"ditinggal"

"Mah pah ayah bunda semalam aku sama Kesya udah mutusin kalau kami berdua mau menikah secepatnya agar ayah segera berobat ke Jerman"

DEGH~~ jantung gue serasa berhenti berdetak setelah mendengar ucapan Kalael dan apa maksudnya manggil orang tua gue dengan ayah bunda bukannya om dan tante. Gue menoleh kesamping menatap Kalael penuh tanya membutuhkan jawaban namun yang ditatap malah menatap lurus para orang tua.

"Waah bagus dong kalau gitu, lebih cepat lebih baik" ucap bunda.

"Ga nyangka loh mama kalian bakal secepet ini setuju buat nikah, iya kan pah?" ucap tante Rena.

"Iyaa mah" ucap om Juan menyetujui pendapat tante Rena.

"Sayangnya ayah, mari sayang ayah mau nanya sedikit" panggil ayah yang ditujukan untuk gue.

Gue melepas genggaman tangan Kalael pada tangan gue dan melangkah menuju ke tempat ayah berada yaitu ranjangnya lalu gue duduk di kursi samping ranjang ayah.

"Kesya serius mau nikah cepet? ayah bisa kok nunggu sampai Kesya bener-bener siap. Ayah tau kalian terima perjodohan ini dengan terpaksa jadi ayah ga mau kalau kalian nikah cepet karna terpaksa juga" tanya ayah.

Gue bingung setengah mati mau ngomong apa ke ayah. Gimana ya cara jelasinnya, jujur iya gue pengen cepet nikah karna terpaksa supaya ayah mau berobat ke Jerman tapi ya kali gue langsung to the point ngomong gitu ke ayah.

Gue juga akui gue yang ngusulin buat cepet nikah tapi gue bener-bener ga expect kalau Kalael bakal setuju apalagi sampai diumumin kayak gini. Semalam gue ngomong gitu karna merasa didukung oleh suasana juga Kalael yang mendukung gue buat egois ditambah dengan putus asanya gue liat kondisi ayah yang tiba-tiba drop.

"Ayah ga perlu khawatir kami berdua sama sekali ga merasa terpaksa kok yaa walaupun diawal perjodohan terasa seperti itu, hehe" ucap Kalael menjawab ayah dengan sangat lembut.

Mendengar jawaban Kalael mata gue secara otomatis meliriknya dengan ekspresi julid ingin sekali gue teriak 'pembohong' di depan mukanya. Secara OMG siapa sih yang ga kaget melihat cara berbicara Kalael yang sekarang, rasanya seperti dia memiliki dua kepribadian yang berbeda benar-benar berbanding 180 derajat.

Ini memang bukan pertama kalinya bagi gue melihat sikap lembut Kalael, tapi ini pertama kalinya bagi gue melihat sikap lembut Kalael pada orang lain selain Nayla.

"Iya ayah ga perlu khawatir percaya deh sama Kesya" ucap gue memperlancar kebohongan Kalael.

"Sudahlah ayah percaya dong sama anak-anak lagian niat mereka juga tulus dengan cepatnya mereka nikah kamu juga bakal lebih cepat berobat" ucap bunda membela kami.

"Betul itu, aku setuju sama istrimu Ananda" ucap om Juan.

Btw sedikit info, Ananda itu marga atau nama keluarga besar ayah gue. nama ayah gue Keenan Ananda dan nama bunda gue Anisya Ananda (awalnya hanya Anisya saja namun setelah menikah dengan ayah nama bunda ditambahkan dengan marga ayah). Jadi nama gue diambil dari gabungan nama ayah dan bunda.

"Hhh syukurlah kalau begitu, ayah hanya bisa berharap yang terbaik buat kalian berdua" setuju ayah pada akhirnya.

"Terima kasih ayah" ucap gue bersamaan dengan Kalael.

"Alasan kami memakai pakaian rapi karna Kalael berencana mengajak Kesya buat beli cincin dan fitting baju pengantin hari ini juga" ucap Kalael yang lagi-lagi buat gue tidak mampu berkata-kata.

"Wahh mama ga nyangka loh kalian seantusias ini buat nikah, mama pikir bakal butuh waktu lama buat kalian pendekatan" ucap tante Rena antusias.

"Kalael sama Kesya pamit ya ayah bunda om Juan tante Rena" ucap gue buru-buru untuk segera pergi.

"Eits Kesya manggil mama sama papa apa tadi? masa masih manggil om sama tante sih, Kalael aja udah manggil orangtua Kesya ayah sama bunda. Mama ga bakalan biarin Kesya keluar dari sini kalau belum manggil mama mama" protes tante Rena.

"Mama, papa, ayah, bunda Kesya sama Kalael pamit ya" ucap gue menuruti permintaan tante Rena walau dengan sedikit kegelian.

Gue menggandeng tangan Kalael berjalan beriringan meninggalkan ruangan. Setelah cukup jauh gue segera melepaskan tautan tangan kami dan berjalan mendahuluinya ke parkiran.

"Gue butuh penjelasan" ucap gue setelah duduk di mobil Kalael.

"Apaan?" Tanya Kalael bingung yang gue yakin cuma akalan dia doang.

"Yang tadi, soal nikah beli cincin fitting baju semuanya, gue butuh penjelasan tentang semua itu"

"Apanya yang harus dijelasin kan lo yang minta buat nikah cepet, gue cuma mengikuti" (sok polos bet sumpah)

"Kalau gitu kenapa lo ga ngasih tau gue pas sarapan tadi pagi? kan gue ga perlu senam jantung kaya tadi"

"Karna gue yakin lo bakal awkward kalau gue ngasih tau lo duluan. Udahlah lagian rencana gue ini ga ada buruknya, lebih cepet kita nikah maka lebih cepet ayah lo berobat dan sembuh. Kalau ayah lo cepet sembuh maka nikah kontrak kita juga bakal cepet berakhir, kan?"

"Iya sih tapi kalau kek gitu mulu lama-lama gue bisa mati berdiri"

Setelah perdebatan kecil itu selesai Kalael segera melajukan mobilnya keluar area rumah sakit menuju sebuah toko perhiasan ternama.

...****************...

Gue dan Kalael berjalan memasuki toko perhiasan tersebut dan langsung disambut oleh manajer toko perhiasan tersebut.

"Selamat datang tuan muda Adiwarman, mari saya antar ke ruangan khusus disana sudah kami siapkan beberapa cincin koleksi terbaik kami" ucapa manajer tersebut.

"Nyokap gue pelanggan VVIP disini dan gue yang sering anter, kali aja lo kepo" ucap Kalael tiba-tiba dan emang bener sih gue kepo kok bisa manajernya kenal ama dia.

Gue dan Kalael berjalan mengekori sang manajer menaiki sebuah lift hingga tiba disebuah ruangan khusus dan disana sudah tersedia beberapa cincin dengan desain yang luar biasa indah.

"Silahkan, ini adalah beberapa koleksi terbaik toko kami dirancang dan dibuat langsung oleh designernya"

"Lo aja yang pilih gue ga ngerti soal kek gituan" perintah Kalael.

Gue mulai memilih cincin yang gue mau sesuai dengan selera gue yang pada akhirrnya pilihan itu jatuh pada sebuah cincin emas putih dengan sebuah diamond ruby ditengahnya yang dikelilingi oleh diamond yang berukuran lebih kecil.

"Gue mau yang ini" ucap gue sambil menunjuk cincin pilihan gue.

"Terlalu sederhana tuh desainnya, lo ga minat yang itu?" tunjuk Kalael pada sebuah cincin yang sekelilingnya ditutupi berlian.

"Ga, gue sukanya yang simple tapi elegan" tolak gue.

"Terserah lo aja deh, kami ambil yang ini" ucap Kalael.

Gue dan Kalael berjalan keluar toko setelah menghasilkan sebuah drama pembayaran tadi dimana gue ngotot buat bayar cincin masing-masing gue bayar punya gue dan Kalael bayar miliknya namun Kalael tetep kekeuh untuk membayar semuanya. Alhasil gue dan Kalael melakukan sutten yang kalah yang harus bayar dan berakhir dengan Kalael yang membayar semuanya.

"Lo mau makan dulu apa mau langsung ke butik?" tanya Kalael.

"Langsung ke butik aja gue belum laper" jawab gue jujur.

Kalael mulai melajukan mobilnya membelah jalan raya yang mulai padat dengan kendaraan-kendaraan lainnya menuju butik yang ternyata lumayan jauh. Kalael memarkirkan mobilnya didepan sebuah butik khusus wedding dress.

"Wait, bukannya kita nikah secara tertutup jadi keknya ga butuh wedding dress deh, kan?" tanya gue.

"Sorry gue lupa ngasih tau lo, ayah bunda mama papa semuanya setuju pernikahan kita dilakukan secara tertutup tapi mereka tetap mau semuanya harus lengkap termasuk wedding dressnya" jawab Kalael.

Ting~~ bunyi pesan masuk membuat gue mengecek ponsel namun tidak ada apa-apa.

"Bukan gue" ucap gue yang membuat Kalael langsung mengecek ponselnya.

Tak berselang lama setelah Kalael membaca pesan itu Kalael menatap gue dengan pandangn yang sulit diartikan.

"Lo bisakan masuk sendiri ke butik? lo juga bisakan balik sendiri? Nayla minta dijemput soalnya ga ada yang jemput dia pulang sekolah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!