"perjodohan"

Sudah seminggu sejak kejadian ayah dan bunda pulang terlambat, entah mengapa gue merasa ada yang aneh dengan sikap mereka selama seminggu ini, ketika gue tanyapun bunda bakal jawab gada apa-apa.

"Hari ini pulang jam berapa?" tanya bunda.

"Seperti biasa bunda jam 5"

"Kamu gaada kegiatan lainkan setelah pulang sekolah? kalau ada batalin memang, hari ini kita ada tamu spesial jadi entar pulang sekolah langsung balik ke rumah"

"gaada kok bunda, habis pulang sekolah Kesya langsung ke rumah gabakal singgah dimana-mana, bunda kaya gatau Kesya aja"

"Iya sayang, bunda tau kok"

Setelah bunda mengatakan itu gue langsung pamit ke sekolah.

***

"Kalael nih ga dateng apa bolos?" gue dengar Nayla bergumam pelan dan gak gue jawab.

"Syasya ke kantin yuk, pengen makan yang pedas pedas" lanjutnya kemudian menarik paksa gue ikut bersamanya.

Gue berjalan beriringan dengan Nayla yang sambil merangkul gue ke kantin.

"Ihh ayang aku ada disini" ucap Nayla melepas rangkulannya dari tanganku kemudian berlari memeluk Kalael.

"Hati-hati sayang, nanti jatuh"

Yahh seperti itulah mereka selalu menebar keuwuan, gue duduk di samping David tepat didepan Kalael dan Nayla. Entah cuma. perasaan gue atau bukan, gue rasa Kalael terus saja memperhatikan gue sejak gue duduk hingga gue makan. Ingin skali gue tanya kenapa tapi gue ragu, walaupun dia pacar sahabat gue tapi gue sama sekali ga dekat dengan dia, Jarang banget gue ngomong ke dia.

Setelah makan gue pamit terlebih dahulu ke kelas, namun di tengah perjalanan seseorang menarik tangan gue dan membawa gue di sebuah ruangan yang kosong. Gue ga tau ini ruang apa karna gua jarang keliling sekolah.

Gue kaget, saking kagetnya gue refleks memukul dada orang tersebut berulang kali sambil menutup mata tapi kegiatan itu terhenti saat seseorang itu mulai mencengkram kedua lengan gue yang membuat gue semakin panik dan memberontak.

"Ssshh ini gue" suara familiar itu membuat gue membuka mata dan segera menarik tangan gue paksa. suaranya sedikit meringis mungkin pukulan gue cukup keras.

"Kalael? apa-apaan sih lo?" ucap gue sedikit marah.

"Ada yang mau gue omongin sama lo. Lo..." ucapannya menggantung dia terlihat sedikit berpikir.

"Lo belum tau apa-apa?" sambungnya.

"Ga jelas lo" gue berniat meninggalkan ruangan itu tetapi lagi tangan gue ditahan.

"Ada hal penting yang harus gue omongin tapi karna lo belum tau apa-apa gue jadi bingung mulai darimana. Intinya gue pengen lo nolak apa yang akan terjadi entar malem. Kalau lo berhasil kemungkinan besar.

"Sorry gue gabisa nolak permintaan Nayla"

"Bukan Nayla, kalau ini Nayla gabakal juga gue nolak"

"Trus apa dong? Selain Nayla kita ga punya urusan apa-apa. Tau ah, males gue ngomong sama hal yang ga penting" ucap gue sambil meninggalkan ruangan itu untungnya kali ini gue ga ditahan.

"Pokoknya lo harus tolak psksjdjbdb" teriakan Kalael yang ga gue denger kata terakhirnya.

***

Gue masuk ke dalam rumah dengan perasaan aneh. Rumah gue tiba-tiba berubah kek pesta. Ga kek pesta juga sih gue melebihkan tapi jujur rumah gue terlihat sangat berbeda. Gue liat bunda dan mbok Yumi yang sedang berkutat dengan peralatan dapur sepertinya mereka sedang memasak hidangan spesial dan banyak membuat gue berpikir sespesial apa sih tamu hari ini.

"Eh anak kesayangan bunda udah pulang" jangan salfok ya sama ucapan bunda gue, gue anak tunggal yang sudah pasti menjadi satu-satunya yang diberikan kasih sayangnya.

"Ayo ikut bunda, ada yang mau bunda nunjukin ke kamu" kata bunda sambil menggandengku menuju kamarnya.

Gue terkejut kamar bunda keliatan seperti kapal pecah banyak pakaian yang bertebaran diatas ranjangnya

"Bunda tadi ke mall cari dress buat kamu malah kalap belinya kebanyakan, pilih den sstu buat kamu pakek entar malem"

"Harus dress ya bunda ga bisa aku pakek yang ada di lemari aja" gue kurang nyaman kalau pake dress jujur.

"Harus sayang, tamu malam ini tuh tamu terspesial yang pernah kita terima"

Gue mulai memilih macam-macam dress yang ada di kamar bunda dan menemukan sebuah dress yang gue suka. Dress selutut dengan warna putih polos dan rok yang mengembang.

"Yang ini bund"

"Ini yang jadi pertimbangan bunda dari tadi ternyata selera kita sama haha"

"Naik gih ke kamar kamu trus mandi, pakek dress ini ohh jangan lupa make up ya, tipis tipis aja biar ga keliatan pucat" lanjut bunda.

Gue berjalan menuju kamar dengan perasaan tak karuan, entah mengapa gue tiba-tiba kepikiran ucapan Kalael yang ga gue dengar. Gue mulai mencocoklogikan dan sepertinya benar bahwa teman ayah yang sudah 12 tahun ga ketemu itu adalah ayahnya Kalael. Apa mungkin gue sama Kalael.... ah apasih yang gue pikirin semoga saja hanya gue yang terlalu parno.

Gue turun dari kamar menuju ruang tamu dan melihat ayah sma bunda yang sudah siap dengan jas dan dressnya.

"Aduhh cantiknya anak bunda, kamu hanya pakek liptint ya?"

"Hehe iya bund, udah aku coba yang lain tapi ga bisa" ucap gue sambil garuk kepala yang tidak gatal.

"Kamu tetep cantik kok sayang, cantik natural. Rambutnya digerai aja ya" kata bunda sambil melepaskan ikat rambut yang gue kenakan.

"Tuan, Nyonya tamunya sudah datang"

Mendengar itu bunda cepat-cepat menggandeng tangan gue menuju pintu utama untuk meyambut tamu spesialnya. Gue berdiri di tengah ayah sama bunda.

"Akhirnya datang juga, ayo masuk kita kedalam. Eh putramu mana?"

"Dia gamau bareng semobil jadi dia bawa mobilnya sendiri, bentar lagi sampai tu"

"Ini Kesya ya? makin cantik saja kamu sayang"

"Udah ayo masuk bicaranya didalam saja, Kesya kamu tungguin tamu terakhirnya ya. Ayah, bunda, mama Rena dan papa Juan masuk duluan" titah ayah yang gue anggukin.

Gue menunggu tamu terakhir sambil berdoa semoga bukan Kalael. Sebuah mobil sport putih memasuki halaman rumah gue kemudian pintu mobil itu terbuka menampilkan seseorang yang mengenakan setelan jas berwarna dominan putih yang gue kenal yup Kalael. Netra kami saling bertemu, gue lebih dulu memutuskan pandangan itu setelah dia berdiri dihadapan gue. Otak gue tiba-tiba saja blank pikiran gue melayang. Gue menepuk pelan pipi gue bebrapa kali untuk mengembalikan kesadaran gue.

"Ayo masuk" ajak gue seraya memasuki rumah namun seperti di sekolah tadi lagi-lagi dia menahan pergelangan tangan gue.

"Lo harus nolak oke?"

"Lo ngomongin apa sih dari sekolah tadi? gue ga ngerti. Ini hanya makan malam bareng mengingat ayah gue sama papa lo udah ga ketemu 12 tahun, jangan buat gue berpikir yang ngga ngga" ucap gue frustasi, gue masih berusaha untuk positive thingking walaupun jantung gue rasanya mau meledak saking cepatnya berdetak.

Gue langsung masuk kedalam rumah meninggalkan Kalael yang langsung mengekori gue.

"Udah datang, wihh tampan skali putramu Ren" kata bunda

"Putrimu juga cantiknya ga main-main"

"Sudah puji-pujinya, ayo kita mulai makan makan malamnya keburu dingin makanannya"

Gue menyendok sedikit nasi dan mengabil sedikit lauk, jujur nafsu makan gue hilang apalagi liat muka Si Kalael yang duduk depan gue. Posisi temat duduk kita yaitu ayah dan om Juan duduk berhadapan pada sisi lebar meja kebetulan meja makan di rumah gue bentuknya persegi panjang sedangkan bunda dan tante Rena duduk berhadapan disisi panjang meja begitupun gue dan Kalael.

Sesekali gue denger perbincangan ayah dan om Juan mengenai bisnis masing-masing, terkadang mereka tertawa ketika membahas masa lalu, bunda dan juga tante Rena asik mengobrol sedangkan gue dan Kalael sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga tanpa gue saari ternyata meja makan sudah dibersihkan dan ayah nengajak ubtuk mengobrol di ruang utama.

Keadaan tiba-tiba menjadi serius, gue melirik Kalael yang ternyata menatap gue dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Seperti yang sudah direncanakan bahwa kedatangan kami kesini bukan cuma untuk makan malam dan melepas rindu tapi juga untuk mempererat hubungan keluarga Ananda dan keluarga Adiwarman yaitu dengan menjodohkan putra keluarga kami Kalael Adiwarman dengan putri keluaraga kalian Kesya Ananda" kata om Juan.

Bless.. Rasanya seperti jantung gue ditusuk sesuatu pikiran gue melayang memikirkan Nayla dan juga impian gue yang gue idam-idamkan.

Ayah, bunda dan tante Rena mengangguk seraya menatap kami berdua bergantian. Bunda mengelus rambut gue sayang membuat gue ingin menitikkan air mata, kemudian gue spontan berdiri.

"Ayah, bunda, om, tante ak- aku ga bisa terima perjodohan ini..." ucap gue mantap tapi juga menggantung gue pengen bilang kalau Kalael udah punya pacar tapi gue urungkan itu mengingat om Juan adalah orang yang ga bisa dibantah artinya Kalael pasti merahasiakan identitas Nayla.

"Kalau kalian pengen mempererat hubungan keluarga aku mau kok berteman dengan Kalael atau anggap Kalael kakak aku mau, tapi kalau menikah aku ga bisa. Ayahh" ucap gue lirih penuh harap sambil menatap ayah. Gue yakin ayah pasti mengerti selama ini ayah belum pernah menolak permintaan gue.

"Kalian ga langsung nikah kok, ayah tau kalau kalian ga deket sama skali makanya ayah udah bilang ke papa Juan buat ngasih waktu kalian buat saling kenal"

"ta-tapi ayah... Kalael?" gue menatap Kalael berharap dia segera membuka suara dan membantu gue untuk menolak perjodohan ini.

"Pa, mah, om, tante Kalael izin mau bicara berdua sama Kesya" ucap Kalael yang buat gue pengen banget nyekik dia dari lamanya dia melamun tadi hanya itu yang sanggup ia keluarkan.

"Gue gamau ngomong sama lo" "boleh silahkan" ucap vue yang serempak dengan ayah.

"Ga boleh kasar begitu Kesya, maaf ya Ren" gue yakin bunda skarang merasa ga enak sama om Juan dan tante Rena atas ketidaksopanan gue terlihat dari nama gue yang disebut bunda jarang manggil gue pake nama biasanya sayang atau anak bunda.

"Gapapa, mungkin Kesya masih shock" ucap tante Rena dengan senyum tulus.

"Bawa gih Kalael ke kamar kamu trus ngomong baik-baik"

Gue lantas berjalan mendahului Kalael menaiki lantai 2 dimana kamar gue berada.

"Ini kamar lo? beda banget sama kamar Nayla, kamar lo terlalu kosong untuk cewe"

Reaksi Kalael ga beda jauh sama Nayla waktu pertama kali masuk ke kamar gue. Kamar gue didominasi warna putih dengan sedikit sentuhan Rose Quartz and Serenity warna official boygrup K-pop kesukaan gue 'SEVENTEEN', kamar gue termasuk luas makanya tidak heran kalau terasa kosong apalagi gue ga ngoleksi apa-apa selain Album dan Merch seventeen yang tersusun rapi di rak khusus.

"Ga usah komentarin kamar gue, apa yang mau lo omongin? kalau lo cuma mau nyuruh gue buat usaha tolak tuh perjodohan mending gausah deh, lo liatkan perjuangan gue tadi dan.... lo gamau gitu usaha gue tau papa lo ga bisa dibantah tapi lo gamau perjuangin Nayla?

"Maulah, gue udah berusaha dari semalam tapi gatau kenapa papa gue kekeh banget gue harus nikah sama lo, gue sebisa mungkin nyembunyiin identitas Nayla gue takut dia diapa-apain"

"Ya lo usaha kalau gitu, kabur kek apa gitu"

"Gabisa Kesya, gue yakin lo pasti ngerti dengan kekuasaan papa gue gue bisa lari kemana"

"terus keputusan lo gimana?" tanya gue frustasi.

"Kita coba aj..."

"WHAT?"

"Maksud gue kita coba lagi, lo ngomong baik-baik ke orang tua lo gue juga lakuin yang sama gimana?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!