Ezra Lazarus: Adventure In The Underworld

Ezra Lazarus: Adventure In The Underworld

Bab 1 - Mimpi yang Aneh

“Aku tidak ingin bermain denganmu, kau akan membunuhku. Gara-gara kau, ayahku juga meninggal!” Anak lelaki itu mendorongnya dengan sangat kuat sampai membuat anak lelaki lain di hadapannya itu jatuh tersungkur di tanah. Dia lantas berbalik meninggalkannya seorang diri di sana.

Sepeninggalan mereka, anak itu terdiam dengan wajah murung. Bukan hanya tentang rasa sakit pada tubuhnya, melainkan juga karena perlakuan anak yang menjadi sepupunya itu begitu kasar padanya. Dengan wajah murung, dia meratapi anak-anak lain yang sekarang bergembira bermain bersama, sementara dirinya harus mengalami pengucilan dari teman-teman seusianya. Tanpa sadar kedua matanya berkaca-kaca dan dia mulai menangis. Anak itu beranjak dan lari dengan sekuat tenaganya menuju arah hutan. Dia berlari semakin dalam hingga akhirnya dia tiba di sebuah sungai yang terletak tepat di tengah hutan.

Anak laki-laki itu berjongkok di tepi sungai sambil terisak. Kedua tangannya terkepal sementara wajahnya tertunduk memandangi pantulan di air yang mengalir. Dia tampak begitu kecewa karena sama sekali tidak ada orang yang mau bermain dengannya. Saat kedua iris matanya memandangi pantulan di air, secara tiba-tiba cahaya terang muncul dari dalam sana. Sinarnya begitu terang dan menyilaukan hingga membuatnya tanpa sadar bergerak mundur dan duduk di tanah dengan tangan yang kini menutupi wajahnya guna mengurangi intensitas cahaya. Bersamaan dengan itu, cahaya tersebut semakin besar hingga sesuatu muncul di hadapannya.

Dia membuka matanya perlahan, dan cahaya itu sirna hingga dia bisa melihat sesuatu yang baru saja muncul dari balik cahaya. Anak itu terdiam dengan wajah terkejut. Tepat di hadapannya, dia melihat seekor kuda putih bersayap yang berdiri di tengah-tengah sungai. Untuk sesaat dia terpesona oleh kehadirannya yang tiba-tiba. Kuda itu melirik ke arahnya. Mereka seolah saling beradu pandang satu sama lain.

“SAMPAI KAPAN KAU TIDAK AKAN BANGUN? DASAR PEMALAS!” Anak itu mengerutkan keningnya saat dia mendengar kuda tersebut bicara, namun suara yang keluar justru adalah suara bibinya yang berteriak penuh kesal.

Brakk!

Sekali lagi pintu digedor dengan begitu kencangnya sampai membuat Ezra akhirnya terbangun dari tidurnya. Lelaki itu membuka mata, dan hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamarnya yang hanya diterangi cahaya remang-remang. Ezra terdiam sesaat. Dia mendengar bibinya Marceline yang terus berteriak menyerukan namanya dengan penuh kesal sembari mengetuk-ngetuk pintunya dengan sangat kasar.

Dengan malas, Ezra bangkit dari ranjangnya dan duduk sambil berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya. “EZRA!”

“Aku sudah bangun.”

“Dasar pemalas! Kalau begitu cepat keluar!” Marceline beranjak dari sana dan meninggalkan Ezra yang masih berusaha mencerna setiap kejadian yang muncul di mimpinya.

...*...

Lagi-lagi aku bermimpi aneh. Entah kenapa, sejak aku pindah ke sini, aku jadi lebih sering mengalami mimpi seperti itu. Terlebih tentang mimpi kejadian itu. Tentang pertemuanku dengan kuda terbang itu. Sebenarnya kenapa aku bermimpi seperti itu? Rasanya lebih aneh lagi karena aku bermimpi kuda terbang itu memiliki suara yang sama dengan bibi Marceline. Kalau itu memang benar, pasti lebih menyeramkan. Ezra bergidik ngeri. Dia masih tidak bisa bayangkan kalau mimpinya benar-benar terjadi.

Ezra meraih cangkir berisi airnya lalu berkumur dan membuang busa pasta gigi di mulutnya. Begitu selesai, dia langsung bersiap untuk pergi ke sekolah.

Sudah hampir sebulan lebih Ezra dan keluarga bibinya pindah dari Ibukota ke kota kecil di dekat pedesaan. Semuanya mereka lakukan karena keluarga Marceline yang mengurusnya mengalami kebangkrutan setelah suaminya—Bruce meninggal dunia. Sepeninggalan mendiang suaminya, Marceline jadi harus mengurus keponakannya Ezra dan membesarkannya bersama dengan putranya Augustine.

Ezra beranjak keluar dari dalam kamarnya dengan mengenakan pakaian rapi. Dia siap untuk berangkat ke sekolah. Di ruang makan, dia melihat Marceline yang sudah duduk bersama dengan Augustine. Mereka berdua sudah siap untuk sarapan. Ezra menghampiri mereka lalu duduk di kursi yang ada. Ketiganya menikmati sarapan pagi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Suasananya sama seperti biasanya. Setiap pagi, mereka memang menghabiskan waktu sarapan bersama, namun tidak pernah saling bertegur sapa. Terlebih antara Ezra dan bibi serta sepupunya.

Perlakukan mereka padanya memang seperti itu. Mereka selalu bersikap dingin padanya karena mereka masih menganggap kematian Bruce adalah kesalahannya. Sama seperti dalam mimpinya, Augustine sejak dulu memang tidak menyukai Ezra. Itu semua beralasan karena sejak dulu, Bruce lebih memperhatikan Ezra dibandingkan dirinya sendiri. Sementara alasan mereka menganggap Ezra penyebab kematian Bruce adalah karena saat itu Bruce sedang dalam perjalanan bisnis keluar kota. Namun dia memutuskan untuk pulang secepatnya karena dia hendak memberikan hadiah pada Ezra di hari ulang tahunnya. Saat di perjalanan pulang, dia mengalami kecelakaan yang menyebabkannya tewas.

...***...

Terpopuler

Comments

Elang Putih

Elang Putih

yuhu, aku mampir nih!!!

2023-12-05

0

Nur Tini

Nur Tini

lanjutkan thor....

2022-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!