"terpaksa"

Sudah seminggu sejak malam perjodohan itu, gue masih belum dapat kesempatan buat berbicara sama ayah dan bunda. Ayah dan bubda sering tiba-tiba keluar katanya ada urusan mendadak. Bagaimana dengan Kalael? entahlah gue ga pernah berbicara lagi dengan dia sejak malam itu, gue gatau dia sudah berbicara dengan orang tuanya atau belum.

Suasana kelas begitu hening kala pak Agus mengajar. Tapi tidak berlaku ke gue, duduk disamping Nayla pasti akan selalu ada cerita darinya.

"Sya belakangan ini kamu aneh banget... Kamu banyak diamnya yaiya sih kamu emang pendiam tapi belakangan ini diamnya lebih parah dari sebelumnya mana kebanyakan melamun lagi" kata Nayla yang cuma gue senyumin, hari-hari gue terasa semakin berat semenjak perjodohan itu.

"Syasya! tuh kan melamun lagi"

"Gue ga melamun, gue lagi fokus sama materi lo juga gih fokus dulu belajar"

"Temenin aku sebentar yah"

"Kemana?"

"Ke Cakery yang disebelah RS Jaya"

"Suruh Kalael aja yang nemenin" Nayla langsung menutup mulut gue menggunakan tangannya.

"ssttt jangan kenceng-kenceng inituh rahasia Kalael ga boleh tau" ucap Nayla berbisik gue hanya mengangguk menunggu lanjutan.

"Besok Kalael ultah aku mau beli cake buat surprise-in dia"

Perkataan Nayla entah mengapa membuat gue merasa bersalah padahal gue sama Kalael belum ada apa-apa. Seperti yang pernah gue bilang sebelumnya gue susah menolak permintaan Nayla dan pada akhirnya gue nemenin dia milih cake buat Kalael.

Gue dan Nayla pergi menggunakan mobil Nayla, Nayla sendiri yang nyetir. Sepanjang perjalanan Nayla terus menerus menceritakan tentang Kalael yang membuat gue pengen menghilang dari sisinya.

"Kalael ga suka coklat jadi aku mau beliin cake yang rasa vanila dan strawberry"

"Kalael cukup pemilih dalam makanan dia gasuka makan nasi kalau sarapan, gasuka makan sayur dan daunan lain kaya selada, seledri, kemangi lucu kan?" cerita Nayla panjang lebar yang membuat gue berpikir sebenarnya gue lagi sama Nayla apa tante Rena sih.

"Dia juga ga suka jeroan, suka dagingnya doang dia suka semua jenis buah-buahan. Ohh dia juga suka sama makanan pedas kalau diliat-liat kalian berdua punya selera yang sangat berbeda dalam makanan".

"Gue suka daging kok, gue juga suka makan buah".

"Iya buah nenas sama strawberry doang kan?"

"Sampai, ayo turun Sya jangan ngambek dong akukan cuma bercanda"

"Gue ga ngambek kok"

Gue turun dari mobil dan mengikuti Nayla memasuki toko Cakery tersebut tetapi langkah gue terhenti saat melihat sebuah mobil dengan nomor plat yang sangat aku kenal memasuki area RS Jaya.

"Lo masuk duluan ya Nay, ada yang mau gue cek sebentar" ucap gue kemudian berlari ke arah RS Jaya.

Gue mengikuti langkah ayah dan bunda dengan pelan melihat mereka memasuki salah satu ruangan disitu kemudian pintu tertutup. Gue membaca identitas dokter yang tertera dipintu membuat gue shock pasalnya ruangan tersebut adalah ruang dokter spesialis jantung.

Gue berlari keluar Rumah sakit menuju ke toko Cakery di sampingnya. Gue liat Nayla yang masih setia menunggu gue dengan tangan kanannya yang menenteng sebuah box kue.

"Udah? ayo pulang"

Selama perjalanan gue mencoba untuk berpikir positif semoga saja itu hanya check up biasa.

Gue tiba di rumah lebih dulu dari ayah dan bunda, tanpa melepas seragam yang masih melekat di badan gue duduk di ruang tamu menunggu ayah dan bunda.

Tak berselang lama gue mendengar suara mobil dari luar, kemudian sosok ayah dan bunda muncul di pintu utama.

"Udah pulang sayang, gimana sekolahnya? Udah akrab ama Kalael?"

"Ayah sama bunda darimana?" tanya gue langsung begitu ayah dan bunda masuk.

"Hmm? dari kantorlah sayang emangnya mau kemana lagi" jawab bunda yang membuat gue gabisa menahan air mata.

"Bohong!!!"

Gue berlari ke kamar kemudian berbaring ke atas ranjang dengan posisi telungkup, kepala gue benamkan ke bantal. Gue udah ga bisa nahan tangis gue, tangis gue pecah begitu saja.

"Anak bunda kenapa nih? coba cerita sama bunda" gue rasakan tangan bunda mengelus rambut gue sayang.

Gue merubah posisi gue menjadi duduk untuk menatap wajah bunda dan ayah.

"Siapa yang sakit?"

"Kamu ngomongin apa sayang?"

"Ayah sama bunda gausah bohong Kesya liat sendiri ayah sama bunda ke dokter spesialis jantung hiks... hiks"

Ayah duduk disamping gue kemudian memeluk gue erat.

"Ayah pasti sembuh sayang, ayah harus kuat supaya bisa jadi wali kamu. Setelah kamu nikah sama Kalael baru ayah mau berobat ke Jerman" ucap ayah yang membuat gue semakin terisak dalam pelukannya kulihat bunda juga sedang berusaha menghapus air mata yang mengalir dipipinya.

"Kalau memang itu mau ayah Kesya siap nikah muda, Kesya siap tinggalin impian Kesya. Tapi calonnya harus babget Kalael ya yah? Kesya mau sama siapa aja kok Kesya ga pilih pilih kalau soal pasangan, Kesya ga punya kriteria apapun untuk pasangan"

"Harus Kalael sayang, ayah gabisa percaya sama orang lain sebesar ayah percaya orang tua kalael. Ayah yakin kamu tidak akan merasakan kurang kasih sayang kalau sama mereka. Ayah juga ga maksa kamu harus menikah skarang, ayah masih bisa menunggu sampai kamu siap" ucapan terakhir ayah membuat gue menggeleng cepat.

"Kesya mau nikah cepet sama Kalael biar ayah mau berobat".

Gue tau gue egois disini, gue udah gabisa mikirin perasaan Nayla lagi yang menjadi fokus utama gue skarang hanya kesehatan ayah. Ayah harus berobat, ayah harus sehat lagi. Gue gatau akan seperti apa kedepannya hidup gue saat bersama Kalael tapi apapun itu akan gue terima semuanya dengan lapang dada demi ayah dan bunda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!