Ilsa sebenarnya sudah begitu marah saat pelayan itu tidak sengaja menumpahkan minuman ke tubuh Morgana. Tapi lelaki itu segera menahannya dengan sebelah tangan. Mengisyaratkan padanya untuk terus melanjutkan apa yang sejak tadi dilakukannya. Menjamah setiap lekukan sixpack nya. Dia yang bisa langsung mengerti dengan isyarat yang diberikan hanya bisa menurut. Duduk dan kembali menikmati permainannya. Menjilati setiap cairan yang membasahi tubuhnya.
“Bawa itu kemari!” Morgana mengulurkan tangan dan meraihnya. Dia meneguk isi di dalamnya. Tapi begitu Ilsa dan Morgana menelan cairan itu, keduanya langsung membelalakan mata dengan sempurna dan bangkit dari posisinya. Morgana menyemburkan minuman yang baru saja diteguknya. Begitu juga dengan Ilsa yang langsung bangkit dan memuntahkan itu. Rasanya cairan itu seolah langsung membakar tenggorokan mereka begitu mereka menelannya.
Ilsa bangkit dan langsung menghampiri pelayan yang sejak tadi diam dengan wajah terkejut. Mereka bingung bercampur kaget dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Plakkk!
Ilsa menampar wajah pelayan yang memberikan minuman pada Morgana. Wajah si pelayan seketika merah dengan tapak lima jari tangan Ilsa di pipinya. Kedua pelayan itu tersentak dengan apa yang baru saja dia lakukan. Pelayan yang menuangkan minuman itu langsung bersujud. Meminta ampun dengan tubuh gemetar sebelum Ilsa melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan pada temannya.
“APA KALIAN BERUSAHA UNTUK MEMBUNUH KAMI! APA YANG SEBENARNYA KALIAN BERIKAN, HUH?!”
“A-ampun yang mulia ratu… ka-kami hanya memberikan apa yang diminta oleh yang mulia raja… beliau meminta kami untuk membawakan darah segar yang biasa beliau nikmati…”
“INI YANG KALIAN MAKSUD DENGAN DARAH SEGAR?” Morgana menumpahkan cairan darah dari dalam gelasnya. Begitu benda merah pekat itu jatuh dan menyentuh lantai, seketika kepulan asap menguap dari darahnya. Kedua pelayan itu membelalakkan mata begitu melihat apa yang mereka saksikan. Itu sungguh mengejutkan mereka, padahal sebelumnya mereka yakin bahwa itu adalah darah yang memang biasa Morgana dan Ilsa nikmati sebagai hidangan untuk menemani kebersamaan mereka. Tapi entah kenapa dan bagaimana darah itu bisa sampai meluap dan mengeluarkan asap seperti air panas yang mendidih. Mereka sama sekali tidak mengerti.
“Ka-kami mohon ampun yang mulia… kami sungguh tidak tahu bagaimana bisa minumannya jadi seperti itu… se-sepertinya ada yang berusaha untuk menjebak kami…”
“SEKARANG KALIAN INGIN MENYALAHKAN ORANG LAIN, HUH?!”
“Sa-saya berani bersumpah atas nama dewa Roth yang melindungi Eternity…”
“BERANI SEKALI KAU MENYEBUT-NYEBUT DEWA SUCI PELINDUNG KEKAISARAN!” Ilsa semakin murka dibuatnya. Bagaimana tidak? Secara, pelayan itu bahkan dengan berani bersumpah dengan membawa-bawa nama dewa yang selama ini menjaga kekaisaran tempatnya berasal.
“Ampun yang mulia ratu… tapi saya sungguh tidak melakukan itu. Kami tidak melakukannya dan kami tidak tahu apa-apa…”
Morgana menatap mereka dengan wajah kesal. Tangannya mencengkram erat gelas itu hingga pecah dan hancur berkeping-keping. Pecahan belingnya bahkan sampai berserakan di lantai. Namun walau demikian, dia sama sekali tidak terlihat kesakitan atas apa yang telah dilakukannya. Lelaki itu beranjak dari tempatnya. Dengan mata yang menyala bagaikan iblis, dia menghampiri kedua pelayan itu, dan berdiri tepat di hadapan mereka. “Apakah kalian berani jamin kalau kalian tidak melakukannya?”
“Ka-kami bersumpah, yang mulia…”
“Itu artinya apa kalian juga siap untuk mati kalau kalian sampai berbohong?”
Pelayan itu mendadak bungkam dengan tubuh gemetar hebat. Pertanyaan Morgana kali ini membuat mereka berdua ragu. Kalau sampai ada seseorang yang memang dengan sengaja menaruh racun dan berniat mengkambing hitamkan mereka berdua, maka bisa dipastikan mereka akan mati di tangan lelaki itu.
“Ampuni kami yang mulia… kami sungguh tidak melakukannya… tugas kami hanya mengantarkan minuman itu saja. Ka-kami tidak mungkin berani menaruh racun pada minuman yang mulia…”
Morgana terdiam. Menatap mereka penuh selidik. “Kalau begitu akan aku pastikan sendiri!”
Lelaki itu beranjak dari kamarnya. Ilsa yang menyaksikan itu langsung berjalan mengikutinya bersama dengan kedua pelayan yang bergegas bangkit dan berjalan pelan di belakang mereka. Langkah Morgana terhenti saat dia membuka pintu dan melihat cahaya bulan purnama yang bersinar dengan begitu terangnya. Saking teranganya nyaris membakar tubuhnya. “Argghhh… apa ini?”
Morgana menutupi pandangannya dengan kedua tangan. Bulan itu bersinar dengan terangnya di langit malam. “Argghh…”
Ilsa ikut berhenti saat dia melihat bulan di atas sana. Keduanya menurunkan kedua tangannya perlahan sambil menatap langit yang terang benderang. “Bulan?”
Morgana membelalakkan matanya. Hatinya seketika diliputi oleh perasaan tidak tenang. Dia memiliki firasat buruk mengenai kemunculan bulan di langit malam itu. “Sejak kapan malam begitu terang…?”
Morgana bergumam pelan. Lelaki itu lantas menoleh ke arah kamarnya dan melihat minuman yang sebelumnya ditaruh di atas meja oleh para pelayan. Sekarang semuanya terasa masuk akal kenapa darah segar yang dimintanya terasa begitu membakar saat dia dan Ilsa meminumnya. “Apakah kalian membawa minuman itu di bawah sinar cahaya bulan?”
Dengan kepala tertunduk, keduanya menjawab, “Iya, yang mulia.”
Sekarang aku mengerti kenapa darah itu terasa tidak enak. Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba muncul bulan? Tidak seperti biasanya. Selain itu, firasatku mengatakan ada yang tidak beres… aku harus memastikannya!
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments