PYT 19

Di bandara....

“Kak Leo” gadis cantik bertubuh mungil dengan menggunakan kursi roda melambaikan tangannya ke arah Leo.

Sontak saja Leo yang sedang menunggu di kursi tunggu dalam bandara segera mengalihkan pandangannya ke sumber suara dan langsung menarik senyuman di sudut bibirnya manakala melihat sosok yang disayanginya.

Leo berdiri lalu berjalan menghampiri gadis cantik yang berkursi roda tersebut dengan dua sosok wanita berpakaian lengkap selalu saja melakukan pengawalan terhadapnya.

“Welcome back sayang.” Ucap Leo sembari memeluknya.

“Terima kasih kak Leo, aku sangat merindukanmu.” Ucapnya tersenyum sambil mengeratkan pelukannya.

“Hemm” Leo ikut tersenyum tipis dan juga merindukan gadis cantik itu yang sudah dia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.

Setelah puas melepas rindu bersama, mereka keluar bandara dan bergegas masuk ke dalam mobil yang sudah siap membawa mereka kembali ke mansion yang berada di tengah hutan belantara.

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya gadis yang bernama Amira terus saja mengoceh tak jelas di samping Leo. Sedangkan dua pria dingin yang bersamanya hanya mampu diam dan sesekali manggut-manggut menanggapi ucapannya.

“Amira, bagaimana liburanmu di sana?” tanya Leo sambil melirik Amira yang duduk di sampingnya.

“Sedikit membosankan kak, hanya kedua bodyguard kak Leo yang selalu menemaniku jalan-jalan di tempat-tempat destinasi wisata yang bersejarah di negara itu. Dan semua orang memandangku aneh, tak ada yang berniat untuk menyapaku apalagi berteman denganku.” Ucap Amira lalu mengerucutkan bibirnya. Jack yang melihat tingkah Amira di kaca depan tersenyum tipis di balik kemudinya.

Leo menghela nafas dan tak ingin lagi bertanya. Sungguh dia merasa iba dengan kondisi adik angkatnya sekarang ini.

“Kak Leo, mengapa tanganmu selalu saja terluka.” Amira tak sengaja melihat tangan Leo dan menyentuhnya dengan hati-hati.

“Ini hanya luka kecil, memang seperti ini tabiat seorang pria yang gentleman akan selalu mendapatkan luka seperti ini. Bukan begitu Jack.” Leo ikut membawa-bawa nama Jack yang tengah fokus mengemudikan mobilnya.

“Benar nona Amira” timpal Jack sambil memutar bola matanya dan Amira hanya mampu ber o ria mendegar penjelasan kedua pria itu.

“Kapan kak Leo berencana menikah?” Lagi-lagi Amira melontarkan pertanyaan yang selalu menyudutkan Leo selama ini.

Seketika Leo terbatuk-batuk mendengar pertanyaan yang kesekian kalinya dari gadis cantik nan mungil itu.

“Jangan terus bertanya, sebentar lagi kita akan sampai.” Tegur Leo yang tak ingin menjawab pertanyaan tersebut dan Amira memilih diam sambil bersenandung kecil.

Mobil yang membawa mereka mulai memasuki gerbang utama. Para penjaga yang bertugas langsung membungkukkan badannya dengan hormat melihat kedatangan mobil tuannya. Mobil berhenti tepat pada pintu masuk mansion mewah tersebut.

Salah satu bodyguard yang berjaga segera membukakan pintu mobil untuk majikannya. Maria dan dua pelayan menyambut kedatangan tuannya dan tengah berdiri di samping pintu utama.

Leo turun dari mobil lalu menggendong tubuh Amira, sedangkan Jack menurunkan kursi roda Amira dan mendorongnya mendekati mereka. Leo dengan hati-hati menurukan kembali Amira di kursi rodanya lalu mendorongnya masuk ke dalam mansion.

Amira Putri Da Vichi, gadis yatim piatu yang kurang beruntung, berparas cantik dan bertubuh mungil yang baru saja berusia 19 tahun. Amira gadis baik, ceria dan mudah bergaul dengan siapa saja.

Pertemuan keduanya begitu menggoreskan luka, karena pada saat itu, Amira baru saja berusia lima tahun dan menjadi korban penculikan anak dan Leo lah yang menyelamatkannya.

Pada waktu itu maraknya terjadi penculikan anak untuk diambil organ tubuhnya kemudian diperjual belikan secara illegal oleh kelompok dunia hitam ke luar negeri. Sementara Leo pada waktu itu sudah berusia 15 tahun yang hanya tinggal di jalan dan sudah bergabung bersama preman pasar.

Leo pada waktu itu tak sengaja melihat dua pria berwajah beringas membawa paksa anak balita masuk ke dalam mobil dan anak balita itu adalah Amira. Leo pun bergegas mengikuti mobil hitam itu dengan sepeda ontel milik salah satu pedagang pasar. Hingga akhirnya Leo tiba di sebuah gedung tua dengan banyaknya semak-semak dan rumput ilalang di sekitar gedung tua itu. Terdengar suara-suara anak kecil menangis dan menjerit di gedung tua itu, entah apa yang sedang terjadi.

Leo hanya fokus pada anak balita tadi, hingga dia melihat Amira di bawa masuk ke dalam gedung tua itu. Leo mengendap-endap masuk ke dalam gedung tua itu, tak ada pencahaayaan di sekelilingnya hingga dia mampu mendengar suara langkah kaki berjalan ke arahnya, dengan cepat Leo bersembunyi di balik tumpukan kayu yang terbengkalai.

Setelah aman, Leo bergerak mencari di setiap penjuru ruangan dalam bangunan itu, hingga dia begitu yakin bahwa anak-anak di sekap di lantai dua, karena banyaknya pria bertubuh kekar memegang senapan panjang berlalu lalang di lantai tersebut, persis perampok.

Leo segera mendekat dengan langkah penuh kehati-hatian sambil membawa katapel dan anak panah yang berukuran kecil terbuat dari bambu runcing. Tanpa aba-aba Leo langsung melawan pria yang sedang berjaga itu menggunakan anak panahnya dan katapel nya.

Hingga beberapa penjahat itu berjatuhan, tiba-tiba pria gondrong berwajah bengis langsung menembak ke arahnya. Leo segera melompat dan berguling-guling menjauhi peluru mematikan itu. Dan saat itu dia belum bisa menggunakan senjata tersebut. Hingga sebuah ide terlintas dipikirannya, Leo langsung mengambil senjata api yang tergeletak di atas lantai lalu mencobanya.

Leo terlonjat kaget saat mendengar suara tembakan dari senjata itu dan tembakannya masih saja salah sasaran. Leo kembali mencoba menembak ke arah pria tadi hingga pria bertubuh kekar dengan tato di lengannya berhamburan keluar menghadang Leo.

"Beraninya anak ingusan ini datang ke markas ku." teriak Pria bertato yang merupakan ketua mereka.

Leo begitu waspada dan senjata dipeganginya di tembakkan ke sembarang arah hingga mengenai lengan pria bertato yang merupakan ketua mereka.

"Sial, tangkap anak ingusan itu." teriaknya marah dan anak buahnya langsung menangkap Leo dan tak lupa menghajar tubuh Leo lebih dulu tanpa ampun.

Setelah itu barulah melemparnya masuk ke sebuah ruangan dimana semua anak di sekap di ruangan itu. Semua anak begitu ketakutan melihat wajah Leo babak belur, Amira yang juga berada di ruangan itu segera mendekati Leo.

"Kakak, tolong bebaskan kami dari para penjahat. Kasian Ibu panti pasti terus mencariku." Amira menangis sesenggukan di samping Leo membuat hati Leo tersentuh dan merasa kasihan kepada anak kecil itu.

"Iya, kakak akan membebaskanmu dan anak-anak lainnya." ucap Leo yakin.

Hingga malam hari, pihak kepolisian berdatangan mengepung rumah tua itu yang sudah mereka selidiki jauh hari sebagai tempat penyekapan anak-anak yang menjadi korban penculikan.

Dari kejadian itu semua anak-anak bebas dan kembali ke pelukan orang tuanya masing-masing, sedang semua penjahat itu di jebloskan ke dalam penjara.

Sementara Amira kembali ke panti asuhan dan Leo kerap kali mengunjunginya karena nasib mereka yang sama hingga hubungan mereka semakin akrab layaknya kakak beradik.

Leo pun akhirnya menjadikan Amira sebagai adik angkatnya dan selalu menjaganya hingga detik ini dan memutuskan tinggal bersamanya saat musuh-musuhnya berdatangan untuk menghancurkan keluarga terdekatnya termasuk Amira.

Seiring berjalannya waktu, sebuah kejadian tak terduga kembali menghampiri Amira saat berada di bangku sekolah menengah atas, hingga gadis itu harus mengubur cita-citanya sedari kecil. Seseorang dengan sengaja menabrak gadis mungil itu hingga lumpuh total dan tak bisa lagi berjalan apalagi mengejar cita-citanya sebagai penari balet.

"Beristirahatlah, aku akan pergi ke pusat kota untuk menyelesaikan pekerjaanku." ucap Leo lalu menarik selimut menyelimuti tubuh gadis kecilnya.

"Iya kak Leo, hoamm.. aku memang sudah ngantuk." ucap Amira lalu memejamkan matanya dan Leo bergegas keluar dari kamarnya dan tak lupa menutup pintu kamarnya dengan pelan.

"Jack, ayo berang...." Leo menggantung ucapannya saat tak melihat keberadaan Jack di ruang tamu.

"Dimana Jack?" tanya Leo pada pelayan yang sedang bekerja membersihkan guci-guci tua.

"Saya melihat tuan Jack berjalan ke halaman belakang." ucap pelayan itu sambil menundukkan pandangannya.

Leo segera berjalan ke belakang mansion untuk mencari keberadaan Jack. Hingga dia mampu mendengar suara kehebohan, para penjaga tampak berlarian ke arah bangunan tua yang dijadikan sebagai kandang hewan peliharaannya.

"Wow, hampir saja aku melupakan momen langka ini." Leo menyeringai licik lalu melangkah menuju bangunan tua itu.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Betrikapra

Betrikapra

semoga saja amira jd sahabat anna dan leo baik sama anna

2022-11-27

0

Cahaya Warna

Cahaya Warna

amira yg akan jd penengah atau pemersatu leo dan anna

2022-11-27

0

S C O R P I O

S C O R P I O

lanjut kak...

2022-11-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!