"menikah?"

Gue terbangun dari tidur nyenyak dan mendapati tubuh gue berada di dalam kamar gue sendiri. Gue mengubah posisi gue menjadi duduk dan mulai mencerna kejadian semalam. Perlahan jantung gue mulai berdetak tak karuan dan....

Aaakhh!! malu banget sumpah, gue beneran kek orang ga punya malu semalam, tidur di pelukan pacar sahabat sendiri, malah minta cepet dinikahin lagi fiks gue gila tadi malam.

Gue mengambil ponsel yang berada diatas nakas untuk melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 05:40 dan masih belum ada kabar mengenai ayah. Gue segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera bersiap menuju Rumah sakit.

Gue membutuhkan sekitar dua puluh menit untuk bersiap, setelah selesai gue segera berlari kecil keluar kamar dan menuruni tangga menuju dapur. Gue berencana membuatkan sarapan untuk bunda dan juga orang tua Kalael yang sudah menemani bunda untuk menjaga ayah.

Oh iya berbicara tentang Kalael gue yakin pasti dia sudah pulang semalam, pasti dia juga muak dengan keegoisan gue semalam namun gue bersyukur setidaknya dia ga ngebiarin gue tidur di ruang tamu.

Setibanya di dapur gue mendapati mbok Yumi yang sedang berperang dengan peralatan dapur.

"Mbok Yumi lagi masak apa?"

"Ohh ini non, mbok Yumi lagi buatin sup buat tuan sama nyonya"

"Makasih ya mbok Yumi, tadinya Kesya juga mau buatin sup untuk bunda tapi karna telat bangunnya jadi mau buat yang simpel aja eh ternyata udah mbok buatin"

"Hehe sama-sama non Kesya. Non Kesya duduk gih di meja makan biar mbok siapin sarapannya, non belum makan kan dari tadi malam?" ucap mbok Yumi

"Ohh ga usah mbok, Kesya sarapan di Rumah sakit aja nanti sama bunda" tolak gue.

"Kalau lo ga sarapan ga bakal gue anterin lo ke Rumah sakit"

Sebuah suara yang familiar terdengar di telinga gue membuat gue membalikkan badan dan mendapati Kalael yang berdiri tidak terlalu jauh dari tempat gue berdiri.

"Lo baru dateng atau emang semalam lo tidur disini?" tanya gue kepo sambil menariknya ke ruang makan.

"Gue tidur disini kan udah gue bilang bunda lo udah amanahin lo ke gue jadi ga mungkin gue pulang. Tenang aja gue pake kamar tamu kan ga mungkin gue tidur di kamar lo" jawabnya.

"Ga, bukan itu maksud gue. Gue kira lo ilfeel sama ucapan gue semalam trus pulang" ucap gue berterus terang.

Namun Kalael tidak mengatakan apa-apa dan meninggalkan gue menuju ke dapur. Yah sepertinya ucapan gue benar.

"Nih makan habis itu ganti pakaian lo jadi yang sedikit lebih rapi dari ini"

"Gue mau sarapan di Rumah sakit aja"

"Makan sekarang Kesya, Ayah lo udah sadar tadi malam dan sudah dipindahkan di ruang inap. Ayah lo juga yang mesen kalau lo mau kesana lo harus sarapan dulu"

Perkataan Kalael membuat gue seneng bukan main gue langsung menyantap makanan di hadapan gue berupa bubur ayam. Menu sarapan andalan gue.

"Lo tau dau darimana kalau ayah gue udah sadar? gue aja belum dapat kabar apapun" tanya gue.

"Gue dikabari nyokap gue tadi malam tepat saat lo tertidur di pelukan gue" jawab Kalael yang membuat gue gugup dan malu seketika.

"Lo ga sarapan?" tanya gue mengalihkan topik.

"Ngga" (singkat kali jawabannya Kal)

"Oo sorry, tunggu bentar ya" ucap gue setelah ingat kalau Kalael ga suka sarapan pake nasi.

Setelah mengatakan itu gue berlari kecil menuju dapur dan mengambil satu pak roti tawar dan sekotak selai coklat.

"Nih buat lo, gue tau dari Nayla kalau lo ga suka sarapan pake nasi. Btw, gue cuma punya selai coklat dan itu gue buat sendiri" ucap gue sambil memberikan roti dan selai kepada Kalael.

"Thanks, tapi gue makan rotinya aja, gue ga suka coklat soalnya" ucap Kalael yang gue balas dengan gestur 'terserah'.

"Oh iya setelah sarapan lo ganti baju jadi yang lebih rapi" ucap Kalael.

Gue menelisik penampilan Kalael sekarang yang sepertinya terlihat cukup rapi. Kalael mengenakan celena bahan panjang berwarna hitam yang dipadukan dengan turtleneck sweater yang juga berwarna hitam.

"Ngapain juga harus rapi orang cuma mau ke rumah sakit doang" ucap gue acuh.

"Kalau ga lo lakuin gue ga bakal anterin lo ke Rumah sakit" ancamnya.

"Lo kenapa sih daritadi ancem mulu, ga mungkinkan kalau kali ini ayah gue lagi yang minta?"

"Ngga, ini permintaan gue ganti baju lo jadi yang lebih rapi baru gue anter"

Gue berniat menolak namun entah kerasukan jin apa sekarang gue sudah berganti pakaian yang lebih rapi dari yang sebelumnya celana bahan dan kaos oversize sekarang menjadi sebuah kemeja putih yabg dilapisi dengan mini dress selutut berwarna hitam.

"It's better" ucap Kalael berjalan keluar mendahului gue sambil menenteng sebuah termos sup.

"Bukankah ini terlalu sedikit untuk mereaka disana?" tanya gue sambil menunjuk termos sup yang Kalael bawa.

"Ini cuma buat ayah lo, yang lain udah sarapan lebih dulu di Rumah sakit dan ayah lo ga suka buburnya jadi minta dibuatin sup" kelas Kalael yang membuat gue mengangguk paham.

...****************...

Selama perjalanan tidak ada pembicaraan yang terjadi antara gue dan Kalael sampai pada akhirnya mobil Kalael memasuki area parkir Rumah sakit dan memarkirkannya.

Gue segera membuka seat belt dan akan segera keluar dari mobil namun Kalael menghentikan gue lalu dia menggenggam tangan gue dan menatap gue yang membuat gue terdiam bingung.

"Lo udah siap?" tanyanya yang membuat gue semakin kebingungan.

"Siap kok, lagian kata lo kan ayah gue udah sadar" jawab gue sambil menarik tangan gue dari genggamannya kemudian langsung keluar mobil.

"Baguslah kalau gitu" ucapnya kemudian menyusul gue.

Gue berjalan berdampingan dengan Kalael menuju ruang VVIP tempat ayah gue di rawat. Setibanya di ruangan ayah gue langsung berlari memeluk ayah yang sedang duduk bersandar dikepala ranjang rumah sakit.

"Eh anak ayah udah dateng, ga ke sekolah nih?" ucap ayah menyambut pelukan gue.

"Ngga, ayah masih ada yang sakit ga? dadanya masih sakit? perasaan ayah skarang bagaimana?" tanya gue bertubi-tubi.

"Ngga ada ayah udah sehat kok, kan ayah udah bilang ayah harus kuat setidaknya sampai kamu nikah nanti"

"Ngga boleh, ayah harus sehat sampai selama-lamanya titik"

"Ini supnya tante" ucap Kalael sambil menunjukan termos sup ditangannya.

"Ohh iya makasih sayang, mau bunda siapin dulu buat ayahnya Kesya" ucap bunda pada Kalael.

"Biar Kesya aja bunda yang nyuapin ayah" tawarku yang langsung diperbolehkan bunda.

Ayah sudah menghabiskan seluruh supnya dan kembali duduk bersandar dikepala ranjang kemudian ikut bergabung bercerita sambil sesekali bercanda dengan orang-orang di ruangan itu yang tidak lain adalah orang tua Kalael dan Kalael.

"Eh kalau mama liat-liat kalian berdua hari ini rapi banget dah, mau nge-date ya?" tanya tante Rena.

"Ga tau tuh Kalaelnya tante, tadi pagi nyuruh Kesya ganti pakai pakaian yang lebih rapi katanya" jawab gue.

"Berdiri sebentar" printah Kalael yang sudah berdiri didepan gue dengan tangan yang terulur.

Gue menyambut uluran tangan Kalael kemudian mengikuti langkahnya yang mendekat ke orang tua kami.

"Mah pah ayah bunda semalam aku sama Kesya udah mutusin kalau kami berdua mau menikah secepatnya agar ayah segera berobat ke Jerman" ucap Kalael.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!