Srekk!
Wanita itu menyibak tirai yang menghalanginya. Begitu tirai itu disibaknya, dia langsung bisa melihat sosok lelaki gagah yang kini terduduk di sofa dekat ranjang tidurnya dengan posisi bersandar. Seluruh kancing kemeja yang dikenakannya terlepas, membuatnya bisa dengan jelas melihat pahatan sempurna otot perutnya.
Lelaki yang sejak tadi menengadahkan kepalanya itu lantas beralih fokus saat telinganya mendengar tirai ruang ganti itu di buka. Begitu menoleh, dia seketika mengulum senyum mendapati Ilsa yang berdiri dengan mengenakan dress seksi yang memamerkan lekuk tubuh indahnya. Dia sama sekali tidak bisa menahan debaran gairah yang menerjang dadanya. Rasanya dia ingin menerkam Ilsa dan langsung memuaskan wanita itu hingga membuatnya mengerang sepanjang malam di atas ranjangnya.
“Bagaimana?” Ilsa tersenyum seraya berjalan gemulai menuju arahnya. Lelaki itu sama sekali tidak bisa mengalihkan perhatiannya meski barang sedetik pun dari sosoknya yang kini tampak begitu sempurna dengan mengenakan gaun hitam yang cukup transparan yang membuatnya bisa dengan jelas melihat bagian dalam yang ditutupinya.
“Sempurna.” Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari dalam mulutnya. Ilsa semakin merekahkan senyum. Tidak sia-sia dirinya memoles wajah dan tubuhnya malam ini, karena tampaknya Morgana sangat puas dengan hasilnya. Dengan manja Ilsa mendekat, lalu duduk dipangkuannya. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki itu sambil memandang kedua matanya lekat.
“Sepertinya sekali lagi aku berhasil membuatmu terpesona olehku?”
“Kau tidak pernah sekalipun berhenti membuatku terpesona oleh sosokmu.” Morgana beralih pandang pada bibir mungilnya. Dia menarik dagu Ilsa dan ******* bibirnya penuh gairah. Ilsa tidak ingin diam saja, dia membalas setiap cumbuan lelaki itu, bahkan dengan nakalnya tangan wanita itu menyelinap di antara kemejanya yang terbuka. Tangannya meraba setiap inci tubuh sempurna lelaki itu, merasakan setiap lekukan ototnya yang terbentuk dengan sempurna.
Tok! Tok! Tok!
Permainan panas mereka terhenti saat suara ketukan pintu menginterupsi. Ilsa mendesis kesal. Siapapun yang sekarang berdiri di depan pintu sungguh benar-benar mengganggu permainannya panas mereka. Morgana tampak tenang, dia hanya melirik ke arah pintu tanpa mengatakan apa-apa.
“Siapa?” Dengan sedikit kesal Ilsa bertanya.
“Ma-maaf, Yang mulia ratu. Kami membawakan minuman yang diminta oleh Yang mulia raja.” Suara seorang pelayan terdengar gugup di balik pintu.
“Oh, ternyata apa yang aku minta sudah tiba. Masuklah, dan bawakan itu kemari.” Morgana mengalihkan perhatian Ilsa kembali padanya dan berusaha untuk kembali fokus pada permainan mereka. Ilsa sempat menolak dan berusaha menghindar karena dia tidak ingin apa yang mereka lakukan disaksikan oleh orang lain, terlebih orang itu adalah pelayan mereka sendiri. “Jangan hiraukan mereka, dan fokus saja padaku…”
Morgana berbisik di telinganya. Bisikan yang selalu bisa membuat debaran di jantungnya semakin kencang. Suara berat yang khas yang selalu bisa membuat gairahnya meningkat. Ilsa selalu tergila-gila dengan suara seksi lelaki itu. Kini dia sama sekali tidak peduli dengan siapa pun yang melangkahkan kaki ke dalam kamar mereka. Dia hanya fokus pada permainannya dengan Morgana yang sudah membuatnya tidak sabar. Ciumannya kian agresif hingga membuat keduanya nyaris kehabisan oksigen.
Di tengah apa yang sedang mereka lakukan itu, dua pelayan tadi melangkah masuk ke dalam kamar mereka. Mereka sempat diam sejenak dengan wajah kaget ketika mendapati keduanya sedang bercumbu di atas sofa dengan begitu bergairahnya. Dua pelayan itu menelan ludah dengan susah payah. Tubuh mereka langsung gemetar dan keringat mulai mengucur membasahi seluruh tubuhnya. Dengan begitu kaku, mereka berdua menghampiri meja dan menaruh apa yang mereka bawa itu ke atas meja.
Salah seorang pelayan sejak tadi sama sekali tidak bisa berpaling dari Morgana yang terus mendesah saat Ilsa menciumi dada bidangnya. Dia juga terus mencuri-curi pandang, mengintip tubuh seksi tuannya yang begitu menggoda. Dia bahkan jadi lebih banyak menelan ludah.
Morgana yang mengerang dengan kepala menengadah tidak sengaja memergoki pelayan itu yang sedang mengagumi tubuh sempurnanya. Dia menyeringai melihat pelayan itu yang seolah ingin merasakan hal yang sama yang sedang dilakukan oleh Ilsa saat ini.
“Ma-maaf karena kami sudah lancang mengganggu yang mulia. Kalau begitu kami permisi.” Pelayan yang baru selesai menaruh minuman itu berbalik dan siap untuk melangkah pergi dengan temannya. Tapi dengan segera Morgana menghentikan pelayan itu. “Tuangkan minuman itu untukku!”
Keduanya langsung berhenti dan berbalik. Dengan gugup mereka mendekat dan menuangkan minumannya. “Kau! Bawa itu kemari.”
Morgana menunjuk pelayan yang sejak tadi memandangi mereka. Pelayan itu sempat tertegun saat Morgana tiba-tiba saja menunjuknya. Tanpa mengelak, pelayan itu membawa gelas berisi minuman yang hendak diberikan pada Morgana. Tangannya gemetar saat tubuhnya mendekat ke arah Morgana. Dia sungguh gugup setengah mati hingga tidak sengaja menumpahkan minuman itu ke tubuh Morgana hingga membuat minuman di dalamnya mengalir melewati lekuk ototnya. Pelayan itu panik dan meminta maaf dengan segera. Tapi tanpa marah atau membentak, Morgana tersenyum dan menghiraukan apa yang telah dia perbuat.
“Tidak perlu panik. Bawa itu kemari,” ucapnya seraya mengulurkan tangan dan mengambil gelas yang sebagian isinya telah ditumpahkan ke tubuhnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments