Anna tampak ketakutan bahkan merinding sejak memasuki bangunan tua itu, tubuhnya begitu kaku saat melihat semua hewan peliharaan Leo. Baru saja menginjakkan kaki di tempat tersebut membuatnya bergidik ngeri bahkan susah untuk bernafas dengan leluasanya.
Rere yang menemaninya hanya mampu menenangkannya dengan baik dan terus meyakinkannya bahwa hewan itu tak akan keluar dari kandangnya yang terbuat dari besi dan baja berbentuk segi empat yang berpetak-petak yang kesemuanya berjumlah lima kandang.
Raut wajah Anna berubah menjadi pias dan pucat saat langkahnya terhenti pada kandang pertama dan untuk pertama kalinya dia merinding ketakutan dengan tubuh bergetar hebat melihat hewan buas secara langsung dengan ekor matanya. Lima ekor singa mengaum keras saat menyadari keberadaan mereka berdua.
Membuat Anna semakin takut saja dan perlahan mundur beberapa langkah yang ingin segera berlari kencang keluar dari bangunan tua. Rere yang bersamanya segera menahan tangannya.
"Tenang Anna, hewan ini tak akan melukaimu, percayalah." Rere dengan cepat merangkulnya dan mengelus tubuhnya yang sedang bergetar. Anna hanya mampu menunduk hingga air matanya kembali mengalir membasahi wajah cantiknya.
Entah mengapa perasaannya selalu saja berubah-ubah dan mudah menangis semenjak berada di tempat tersebut. Setelah merasakan tubuh Anna tak bergetar lagi, Rere segera melepaskan rangkulannya.
Sementara Anna mencoba mengontrol emosinya dan memperhatikan suasana di sekelilingnya. Ternyata dalam bangunan itu terdapat tiga pohon yang tumbuh subur dengan tinggi kira-kira tiga meter dan kesemuanya merupakan tanaman langka dengan tiga warna dedaunan yang berbeda-beda dalam satu pohonnya, pada bagian dinding sebelah kanan terdapat tanaman yang merambat dan beraneka jenis menempel di dinding dan dibawahnya terdapat lumut, persis di negeri dongeng.
Anna kembali mengedarkan pandangannya ke sembarang arah hingga dia kembali melihat dua patung air pancur berbentuk singa tampak indah di tengah-tengah bangunan dan kesemuanya memiliki kolam yang berukuran sedang. Anna sungguh takjub melihat semua itu.
"Sebaiknya kita segera bersihkan kandangnya. Setelah itu, pergilah. Biar aku saja yang memandikan hewan buas ini." ucap Rere, karena itu sudah menjadi pekerjaannya setiap hari.
Anna menggangguk menanggapi ucapan Rere, dengan cepat dia mengusap sisa-sisa air matanya dan mencoba menenangkan dirinya. Anna menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya perlahan.
Pandangannya kembali mengarah pada hewan buas itu. Anna dan Rere melangkah beberapa langkah mendekati kandang pertama itu. Diluar dugaan, singa jantan itu berhenti mengaum dan terlihat menjilati tangannya lalu berguling-guling yang sepertinya sedang mencari perhatian darinya.
"Lihat Anna, Rimba tak pernah bertingkah seperti itu. Dia paling benci jika melihat orang baru memasuki tempat ini." ucap Rere tersenyum.
Sudut bibir Anna tiba-tiba terangkat membentuk senyuman tipis. Entah mengapa dia merasa tingkah hewan buas itu memang lucu layaknya kucing manis di kompleks apartemennya.
"Rimba?" Anna merasa lucu mendengar nama hewan buas itu.
"Ya Anna, dia bernama Rimba. Semua singa disini memiliki nama masing-masing dan tuan Leo sendiri yang menamainya. Para pekerja senior yang sudah bertahun-tahun lamanya bekerja di sini sering mengatakan bahwa sedari kecil hewan ini selalu bersama tuan Leo." ucap Rere menjelaskan.
Astaga, pantas saja kelakuan pria gila itu seperti hewan buas.
"Oh, kurasa kita harus segera membersihkan kandangnya jangan sampai mereka mengamuk." bisik Anna dan mengambil sapu dari tangan Rere dan Rere tersenyum mengambil sapu lainnya.
Mereka bersama-sama membersihkan kandang hewan buas itu. Walaupun rasa takut Anna sedikit berkurang, namun tetap saja dia waspada. Mau bagaimana pun yang namanya hewan buas tak bakalan menjadi hewan jinak seperti hewan peliharaan pada umumnya, pikirnya.
Anna dan Rere saling membantu melakukan pekerjaannya. Anna bertugas menyapu debu dan dedaunan yang berjatuhan di dalam bangunan itu, sementara Rere bertugas membersihkan kandang hewan buas itu menggunakan alat khusus agar tak membuat hewan itu merasa terancam dengan peralatan yang digunakannya. Setelah itu mereka kembali sama-sama mengepel lantai.
Tiba-tiba Anna terpeleset yang tak sengaja menginjak lantai yang belum kering yang habis di pel oleh Rere. Hingga tubuhnya terjatuh mengakibatkan lutut dan siku nya memar.
Saat Anna mencoba berdiri, kembali dia terjatuh lagi. Kali ini, lututnya sudah berdarah, hingga aroma darah segar di tubuhnya mampu membangkitkan kebuasan para singa itu.
Anna dan Rere terlonjat kaget mendengar auman singa dan terus berlari kesana-kemari di dalam kandangnya masing-masing, layaknya ingin menghancurkan kandangnya sendiri.
"Rere, bagaimana ini." ucap Anna takut.
"Cepat Anna, kita harus pergi. Sepertinya mereka mencium aroma darah di lututmu." ucap Rere panik lalu segera membantu Anna berdiri.
Aum-aum
Grarrrr
Grarrr
Auman singa itu semakin keras saja hingga terdengar keluar gedung. Beberapa penjaga segera berlari ke arah bangunan tua itu. Jack yang sedang mondar-mandir di teras samping ikut menyusul mereka yang juga mendengar auman singa itu.
Aum-aum
Grarrrr
Grarrr
Sementara Anna dan Rere semakin panik saja mendengar gembok kandang singa terus berdentuman seakan terlepas dari rantainya.
Grarrrr-grarrr
Brukkk
Salah satu singa berhasil keluar dan berlari kencang ke arah Anna dan Rere. Membuat kedua wanita itu menjerit ketakutan.
"Aaaaaahh."
Mereka terus saja mempercepat langkahnya sambil melipat rapat-rapat bibirnya untuk tak menjerit lagi.
"Huaaaaa, Anna....tol...." tubuh Rere di tarik paksa lalu dihempaskan ke dinding oleh singa itu, hingga tubuh Rere tergelak di lantai bebatuan yang sudah tak sadarkan diri.
Anna berbalik badan dan terkejut bukan main, tubuhnya kembali bergetar hebat, jantungnya seakan copot dari tempatnya bahkan kedua kakinya tak bisa dia gerakkan sama sekali melihat singa itu berjalan mendekatinya.
Anna hanya mampu memejamkan matanya hingga air matanya mengalir dengan sendirinya dengan salah satu tangannya memegangi jantungnya. Wanita cantik itu hanya mampu berserah diri kepada Tuhan nya, jika tubuhnya di terkam habis oleh hewan buas itu.
Mommy, Daddy, aku akan ber...
Sebuah benda basah menyapu lutut Anna, membuat wanita itu mengerjapkan matanya takut-takut. Dan langsung membulatkan matanya melihat singa jantan itu duduk di hadapannya sambil menjilati lututnya yang terluka. Salah satu tangan singa itu memegangi tangan Anna.
"Hah." nafas Anna memburu melihat tingkah singa itu. Anna tak ingin bergerak sedikitpun.
Tiba-tiba penjaga dan Jack memasuki bangunan tua itu dan terkejut melihat singa yang sepertinya sedang menggigit pelayan itu. Jack hanya mampu memperhatikannya.
"Cepat tangkap singa itu." ucap salah satu penjaga dan ketiga penjaga itu bergegas berjalan pelan-pelan mendekati mereka.
Singa yang merasa terganggu segera melindungi Anna dengan cara menyembunyikannya di balik tubuhnya dari para penjaga. Anna masih saja syok. Deretan pertanyaan terus bermunculan di pikirannya.
Mengapa singa itu tak menerkamnya atau memakannya? Ada apa dengan singa itu dan sama sekali tak menguliti kulitnya?
Singa jantan itu begitu marah saat penjaga itu semakin mendekat ke arahnya. Aumannya semakin kencang saja hingga percikan air liurnya mengenai wajah mereka. Setelah itu langsung melompat ke salah satu tubuh penjaga dan mencakar-cakar tubuhnya. Kedua penjaga bergidik ngeri dan segera membantu temannya hingga terlepas dari cengkraman singa jantan itu. Setiap kali penjaga itu ingin mendekati Anna segera singa itu melindunginya.
Dengan terpaksa mereka segera mundur dan tak ingin mendekati pelayan itu karena singa jantan sedang melindungi pelayan di belakangnya.
Anna mencoba melangkah perlahan untuk menjauhi singa itu, namun singa itu seolah ingin terus bersamanya.
"Ini sangat mustahil. Bagaimana bisa nona Anna di sukai oleh hewan kesayangan tuan Leo." gumam Jack tak percaya yang hanya mampu menjadi penonton.
Singa itu menjatuhkan tubuh Anna di atas punggungnya, membuat Anna menjerit ketakutan dan segera berpegangan pada tubuh singa jantan itu yang sedang membawanya masuk ke dalam kandangnya. Semua orang yang menyaksikannya hanya mampu terheran-heran.
Tak berselang lama, muncullah tuan Leo dengan langkah lebar memasuki bangunan itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Leo yang merasa sepertinya sedang terjadi sesuatu.
"Nona Anna di bawah Rimba tuan." jawab Jack.
Leo menyeringai licik, seolah peraduganya benar adanya. Leo lalu melangkah mendekati kandang singa yang bernama Rimba. Dia melangkah masuk dan mendapati Rimba mengelus puncak kepala Anna.
Leo diam membisu menyaksikan semua itu.
Ternyata wanita ini sungguh istimewa, sampai-sampai membuat Rimba menyukainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Khulfa_Rosidah
lgi difase detik2 leo punya perasaan sama ana.. lanjut up bya
2022-11-28
2
kim
lanjut kk othor 😘
2022-11-28
1
S C O R P I O
lanjut kak
2022-11-28
1