"Ayo turun. Kau tidak lapar?"
Sejak tadi Jessie hanya duduk diam dengan wajah tertekuk. Entah sudah berapa kali Xavier membujuk istrinya itu. Setelah ritual mulia yang dilakukan tadi, Jessie benar-benar menutup mulutnya. Belum lagi Xavier membujuknya sambil tertawa. Pria itu baru menyadari jika istri yang dinikahi secara terpaksa itu juga mempunyai sisi menggemaskan.
"Memalukan. Mau ditaruh dimana wajahku ini," gumamnya sendiri.
Jessie sadar teriakannya tadi pasti didengar oleh penghuni rumah. Sebelum Xavier membujuknya turun, sebenernya Jessie sudah hampir turun lebih dulu. Hanya saja pendengarannya menangkap hal memalukan dari beberapa pelayan yang menggosip.
"Baiklah, aku pecat saja mereka karena membuatmu malu." Jessie segera menahan tangan Xavier dengan wajah kesal.
"Jangan sembarang! Lagipula ini ulahmu."
"Kenapa ulahku. Kau yang berteriak, bukan aku." Xavier tidak terima, "lagipula kau seharusnya menikmati saja. Aku seperti memperkosa seorang gadis!"
"Beraninya kau berbicara begitu!" Hendak mengejar suaminya, tapi Xavier menghindar lebih dulu.
"Lihat, kakimu sudah bergetar masih ingin melawanku."
"Kau menyebalkan!" Kembali duduk. Xavier tertawa lagi. Pernikahan ini tidak buruk juga menurutnya.
"Aku lapar, tapi aku malu." Menyentuh perutnya.
"Baiklah, tunggu disini. Kita makan disini saja."
Setelah Xavier keluar, Jessie tersenyum tipis. Ia jadi teringat orang tuanya yang dulu sering bertengkar karena hal sepele, namun masih saling peduli. Mereka sama sepertinya, menikah karena dijodohkan. Itu yang diceritakan orang tuanya.
Dulu Jessie tidak mengerti bagaimana bisa kedua orang tuanya masih bersama hingga dirinya hadir, bahkan menginjak remaja. Padahal ia yakin tidak ada cinta diantara keduanya.
Sekarang ia paham, mereka melakukannya untuknya. Mereka pasti menahan diri demi dirinya agar tetap tumbuh seperti anak normal lainnya.
"Seharusnya kalian bercerai sebelum kami lahir." Menyentuh lehernya yang terdapat liontin, hadiah ulang tahun terakhir dari orang tuanya sebelum meninggal.
"Apa lagi yang kau pikirkan?"
Xavier melihat wanita itu melamun sambil memegang kalungnya. Tangannya memegang dua gelas berisi susu dan kopi.
"Dimana makanannya?" Ikut duduk di sofa setelah Xavier meletakkannya di meja.
Xavier menoleh ke belakang. "Kenapa kalian diam?! Bawa kemari!" hardiknya pada dua pelayan yang mematung di depan pintu.
Jessie mengerjit melihat wajah keduanya tampak pucat. Belum lagi tatapan tajam Xavier membuat mereka tidak berani menatap dan selalu menunduk setelah meletakkan dua nampan sarapan.
"Pergilah!"
"Baik, Sir. Permisi, Mrs. Maafkan kami."
"Kau habis memarahi mereka?" tanya Jessie setelah keduanya pergi.
"Tidak."
"Bohong!"
"Makan saja, Jessie," datarnya.
"Cih!" Jessie hanya menurut dan memilih diam. Keduanya kini sama-sama fokus pada makanan.
"Kau bilang Lawrence tidak pernah bersembunyi, lalu dimana dia?" Xavier rupanya belum melupakan perdebatan semalam.
"Di perusahaan, dia tidak kemana-mana."
Xavier mengerjit bingung. "Lalu mengapa tidak ada yang mengenalinya?"
"Lawrence hanya marga, kau perlu nama sebenarnya untuk mengenalinya." Tersenyum. "Sejak namanya tertulis di daftar ahli waris, ada banyak yang mengincar posisinya, termasuk nyawanya. Jadi orang tuanya merahasiakannya dari publik hingga keluarganya pun tidak mengenalinya."
"Seperti Austin?" tanya Xavier.
"Ya. Dia kandidat pertama yang menginginkan posisi Lawrence."
Xavier terdiam. Jika begitu, bukankah keberadaan Jessie juga tidak aman? Wanita ini adalah perantara terbesar dan paling menguntungkan mengenai informasi Lawrence.
"Jangan khawatir. Dia sudah menikah."
"What?!" Bahkan sudah menikah!
"Kau kecewa?"
"Cih! Aku tidak peduli."
Jessie tertawa kecil. "Dia sangat setia asal kau tahu. Sesuatu yang menjadi miliknya tidak akan mudah dimiliki orang lain. Dia cukup berambisi."
"Kalau begitu aku harus menemuinya." Wajah Jessie berubah datar.
Xavier harus memastikan sendiri seperti apa wanita itu. Jangan sampai merugikan Jessie, bahkan membuat nyawanya terancam.
Tunggu! Apa yang ia pikirkan?
"Kalau begitu cari tahu sendiri." Sedikit ketus, menyuap makanannya cukup kasar ke dalam mulut.
"Hei! Bagaimana aku tahu? Ada banyak orang di perusahaan."
"Dia ahli waris, posisinya tidak mungkin kecil walau hanya sekedar menyamar. Bukankah kau hebat? Tidak mungkin kau tidak bisa menemukannya," ketus Jessie kesal.
"Kenapa kau kesal? Kau cemburu?" Xavier tersenyum seraya menarik tangan Jessie agar menatapnya.
"Tidak akan!"
_
—
—
—
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ide'R
Apa Jessie punya saudara kandung?..karna ada part yang Jessie pikir kenapa orangtuanya tidak bercerai sebelum melahirkan kami??..🤔
2024-01-04
0
UTIEE
🍹🍹🍹🍹
2023-05-18
1
*blank*
🌹🌹🌹🌹
2022-10-23
1