"kembali sekolah II"

"Iyaa, gue ga peenah naik motor, gue takut apalagi pake motor kaya gini"

krik krik!!!

Suasana menjadi hening seketika setelah gue ngomong, raut wajah Kalael tampak tak percaya dengan omongan gue.

"Dari bumi belahan mana sih lo masa ga pernah naik motor, buruan naik sebelum kita telat"

Gue menatap Kalael sebentar dengan jengkel sebelum akhirnya meninggalkannya menuju jalan utama untuk menunggu taxi.

"Hei hei bercanda doang, gitu aja ngambek, buruan naik itung-itung biar ada pengalaman lo naik motor.... ayoo" ucap Kalael.

Gue kembali menimang-nimang ajakan Kalael. Tentu saja alasan gue mau naik taxi bukan karna ngambek tapi lebih kek bingung gimana cara naik dimotor Kalael ini, pasalnya jok motor Kalael terlalu tinggi ditambah lagi dengan posisinya yang menurun bakal susah buat jaga jarak mana Kalael ga make ransel lagi.

Gue bersiap menaiki motor Kalael. Gue membelakangi motornya dan berniat untuk duduk menyamping.

"Lo pikir gue tukang ojek?! turun! ganti gaya duduk lo" murka Kalael.

"Gue susah naiknya" balas gue ga kalah murka.

"Lo tinggal megang bahu gue aja susah bener, otak lo udah ga guna lagi ya?"

"Tau,,, siap nih gue naik, entar jatoh lagi"

"Naik aja, badan enteng kek lo ga bakal ngaruh apa-apa"

Gue memegang bahu Kalael untuk mempermudah gue naik. Setelah duduk, gue segera melepas ransel yang gue kenakan dan menaruhnya di tengah antara gue dan Kalael (yah you know lah fungsinya😅).

"Udah? gue jalan nih" tanya Kalael.

"Udah" jawab gue.

"Yakin lo gamau pegangan?" tanyanya lagi.

Tanpa menjawab apapun gue segera memegang bagian samping jaket kulit yang dipakai Kalael.

"Udah" ucap gue.

Kalael mulai melajukan motornya membelah jalan yang belum banyak kendaraan lainnya.

"Jadi ini beneran pertama kalinya lo naik motor?" tanya Kalael memecah keheningan.

"Hmm" jawab gue singkat.

"Bukannya lo sering jalan bareng David? biasanya tuh anak kalau jalan selalu pake motor"

"David tau kalau gue ga pernah naik motor, jadi kalau kita jalan bareng pasti dia jemput pake mobil"

"Sedeket itu kalian ternyata"

"iya dong"

Setelah percakapan kecil itu keadaan kembali hening.

"Kal stop!.... gue turun disini aja" pinta gue.

Gue menyuruh Kalael untuk menurunkan gue dipersimpangan dekat sekolah karna gue gamau diliat sama siswa siswi lain kalau gue berboncengan sama Kalael terlebih lagi Nayla.

"Yakin lo?"

"Iya, gue gamau jadi pusat perhatian"

...****************...

"SYASYAAA! akhirnya dateng juga huhu, aku rindu tauu"

Nayla berlari memeluk gue begitu gue memasuki kelas.

"Sama dong gue juga" ucap gue membalas pelukannya.

"Syasya kalau kesepian di rumah sendiri mending tinggal sama aku aja"

Dilihat dari Nayla yang ga banyak nanya perihal ketidakdatangnya gue sama Kalael, sepertinya Kalael sudah menjelaskan kepadanya. Entah penjelasan seperti apa yang Kalael berikan tapi yang pasti ga mungkin soal pernikahan.

"Okeh, nanti kalau bosen gue ke rumah lo" ucap gue menyetujui.

"Nih gue bawa bekal nanti makan bareng" sambung gue.

Nayla segera membuka kotak bekal yang gue bawa dengan antusias, seperti biasa dia selalu exited kalau soal makanan.

"Eh tumben Syasya makan sayur?" tanyanya.

"Biar gue lebih sehat" jawab gue.

"Waah bagus kalau gitu"

...****************...

Gue berdiri di persimpangan dekat sekolah yang jarang dillaui oleh para siswa menunggu Kalael. Tadi saat pulang sekolah Kalael menyuruh gue untuk menunggunya disini, dia akan mengantar Nayla pulang lebih dulu. Namun sudah lebih dari setengah jam gue menunggu masih belum ada tanda-tanda kemunculan Kalael.

TING~ (sebuah pesan masuk)

Gue mengambil ponsel dari dalam saku almamater yang gue kenakan dan mendapati nama Kalael disana.

"Naik taxi aja, ga usah nunggu gue. Nayla lagi pengen gue temenin" (isi pesan Kalael).

Ingin rasanya gue berkata kasar setelah membaca isi pesan Kalael. Udah mau satu jam loh gue nunggu dan ini hasilnya.

Gue berjalan kembali ke sekolah berniat menunggu taxi deket halte sekolah. Namun langkah gue terhenti saat tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat didepan gue menghalangi jalan.

"Ayo naik! gue anterin pulang" ucap orang yang mengendarai mobil tersebut.

"David!! gue kira tadi penculik hehe"

Gue segera masuk kedalam mobil David dan duduk disampingnya.

"Kok lo tau gue ada disini?" tanya gue.

"Tau dong, tadi pagi gue liat Kalael nurunin lo disini" jawabnya.

"Serius? Trus kenapa ga ngangkut gue?" tanya gue lagi.

"Gue make motor tadi, gue yakin kalau gue nawarin tadi lo pasti bakal nolak"

"Emang cuma lo yang paling mengerti gue. Trus ini lo make mobil siapa?"

"Mobil Dion, gue tukeran tadi spesial buat nganter lo pulang. Lo ga lagi stres kan? tumbenan bangeet banyak nanya"

"Ga kok, hmm... iya sih sedikit aja tapi, gue udah nunggu Kalael setengah jam lebih tapi ternyata dia ga jadi jemput"

"Udah gue duga pasti itu, gue juga langsung kesini karna denger Kalael masih di rumah Nayla dari Dion"

"Lo tinggal di rumah Kalael kan? mau gue temenin ga? tadi gue denger kalau orangtua Kalael bakal keluar kota buat urusan bisnis dan Kalael juga masih di rumah Nayla, jadi keknya lo bakal sendirian di rumah. Mau gue temenin?!" sambungnya.

"Hmmm ga deh, gue ga enak bawa orang ke rumah Kalael, bukan hak gue juga. Apalagi mau gimanapun status gue istri Kalael, masa gue bawa cowo lain di rumah suami gue sendiri. Bisa-bisa gue dijadiin bahan ghibah sama ART di rumah Kalael"

"Haha iya juga sih, kalau gitu mau makan dulu ga sebelum balik?"

"Boleh, gue juga lagi laper"

"Okeyy, lo mau makan apa?"

Gue berpikir sebentar, bingung mau makan apa. Sepertinya emang penyakit cewe gini deh, setiap ditanya mau makan apa pasti ngeblank dan ujung-ujungnya bakal bilang terserah. Gue tetap berpikir keras hingga sebuah menu muncul dibenak gue.

"Spagethi?"

"As you wish, babe"

Gue kira gue sama David bakal makan aja sore ini, namun ternyata setelah makan David mengajak gue jalan-jalan dan itu sangat menyenangkan. Gue benar-benar menikmati setiap detik yang gue habiskan bersama David. Hingga tanpa sadar hari mulai petang.

...****************...

"Thanks Dav, bener-bener hari yang cukup menyenangkan"

"Gue ikut seneng kalau lo juga seneng"

David melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Kalael. Gue berjalan masuk dan langsung terkejut mendapati Kalael tepat saat gue membuka pintu.

"Darimana aja lo jam segini baru nyampe?" tanyanya langsung.

"Gue jalan bareng David" jawab gue to the point.

"Mumpung mama sama papa lagi diluar kota lama, jadi kita bisa manfaatkan waktu ini untuk tanda tangan kontrak, mungkin lusa pengacara gue bawain kontraknya" jelas Kalael.

"Oke, nice info"

Setelah itu, gue berjalan menuju kamar untuk mandi meninggalkan Kalael begitu saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!