“ROARRR!” Suara teriakan yang sama kembali di dengarnya, membuat Ezra terkejut. Lelaki itu spontan menoleh ke arah datangnya suara. Hening. Tapi sesaat berikutnya suara itu kembali terdengar, anehnya suara itu berpindah dan suaranya terdengar seolah mendekat ke arahnya. Pekikannya terdengar menakutkan. Secara spontan Ezra beranjak meninggalkan tempat itu dengan begitu panik.
Sekali lagi dia mendengar suara itu. Lebih jelas dibandingkan sebelumnya. Ezra sempat berhenti dan menoleh ke arah datangnya suara untuk sesaat. Namun suara yang didengarnya kini seolah berada tepat di belakangnya. Hal itu membuatnya panik dan kembali berlari, sampai akhirnya Ezra berhenti saat menemui jalan buntu. Lelaki itu terdiam dengan kebingungan saat di hadapannya terdapat sebuah tembok batu besar yang sangat tinggi. Ezra sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa. Di tengah kepanikan itu, dia terdiam saat suara itu berhenti terdengar.
“Huft~ sepertinya makhluk itu sudah pergi,” gumam Ezra dengan suara pelan. Lelaki itu sungguh lega karena makhluk yang sejak tadi memekik dengan suara menyeramkan itu sepertinya sudah berhenti mengejarnya. Di saat berusaha untuk mengatur degup jantungnya yang tak beraturan akibat terlalu lelah, Ezra tiba-tiba melihat seekor kera dengan penampilan yang begitu aneh. Dia memiliki tubuh yang sangat tinggi. Bahkan lebih tinggi dari Ezra. Mungkin tinggi kera itu sekitar dua meter. Tubuhnya dipenuhi oleh bulu yang begitu lebat, kaki dan tangannya sangat panjang, bahkan kepalanya nyaris menyentuh dahan pohon yang ada.
Ezra tercekat. Matanya membulat sempurna melihat makhluk itu mendadak muncul dari balik pohon dan semak belukar. Untuk sesaat mereka berdua terdiam dan saling pandang satu sama lain tanpa ada pergerakan sama sekali, sampai apa yang terjadi berikutnya membuat Ezra tersentak setengah mati.
“ROARRR!!!” Wajah Ezra langsung berubah pucat pasi begitu melihat kera itu memekik ke arahnya dengan wajah mengerikan dan mulut penuh taring.
“AAAAAAA!” Ezra berteriak dan spontan berlari sekencang mungkin. Ternyata makhluk yang sejak tadi mengeluarkan suara menakutkan itu adalah kera setinggi dua meter yang baru saja dilihatnya. Ezra menoleh ke arah belakang, dan melihat kera itu mengejarnya. Dia terus mengeluarkan suara pekikan yang begitu menyeramkan, bukan hanya itu. Kera itu bahkan melompat dan terus berusaha mengejarnya. Ezra dengan penuh ketakutan lari terbirit-birit mencari tempat bersembunyi. Dia berbelok dari jalan yang satu ke jalan yang lain sampai akhirnya pengejaran kera itu berakhir ketika Ezra tidak sengaja berlari menuju jurang dan berhenti tepat sebelum tubuhnya terperosok jatuh di ujung jurang itu.
Sial! Ezra mengumpat dalam hati. Makhluk itu terus mendekat ke arah Ezra berdiri. Kenapa kera itu terus mengejarku? Tidak mungkin kera memburu manusia, kan? Itu tidak masuk akal.
Ezra melihat kera itu semakin mendekat, dan dia merasakan tubuhnya semakin bergetar hebat melihat makhluk itu yang kian bergerak menuju arahnya. Namun baru saja dia melangkah menghampiri Ezra, kera itu langsung berhenti saat tubuhnya terkena sinar cahaya bulan. Kera itu mendongakkan kepalanya. Dengan tergesa-gesa kera itu berlari menjauh dari tempat Ezra berada.
Ezra termangu dengan wajah bingung. Dia mendongakkan kepalanya memandangi cahaya bulan purnama yang bersinar dengan terangnya. “Ada apa dengan kera itu? Apakah dia takut dengan cahaya bulan? Dia berlari begitu melihat cahaya bulan purnama yang bersinar.”
Perhatian Ezra beralih saat ekor matanya tidak sengaja menangkap sebuah pemandangan di sisi lain. Dia menoleh ke arah hal yang tadi dilihatnya. Di bawah jurang, dia melihat sebuah desa yang tampak begitu kuno. Penampilan desa itu benar-benar terlihat seperti sebuah desa di abad pertengahan. Sangat kuno dan sama sekali jauh dari pemandangan peradaban di zaman sekarang.
...*...
Wanita itu berjalan beriringan dengan lelaki yang kini memimpin jalan. Keduanya sudah mencapai tengah hutan. Jauh dari desa yang baru saja mereka tinggalkan. “Aku dengar masih ada sebagian yang bertahan di desa dekat kerajaan?”
“Bukan bertahan, lebih tepatnya mereka tertahan. Semua penduduk yang tersisa sama sekali tidak bisa keluar karena dinding yang dibuat oleh Morgana. Dinding itu sama sekali tidak akan bisa kita lewati.”
“Dinding yang kau ceritakan itu?”
“Benar. Dan masih ada begitu banyak penduduk yang terperangkap di dalam sana.”
“Kalau begitu kita pergi ke sana. Aku akan berusaha membantu membebaskan mereka.”
“Tidak akan bisa.”
“Memangnya kenapa?” Wanita itu ikut berhenti saat lelaki di depannya mendadak menghentikan langkahnya. Pria itu berbalik, menatap wanita itu dengan wajah serius.
“Pertama, kekuatanmu masih belum pulih sepenuhnya Elara, dan kedua, kekuatanmu tidak sebanding dengan kekuatan Morgana. Penyihir biasa sepertimu tidak akan bisa menghancurkan dinding itu.”
“Darimana kau tahu? Kita bahkan belum mencobanya sama sekali.”
“Karena, hanya cahaya sejati yang akan bisa menghancurkan dinding itu.”
“Maksudmu?” Elara mengerutkan keningnya. Dia sama sekali tidak mengerti dengan ucapan Cedric barusan. Cedric mendadak diam tak bersuara. Pandangannya beralih pada cahaya bulan yang tiba-tiba muncul padahal sebelumnya malam diliputi oleh awan malam yang begitu gelap. Entah kenapa Elara menyaksikan sendiri adanya perubahan ekspresi pada wajah lelaki itu.
“Apakah kau pernah mendengar tentang ramalan empat kesatria cahaya?”
“Aku pernah mendengarnya. Memangnya kenapa? Apakah itu ada hubungannya dengan apa yang kau bicarakan sebelumnya?”
“Pangeran telah kembali. Dan itu artinya ramalan itu akan segera terwujud…”
“Apa?” Elara mengerutkan kening. Dia sungguh tidak mengerti dengan ucapan Cedric yang semakin tidak masuk akal.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments