, hanya sekilas menatap cincin yang berada di atas etalase kaca itu.

"Kalau dari emas putih, ini yang paling bagus dan mahal, Mbak,"ucap penjaga toko itu menunjukkan cincin dari emas putih bertahtakan berlian. Anggap aja seperti ini ya, reader

"Yang lain saja, Mbak,"ucap Kinara menelan ludahnya kasar, setelah melihat harga sepasang cincin berlian yang mencapai ratusan juta itu.

"Yang ini saja, Mbak,"sambar Agus,"Mas Juna, cepat bayar!"ketus Agus yang semakin geregetan dengan sikap Arjuna.

Arjuna segera mengambil dompetnya dari saku belakang celananya kemudian mengambil salah satu kartu miliknya dan memberikannya pada penjaga toko. Setelah selesai membeli cincin pernikahan, mereka pun memutuskan untuk pulang. Namun dalam perjalanan pulang kali ini, tidak ada yang bicara sepatah kata pun. Kinara dan Agus nampak sangat kecewa dengan sikap Arjuna yang acuh dan juga datar itu.

Sesampainya di rumah, Agus langsung mencari Abimana dan menemukan pria itu di halaman samping rumah. Pria berusia enam puluh tujuh tahun itu nampak sedang asyik memberi makan ikan koi nya.

"Kenapa kamu?"tanya Abimana saat melihat Agus yang menghampirinya dengan wajah yang ditekuk.

"Kek, apa keputusan kakek untuk menikahkan Mas Juna dan Mbak Kinara itu sudah tepat?"tanya Agus dengan raut wajah yang terlihat serius bercampur kesal.

Abimana mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Agus. Selama mengasuh dan membesarkan Agus, Abimana sangat jarang melihat Agus bicara serius seperti ini. Abimana pun mengajak Agus duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon mangga di tepi kolam itu.

"Katakan padaku! Apa yang terjadi?"tanya Abimana menatap lekat cucu keponakannya itu.

"Sikap Mas Juna pada Mbak Kinara itu seperti pada orang asing, kek. Selama mengantar dan menjemput Mbak Kinara, Mas Juna tidak bicara apapun dan sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Saat membeli cincin pernikahan pun tidak berkata apa-apa. Bahkan Mas Juna cuma membayar cincin itu doang tanpa melihatnya,"

"Apa tidak egois jika kakek menikahkan gadis secantik, sebaik dan sepintar Mbak Kinara dengan Mas Juna? Aku yakin banyak pria di luar sana yang bersedia membahagiakan Mbak Kinara. Bahkan saat kami menjemput Mbak Kinara tadi, ada pria tampan yang memaksa mengantarkan Mbak Kinara pulang. Lalu kenapa Mbak Kinara harus dinikahkan dengan si sapu aren yang bermuka es balok itu, kek?"ujar Agus meledak-ledak, terlihat sangat kesal.

"Dia seperti itu?"tanya Abimana dengan wajah yang nampak suram.

"Iya,"sahut Agus masih dengan nada kesal.

"Kurang ajar anak itu! Apa dia pikir pernikahan itu permainan,"gumam Abimana dengan rahang mengeras dan tangan mengepal, kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mencari Arjuna. Sedangkan Agus sendiri nampak berusaha meredakan amarahnya.

Dan disinilah sekarang Abimana dan Arjuna berada, di dalam ruang kerja. Arjuna duduk berhadapan dengan Abimana yang wajahnya nampak suram.

"Ada apa, kek?"tanya Arjuna yang melihat ekspresi Abimana nampak berbeda dari biasanya.

"Kakek ingin bertanya, apa kamu tidak bisa menjalani pernikahan kamu dengan Kinara layaknya pasangan suami-istri pada umumnya? Apa kamu benar-benar tidak bisa menerimanya sebagai pasangan hidup mu, bagian dari tulang rusuk mu?"tanya Abimana dengan tatapan tajam pada Arjuna.

"Kenapa kakek tiba-tiba bertanya seperti ini? Kakek tahu sendiri, kan? Aku menikahi Kinara karena keinginan kakek,"jawab Arjuna tenang.

"Kalau begitu, jawab pertanyaan kakek satu ini! Apa kamu bisa membahagiakan Kinara?"tanya Abimana semakin tajam menatap Arjuna.

"Aku tidak tahu,"jawab Arjuna tetap tenang.

"Baik. Jika kamu tidak bisa memastikan bisa memberikan kebahagiaan pada Kinara, ceraikan dia!!"

...🌟"Jalani semua dengan penuh rasa ikhlas, jangan dengan rasa terpaksa....

...Karena Segala sesuatu yang dijalani dengan keterpaksaan tidak akan pernah mendatangkan kebahagiaan."🌟...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

like + komen, ya! .jangan jadi pembaca ghoib!

To be continued

Terpopuler

Comments

Patrish

Patrish

hajarrr kek...

2024-03-09

2

Susetiyanti RoroSuli

Susetiyanti RoroSuli

bahkan sesuatu yg dipaksakan akan putus atau bahkan hancur ditengah jln ya Thor , lanjut , nich aku mampir bahkan menginap di novelmu yg baru Thor , boleh khan he he /Rose//Rose//Facepalm//Facepalm/

2024-02-21

1

Eka 'aina

Eka 'aina

sedih aku klo novel sebagus ini yg like cuma sedikit 😔

2024-02-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!