"carnival"

Gue memandang pantulan gue di cermin mengamati penampilan gue hari ini. Gue belum pernah ke pasar malam sebelumnya, tapi yang gue yakini pasti harus berpakaian santai jadi gue memutuskan memakai sebuah celana jeans kulot sebagai bawahan dan t-shirt putih sebagai atasan yang gue lapisi dengan sebuah cardigan berwarna biru pudar dan rambut yang gue kuncir serta sebuah sling bag berwarna biru dengan sedikit sentuhan pink.

Kelar sudah penampilan gue tinggal menunggu jemputan Kalael. Sebenarnya kemarin David sudah lebih dahulu menawarkan diri untuk menjemput gue tapi Kalael melarangnya karena kalau David menjemput gue dia harus putar arah lagi jadi Kalael menawarkan diri untuk menjemput gue sekalian dengan Nayla karna kami satu jalur.

Gue berjalan menuruni anak tangga satu persatu menuju lantai bawah menemukan ayah dan bunda yang sedang duduk santai sambil berbincang.

"Eh anak kesayangan bunda sama ayah mau kemana nih udah cantik gini" puji bunda.

"Mau ke pasar malam bun mumpung malam minggu, hehe"

"Bareng siapa?" kali ini ayah yang bertanya.

"Banyak kok kita berlima"

"Kalael ikut kan?"

"Iya, ini juga lagi nunggu jemputannya"

"Baguslah kalau gitu, oh itu udah datang jemputannya" ucap bunda begitu mendengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah yang disusul dengan munculnya sosok Kalael di pintu utama yang memakai outfit sebuah celana denim dengan kaos yang dilapisi jaket kulit.

"Kesya pamit bunda, ayah jangan lupa obatnya"

"Kalael juga pamit om, tante"

"Jagain Kesya ya, dia cepet bosan soalnya" ucap bunda pada Kalael.

"Jangan kemaleman pulangnya kalian belum sah" peringat ayah pada Kalael sedikit bercanda.

"Hehe iya om, tante kami pergi dulu"

Gue berjalan keluar bersama Kalael memasuki mobilnya.

"Lo beneran ga pernah jalan ya? orang tua lo kek worry banget gue liat. Padahal kalau dibandingin secara penampilan lo sama Nayla, lo lebih keliatan gaul gitu" ucap Kalael saat gue memasang seat belt.

"Lo ga boleh nilai orang dari penampilannya. Ga selamanya penampilan itu mencerminkan sifat seseorang. Lagian lo kek gatau aja temen gue cuma Nayla jadi kalau Nayla ajak baru gue ikut kalau ga gue lebih milih di rumah lebih nyaman aja gitu"

***

Kalael memarkirkan mobilnya setelah tiba di pasar malam. Gue dan Nayla turun lebih dulu dan langsung menyapa David dan Dion yang sudah tiba lebih dulu.

Pandangan gue terpaku ketika melihat cardigan berwarna pink yang David kenakan pasalnya cardigan itu merupakan cardigan yang gue beli bersamaan dengan cardigan yang gue pake, tapi karna yang pink terlalu besar akhirnya gue berikan itu kepada David.

"Iya, ini cardigan yang lo kasih" ucap David mungkin karna melihat tatapan gue yang terfokus pada outfitnya.

"Gue juga pake" balas gue sambil tersenyum.

"Kita udah kek couple beneran haahaha, trus Kalael... mau balapan lo pake jaket kulit, noh liat Nayla sama Dion lebih kek couple daripada lo sama Nayla" ucap David sambil menunjuk Nayla dan Dion yang sama-sama menggunakan sweater dengan model yang sama hanya berbeda warna saja, Dion berwana hitam sedangkan Nayla berwarna navy.

"Penting banget ya outfit samaan" ucap Kalael dengan nada mengejek.

"Kak kak kita boleh ambil gambarnya ga? kami dari sekolah fotographer lagi dapat tugas buat ngambil gambar pasangan" ucap seorang wanita pada gue dan David.

"Kebetulan kakak sama pacarnya sesuai sama tema kita" lanjutnya.

"Sorry ya dek pacar saya ga suka difoto" tolak David yang membuat senyum di wajah mereka seketika memudar.

"Boleh kok, satu aja tapi ya" ucap gue, gue ga tega nolaknya sumpah.

"Iya kak, kita bakal ambil gambar sebagus mungkin"

Gue dan David bersiap untuk di potret gue sedikit terkejut saat secara tiba-tiba David merangkulkan tangannnya di bahu gue.

"Makasih banyak kak udah mau membantu semoga langgeng hubungannya" ucap adek itu hendak pergi namun di tahan oleh Kalael.

"Masih ada satu pasangan disini dek, ga kamu nawarin gitu"

"Ohh maaf ya kak tema kita yang fresh gitu berwarna outfit pasangan yang itu terlalu gelap buat tema kita" ucap adek itu sambil menunjuk Dion dan Nayla kemudian berlalu.

"Hahahah apa gue bilang Kal, lo itu kaya yang jomblo disini" ucap David sambil tertawa.

"Ihh David mah jahat sama Kalael" ucap Nayla sambil memukul lengan David kemudian merangkul lengan Kalael erat.

Kalael dan Nayla berjalan didepan memimpin. Gue, David dan Dion di belakangnya. Kami berlima mulai berkeliling mencoba berbagai macam wahana dan permainan di pasar malam.

Setelah selesai mencoba berbagai macam wahana yang ga gue ketahui namanya tibalah kami di wahana terakhir yang pengen banget gue naiki dan juga yang gue tau namanya yaa karna emang famous 'Bianglala' atau 'Kincir Ria'.

Gue sama David segerbong dan Nayla sama Kalael juga segerbong sedangkan Dion memutuskan untuk menunggu di bawah.

Bianglala mulai berputar semakin lama gerbong yang gue naiki semakin tinggi dan semakin indah pula pemandangan yang gue lihat.

"Sya lo masih belum bisa cerita ya masalah lo sama Kalael, gue nanya gini bukan berarti gue kepo gue cuma mau saranin j..."

"Gue mau nikah sama Kalael" ucap gue to the point.

Gue tahu gue harus udah melanggar peraturan yang gue buat sendiri yaitu untuk terus merahasiakannya dari yang lain tapi gue percaya David pasti bisa merahasiakan semuanya.

"Ga usah berpikir yang tidak-tidak gue sama Kalael cuma nikah kontrak kok" lanjut gue.

"Kok bisa?" ucap David setelah terdiam cukup lama.

"Gue sama Kalael dijodohkan. Seperti yang lo tau, orang tua gue sama orang tua Kalael tuh sahabatan udah 12 tahun katanya mau mempererat hubungan jadinya gitu"

"Ga mungkin kan lo ga nolak"

"Lo bener sudah pasti gue sama Kalael tolak perjodohan itu, tapi sesuatu terjadi yang membuat gue harus menerima perjodohan itu"

"Kejadian apa?" tanya David.

Gue menatap dia cukup lama sambil menimbang untuk memberitahunya.

"Gue belum ngasih tau alasan gue nerima perjodohan itu ke Kalael jadi lo harus merasa terhormat karna bakal tahu lebih dulu"

"Ayah gue punya masalah dengan jantungnya dan harus berobat ke Jerman tapi ayah ga mau pergi kecuali gue nikah sama Kalael. Gue tau ini terdengar tidak masuk akal tapi yang terjadi memang sudah seperti itu" jelas gue sambil tersenyum getir.

"Gue tetep di pihak lo Sya, mau lo nikah beneran atau nikah kontrak pun gue dukung lo sama Kalael, ga usah tanya kenapa yang pasti gue punya alasan yang cukup jelas"

Tepat setelah David mengatakan itu bianglala berhenti pertanda untuk keluar. Gue masih bingung dengan penuturan David tadi tapi tak ingin bertanya.

"Kita kesana yok tadi gue keliling liat banyak jajanan yang lo suka Nay" ucap Dion.

"Kalian aja, gue sama Kesya nunggu disini aja soalnya Kesya udah mulai bosen" ucap David yang diangguki mereka bertiga.

"Syasya kita kesana dulu ya babay" pamit Nayla, gue duduk di bangku yang ada disana.

"Ayo..." ajak David yang mebuat gue bingung.

"Kita beli gulali, belum afdol katanya kalau ke pasar malam ga beli gulali" lanjut David gue pun menyetujui.

Baru saja gue sama David melangkah gue mendengar teriakan nama gue disebut.

"SYA, KESYA!!"

Gue berbalik dan memdapatkan Kalael yabg sedang berlari menuju ke arah gue.

Setibanya dia dihadapan gue Kalael langsung menggenggam tangan gue dan berkata...

"IKUT GUE"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!