"malam pertama"

Para tamu undangan telah meninggalkan aula menandakan acara pernikahan gue dengan Kalael telah selesai, dan disinilah gue bersama Kalael berada disalah satu kamar hotel tempat kami melangsungkan pernikahan kami tadi.

Tadinya gue berencana untuk tidur bersama ayah dan bunda namun gue diusir. Nasib Kalael pun tak beda jauh dari gue, dia berencana untuk memesan kamar lain namun ternyata papa Juan sudah bekerja sama dengan pihak hotel sehingga yaa mau tak mau gue dan Kalael harus tidur sekamar.

Netra gue dan Kalael saling bertemu tanpa berkata apapun. Pikiran gue berkelana memikirkan cara agar gue ga harus sekamar dengan Kalael.

"Gue ada ide! gimana kalau salah satu dari kita kabur keluar hotel terus paginya balik deh kesini" usul gue yang hanya dijawab helaan nafas oleh Kalael.

"Bukan lo tapi gue. Gue aja yang kabur keluar hotel, ntar gue minta ke David jemput gue dibawah. Gimana, oke kan?" sambung gue.

Kalael berdiri dari tempat duduknya semula yaitu diranjang kemudian berjalan menghampiri gue yang berdiri tak jauh dari tempatnya tadi.

"Lo mau mandi sebelum gue atau setelah gue?" tanya Kalael tak menghiraukan perkataan gue sebelumnya.

Pertanyaan Kalael membuat gue sadar bahwa saat ini gue masih memakai gaun pengantin lengkap dengan make up yang masih stay di wajah gue. But wait, bukan ini poin utamanya jadi maksud dia nanya gitu artinya gue bakalan sekamar dengan dia gitu, BIG NO.

"Umm anu ih gimana ya ngomongnya... Lo ga lagi setuju kan buat kita sekamar?, ma-maksud gue, iya gue yakin lo ga mungkin apa-apain gue tapi tetep aja ga ada yang tau kedepannya apalagi kata orang-orang cewe ama cowo ga boleh berduaan katanya yang ketiga itu setan"

Kalael tak membalas ucapan gue tapi malah memajukan langkahnya mengikis jarak antara kami berdua membuat kaki gue bergerak mundur secara otomatis.

"O oke oke gu-gue tidur di sofa lo di ranjaaaa..."

Gue sedikit berteriak saat punggung gue menabrak dinding dibelakang gue dan Kalael menahan pergerakan gue dengan menaruh tangannya dikedua sisi gue. Gue takuut, pasalnya mau gimanapun Kalael tetep cowo dan gue juga belum pernah sedekat ini dengan cowo lain termasuk David sekalipun.

Gue memalingkan wajah kesamping dan mentilangkan kedua tangan gye didepan dada saat wajah Kalael semakin mendekat kearaah gue.

"Lo mau mandi duluan atau gue yang duluan"

Kalael mengatakan itu tepat di kuping gue dengan suara berat membuat gue merasa sulit untuk menelan saliva gue sendiri.

"Atau lo maunya kita mandi bar....

"Gue duluan" ucap gue sambil mendorong Kalael menjauh.

Gue berjalan menjauhi Kalael menuju ke ranjang dan mengambil sebuah kotak dengan tulisan pakaian untuk Kesya diatasnya. setelah itu, gue langsung masuk ke kamar mandi dan menguncinya.

Gue memandang pantulan wajah gue yang memerah di cermin bahkan make up yang gue pake tidak bisa menutupinya.

"Sadar Kesya sadar, apa maksud coba lo kek gini?" gumam gue sendiri sambil membersihkan wajah gue.

Setelah membersihkan wajah gue segera beralih pada gaun pengantin yang gue kenakan namun gue baru sadar kalau gaun yang gue pakai bukan menggunakan res melainkan kancing dan ada sekitar sepuluh kancing dipunggung gue. Gue berusaha untuk membuka kancing tersebut namun hanya dua teratas dan tiga terbawah yang berhasil gue lepas, lima lainnya ga sanggup gue raih. Setelah berjuang sekitar lima belas menit akhirnya gue menyerah dan memutuskan untuk keluar kamar mandi.

"Lo belum mandi?" tanya Kalael tepat saat gye membuka pintu kamar mandi.

"Setelah gue pikir-pikir keknya lo aja deh yang duluan" ucap gue beralasan.

"Lo udah lebih dari lima belas menit disana dan selama itu lo gunain cuma buat mikir? " protes Kalael sambil menggeleng tak habis pikir.

Tanpa menghiraukan perkataan Kalael gue berjalan keluar dari kamar mandi dengan mempertahankan posisi berhadapan dengannya menyembunyikan punggung gue. Kalael hanya menatap gue sebentar lalu melenggang masuk ke kamar mandi.

Selama Kalael mandi gue masih berusaha untuk membuka kancing gaun gue, gue bener-bener udah frustasi pengen banget lari ke kamar bunda terus minta tolong bukain.

Gue terlalu fokus sama pikiran gue sampai ga sadar kalau Kalael udah selesai mandi dan sekarang dia sudah berdiri dibelakang gue.

"Sini gue bantuin" ucapnya sambil mulai membuka sisa kancing yang masih bertaut dipunggung gue.

Nafas gue tercekat seolah sudah tidak ada oksigen yang bisa dihirup, gue juga merasakan darah gue berdesir menghantarkan panas ke seluruh tubuh gue.

"Ini kancing terakhir, mending lo tahan gaun lo jangan sampai melorot"

Ucapan Kalael membuat gue segera menahan gaun gue dan berlari secepat kilat ke kamar mandi dan menguncinya. Gue segera menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mendinginkan tubuh gue yang gue yakin udah kek kepiting rebus. Setelah itu, gue bergegas mandi untuk menyegarkan badan gue yang mulai lengket karna keringat.

Setelah selesai mandi gue berniat untuk segera berpakaian, gue mulai membuka kotak yang bertuliskan 'pakaian untuk Kesya' dan.... WHAT THE HELL, it's lingerie. Masih kurang sial apa coba gue hari ini perasaan ga ada habisnya kesialan gue.

Kesialan gue ternyata ga sampai situ aja, sekarang bathrobe yang tadinya tergantung sudah tidak ada sepertinya sudah dikenakan Kalael. ga ada cara lain yang bisa gue lakuin selain meminta bantuan Kalael.

"Kal! Kalael! eh.."

Gue memanggil Kalael sedikit berteriak namun gue dibuat terkejut saat gue membuka pintu sedikit sebuah tangan muncul dengan kemeja yang menggantung ditangan tersebut. Gue segera mengambil kemeja tersebut dari tangan Kalael dan kembali mengunci pintu.

Gue sudah mengenakan kemeja yang diberikan Kalael tadi, namun sepertinya kemeja ini adalah kemeja yang dia pakai saat pernikahan. Bodo amatlah seenggaknya ada yang bisa gue pakai, dan untungnya karna perbedaan ukuran tinggi badan yang cukup jauh antara gue dan Kalael membuat kemeja ini mampu menutup sampai ke paha gue.

Gue berjalan keluar kamar mandi dan mendapati Kalael yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Seperti dugaan gue lo bakal tenggelam kalau make kemeja gue" ucap Kalael tiba-tiba.

"Maksud lo apa? lo ngehina gue pendek" balas gue nyolot merasa tersinggung.

"Gue gaada ngomong gitu, lo sendiri yang ngaku"

"Gue ga pendek ya lo-nya aja yang ketinggian, tinggi badan gue itu udah termasuk ideal. Eh lo ngerasa aneh ga sih ama nih hotel, udah jelas ini kamar untuk pasangan masa bathrobenya satu doang trus orangtua kita juga udah tau gue pake gaun lo pake jas masa ga disiapin baju ganti"

Kalael tak menghiraukan perkataan gue dan hanya melempar ponselnya kearah gue sambil memberi sinyal untuk melihat ponselnya. Gue mengambil ponsel tersebut dan membaca pesan yang tertera disana, pesan yang dikirim oleh mama Rena.

'Semangat ya buat cucunya, ga usah khawatirin sekolah kalian, Kalian kan bentar lagi lulus' isi pesan tersebut.

"Jadi ini semua udah direncanain sama orangtua kita?"

"Hmm, gue rasa mereka curiga sama hubungan kita makanya mereka sampai seniat ini. Gue juga baru sadar pad ngeliat isi kotak itu"

"Ohh jadi itu penyebab lo ngasih kemeja lo ke gue?"

"Iya, tapi itu udah gue cuci gue keringin pake hairdryer. Rencananya gue mau ngasih lo bathrobe tapi celana gue udah ga sanggung gue keringin"

"Oke deh kalau gitu semuanya udah jelas. Awas gue mau tidur udah ngantuk berat"

Gue mengusir Kalael dari sofa yang didudukinya karna gue berniat untuk tidur disitu ya berhubung gue masih punya hati soalnya dapat dipastikan dengan kaki panjangnya Kalael ga bakal muat disitu.

"Lo mau tidur bareng gue di sofa?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Nggalah, gue tidur disofa lo diranjang soalnya lo gabakal muat disofa"

"Ga usah lo aja yang diranjang, gue masih punya hati untuk ga biarin cewe tidur disofa"

"Tapi lo ga mungkin muat, kaki lo kepanjangan"

"Muatlah kalau gue tekuk lagian sofanya lebar biar tambah lo ppasti muat"

Gue berniat untuk membalas ucapannya kembali namun perkataan Kalael berikutnya membuat gue langsung menaiki ranjang dan menarik selimut menutupi tubuh gue.

"Sekali lagi lo ngebantah maka kita berdua bakal berakhir diranjang" ucapnya.

"Selalu aja ngancem" gumam gue pelan.

"Kalau ga gitu lo bakal keras kepala" balasnya.

Gue udah ga berniat untuk membalas lagi karna mata gue yang semakin berat dan akhirnya tertidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!