Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Aku terbangun dan mulai memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri. Aku menyiapkan baju kerja suamiku yang akan ia kenakan nanti.
Aku mulai menyiapkan sarapan pagi dan kutunggu Suamiku di meja makan. Ketika suamiku turun ke bawah dan memakai baju yang sudah kusiapkan, membuatku begitu senang.
Namun senyumku meredup Kalau suamiku tak melihat ku dan melewatkan sarapannya. Dia langsung pergi dari sana tanpa menyapaku yang sejak tadi memberikan senyuman termanis ku padanya.
"Kamu tidak makan dulu?" tanyaku mengikuti langkah suamiku dari belakang.
"Makan saja sendiri. Aku malas makan masakkanmu. Mungkin saja Kau memberikan racun kedalam makananku," ketus suamiku.
Suamiku langsung pergi tanpa menoleh kearah ku. Luka hatiku semakin mendalam. Aku segera membereskan sarapan yang sudah tertata rapi di atas meja yang sudah ku buat dengan penuh cinta itu.
Setelah selesai, Aku melakukan pekerjaan layaknya ibu rumah tangga lainnya. Membersihkan rumah dan sebagainya.
***
Author POV
Sementara di kantor.
Seorang gadis berteriak memanggil nama kekasihnya yang baru saja turun dari mobilnya.
"Sayang!" teriak gadis tersebut.
Steven berlari dan langsung memeluk kekasihnya. Steven juga mendaratkan kecupan di bibir kekasihnya tanpa tahu malu saat karyawannya melihatnya.
"Ayo kita masuk, Sayang," ajak Steven.
"Tidak mau, sebelum Kau memenuhi janjimu," jawabnya.
Steven mengeluarkan kartu dari dompetnya dan memberikannya pada kekasihnya tersebut. Gadis itu tersenyum bahagia dan mengecup sekilas bibir Steven.
"Oke, Aku pergi. Sampai jumpa Sayang," ucap gadis tersebut dan langsung berlari kedalam mobilnya.
Steven menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Iapun melangkah masuk kedalam kantornya. Sementara para karyawan hanya geleng kepala menatap jijik pada sang atasan.
Sementara di sudut lain tempat itu, teman Steven yang juga bekerja di kantor milik Steven, menggelengkan kepala tak habis pikir dengan temannya itu.
"Steven Masih berhubungan dengan wanita mata duitan itu? Astaga, dia memang sungguh gila." Raja berdecak melihat kelakuan Steven yang ia tahu jika temannya itu sudah menikah dengan gadis bernama Alina.
"Apa dia tidak takut dengan istrinya jika mengetahui masih berhubungan dengan wanita ja.lang itu?" sambung Alfian yang juga teman Steven.
"Sudah! Jangan mencampuri urusan mereka. Lebih baik kita bekerja sekarang," ajak Nando berekspresi datar memasuki gedung yang menjadi tempat kerjanya.
Sementara Raja dan Alfian mengangguk setuju dan mengikuti Nando di belakang memasuki kantor tersebut.
***
Siang hari.
Ponsel Steven bergetar ketika sedang berada dalam meeting siang ini. Dia mengabaikan ponselnya dan meneruskan meetingnya. Ia ingin fokus pada meeting hari ini.
Ketika meeting telah selesai, Steven meraih ponsel miliknya dan menatap layar ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari sang kekasih.
Steven segera menghubungi nomor kekasihnya. Namun panggilannya selalu saja dimatikan dari seberang. Ia tahu jika kekasihnya saat ini tengah marah padanya. Pria itu bergegas keluar dari kantornya dengan terburu-buru mendatangi di mana sang kekasih saat ini.
Sementara teman-teman Steven yang melihatnya, sudah bisa menebak ke mana temannya itu pergi. Mereka hanya diam menatap kepergian Steven yang terburu-buru.
Mobil Steven berhenti di depan sebuah restoran di dekat kantornya. Pria itu langsung turun dan segera memasuki restoran tersebut.
Dari kejauhan terlihat seorang gadis sedang memberengut kesal sedang duduk di salah satu meja restoran. Steven pun menghampirinya dan memeluk Gadis itu dari belakang.
"Maafkan aku sayang. Tadi aku sedang meeting penting. Jadi aku tidak bisa menjawab telepon darimu," ucap Steven tulus dan jujur.
Gadis itu hanya diam dan mengabaikan ucapan Steven. Dari raut wajahnya Gadis itu masihlah tampak kesal.
Dimas tersenyum melihat tingkah kekasihnya. Dia tahu jurus jitu untuk menaklukkan sang kekasih. Diambilnya dompet miliknya, lalu dikeluarkannya sebuah kartu dan memberikannya kepada sang kekasih.
Raut wajah gadis itu menjadi begitu cerah ketika menerima kartu lainnya yang diberikan oleh Steven.
Gadis itu mengeluarkan kartu milik Steven yang tadi pagi diberikan kepadanya, lalu mengembalikannya kepada sang pemilik kartu.
"Kartu ini isinya cuma sedikit. Masa cuma beli beberapa perhiasan saja sudah habis," ucap gadis tersebut.
"Maafkan aku, sayang. Aku memang jarang menggunakan kartu ini. Jadi aku cuma mengisinya sedikit." Steven menjelaskan kepada sang kekasih seraya mencium keningnya.
Gadis itu tersenyum dan memeluk erat tubuh Steven. Kemudian Steven mulai duduk di samping tak kasihnya dan menatapnya dengan senyum manisnya. Senyum yang tak pernah Ia berikan kepada Alina, istrinya.
"Nah, begitu dong sayang. Jangan selalu marah-marah, nanti kau akan cepat tua dan kecantikanmu ini akan menghilang," sambung Steven.
"Steven! Sofia!" sapa seorang pria tampan yang langsung duduk di hadapan sepasang kasih tersebut.
Steven dan Sofia tersenyum saat melihat teman lamanya yang tidak pernah bertemu.
"Alka, bagaimana kabarmu? Kapan Kau kembali? Kenapa tidak mengabari kita?" Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Steven dan Sofia pada teman lamanya.
"Hei, santai kawan. Aku sampai bingung dengan banyak pertanyaan yang kalian ajukan," ucap Alka terkekeh.
"Jawab semuanya lah," tandas Steven dengan melemparkan tawa renyahnya.
"Oke akan aku jawab. Kabarku baik, dan aku baru sampai 1 jam yang lalu. Maafkan aku tidak memberitahu kalian, karena ponselku sedang kondisi mati," jelas Alka.
"Apa kau tidak mengisi dayanya? Sungguh temanku satu ini memang sangat bodoh," rutuk Steven masih dengan tawanya.
"Eh iya, aku lupa. Sial! Kelihatannya kau dan Sofia bahagia sekali," jawab Alka.
"Jelas kita bahagia dong, memangnya kamu, bujang lapuk," sahut Sofia terkekeh.
"Dasar pasangan gila," umpat Alka menggelengkan kepalanya.
Sofia adalah nama dari kekasih Steven. Gadis itu adalah pelakor yang akan merusak pernikahan Steven dan juga Alina.
Alka belum mengetahui jika Steven telah menikah. Sebab dirinya tinggal di London dan 1 tahun terakhir ini sulit sekali untuk menghubunginya. Hanya Alka yang belum mengetahui pernikahan sahabatnya dari teman lainnya.
***
Alina POV
Aku menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Dan Suamiku belum kembali. Sungguh aku sangat cemas memikirkannya. Sedetikpun aku tak dapat memejamkan mataku. Hingga sebuah ketukan pintu membuatku segera turun dan membuka pintu depan.
Betapa terkejutnya aku saat melihat suamiku yang tak sadarkan diri karena mabuk. Saat ini dia diantar oleh kak Nando.
"Kak Nando, suamiku kenapa?" tanyaku begitu cemas. Aku langsung membantu Kak Nando menopang tubuh Suamiku.
"Biasa, mabuk sama itu perempuan sinting. Di mana kamar kalian? Biar aku mengantarkan suami gila mu ini ke sana," balas Kak Nando.
"Biar aku saja, kak. Terima kasih sudah mengantarkan suamiku pulang," ucapku.
Kak Nando menatapku begitu sendu. Dia memegang bahuku dan menatapku dengan sangat dalam.
"Apa kamu yakin bisa bertahan dengan sikap Steven yang seperti ini? Apa perlu aku memberitahu kakakmu tentang Steven yang masih menjalin hubungan dengan kekasihnya?" tanya Kak Nando sendu.
Aku membalas tatapan Kak Nando dan menggeleng kecil sebagai jawaban dari perkataannya. Kemudian Kak Nando mengusap bahuku pelan. Dia langsung meninggalkan kami menuju mobilnya dan meninggalkan pelataran rumah kami.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Vita Zhao
Steven benar2 gila. mau2nya sama wanita matre
2022-10-18
0
ossy Novica
Pernikahan yg tak baik, dal ke adaan mabok takutnya Steven merawani Alina
2022-10-17
0
Zana aripin
semoga steven dpt pembalasan yg kau buat pd isterimu. Sofia tggu dan lihat apa yg kau dpt nnti. Alina semoga ada lelaki yg lebih menghargaimu dan mencintaimu, buka pintu hatimu pd org lain. Jadilah wanita yg tegas dan berkarisma. Jgn lemah. Jgn sesekali tunjukkan dirimu lemah pd mereka.
2022-10-17
0