Hari ini Xavier pulang lebih awal dari biasanya. Tidak tahu mengapa ia ingin cepat kembali kerumah setelah seharian menyelesaikan pekerjaannya. Bahkan dirinya sempat bertengkar dengan Miranda saat berada di kantor.
Saat memasuki kamar, Xavier tahu jika banyak hal akan berubah. Jika dulu kamarnya selalu kosong seperti tanpa kehidupan, sekarang telah terisi seseorang yang akan membuat ruang itu sedikit hidup.
Namun saat membuka pintu, Xavier merasa kembali ke masa saat lalu. Tidak ada yang berubah. Seseorang yang disebutkan tadi pun tidak ada. Semuanya sangat hening. Nampaknya sudah kosong seharian.
"Kemana wanita itu?" Xavier berdecak, "baru sehari menikah, dia sudah berkeliaran," dumelnya. Bahkan setelah selesai membersihkan diri dan selesai makan pun Jessie masih tidak ada.
"Mencari apa?" tanya Rachel heran saat melihat mata Xavier menelusuri ruang tengah. Bukannya menyapa saat turun, justru seperti kebingungan.
"Tidak ada." Xavier berdehem sebentar untuk mengalihkan kecurigaan.
"Dia ada lembur," jelas Rachel berinisiatif.
"Tidak ada yang mencari Jessie," kilahnya cepat. Rachel tertawa mendengarnya.
"Aku tidak bilang Jessie!" ucapnya, "daddymu lembur, jadi hanya ada kita." Masih dengan tawa kecilnya.
"Tidak ada yang lucu, Mom!" Meski wajahnya sudah memerah malu.
"Ada. Kau!" Rachel tertawa puas, "mengaku saja jika kau merindukannya. Kau pikir kami tidak tahu rencanamu."
"Rencana apa?"
"Aku menemukan surat perjanjian yang kau buat di kamarmu! Beraninya kau ingin menceraikannya setelah satu tahun. Kau pikir ini mainan, hah!" Tawa Rachel langsung hilang dalam sekejap, berganti dengan wajah garangnya.
Pantas saja Jessie kesal waktu itu. Rachel saja ikut kesal saat membacanya sendiri.
Wajah Xavier berubah datar. Seharusnya ia sudah tahu jika orang tuanya berbeda dengan yang lain.
"Jangan masuk ke kamarku sembarangan lain kali, Mom." Xavier tidak menggubris, membuat Rachel semakin kesal.
"Hei! Aku sedang memperingatimu, Xavier!"
"Tidak perlu, Mom. Lagipula surat itu tidak mencapai kesepakatan."
Benarkan? Jessie menolak menyetujui, jadi tidak ada perjanjian apapun.
Ini bukan pernikahan kontrak! Begitu katanya.
"Tapi tetap saja! Kau pasti sudah melukai perasaannya sebagai wanita!"
"Wajahnya tidak bilang begitu." Xavier masih santai.
"Memangnya kau tahu isi hatinya!" Rachel melempar bantal sofa kepada Xavier dengan sangat kesal. Beginilah jika mempunyai anak laki-laki yang tidak peka dan semaunya.
Sedangkan pria itu mengelus kepalanya yang menjadi korban.
"Jessie memang tidak pernah menunjukkan perasaannya pada siapapun. Dia sudah terlalu banyak memendam! Jangan menambah pikirannya!" Rachel kembali memberi sebuah pukulan di lengan putranya.
"Memangnya aku tahu." Xavier membela diri.
"Sekarang kau sudah tahu!"
Xavier jadi sedikit memikirkannya semua ucapan ibunya. Memangnya benar wanita seperti Jessie bisa merasakan hal seperti itu? Xavier selalu berpikir jika Jessie wanita yang selalu menulikan telinga atau bisa dikatakan juga wanita tegar.
Entah apakah benar jika Jessie juga dapat tersinggung atau sakit hati seperti ucapan ibunya. Wanita itu terlalu santai menanggapi suatu hal.
"Aku pulang!" Wanita yang dibicarakan akhirnya muncul.
"Stt! Diamlah!" tegur Rachel sedikit berbisik sambil mempelototi Xavier.
"Honey ... Bagaimana harimu." Wanita paruh baya itu memeluk dan memberi kecupan di pipi Jessie.
Sikap Rachel langsung berubah drastis begitu bersama Jessie. Xavier berdecak melihatnya.
Disini dirinyalah anak kandung, bukan Jessie!
"Kau demam?" Rachel menyentuh kening Jessie saat merasakan tubuhnya terasa aneh.
"Aku baik-baik saja, Mom." Menurunkan tangan Rachel.
Pandangan Jessie beralih pada Xavier yang menatapnya tajam. Bibirnya melengkungkan senyuman.
"Kau pasti menungguku." Jessie memasang wajah sedih, "maaf," ucapnya menyesal.
"Aku masih punya banyak pekerjaan hanya untuk menunggumu!" ketusnya meninggalkan Rachel dan Jessie yang saling menatap.
"Dia seperti wanita. Sensitif!" ujar Jessie menaikkan bahu seraya merebahkan tubuhnya di sofa.
"Mungkin wajahmu kurang meyakinkan," saut Rachel.
"Padahal aku aktris terbaik. Ternyata bersedih bukanlah keahlianku," gumamnya, membuat Rachel menatapnya penuh arti.
"Aku lapar," celetuknya kemudian.
Rachel langsung tersadar. "Sudah hampir tengah malam! Kau belum makan apapun?!"
Jessie menggeleng. "Kepalaku penuh dengan Lawrence."
"Kenapa? Orang itu datang lagi." Jessie mengangguk.
"Austin bajing*n! Jika punya masalah selesaikan sendiri. Jangan mengganggu anakku!" Rachel berkacak pinggang membuat Jessie tersenyum.
"Apa yang dia inginkan sekarang?" tanyanya pada Jessie.
"Pernikahan Lawrence," jawab Jessie seadanya.
"Kalau begitu katakan saja jika keponakannya itu sebenarnya sudah menikah."
"Percuma saja, Mom. Pria itu takkan puas sampai melihat Lawrence di depan matanya."
-
-
-
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
@nkM@k
jessi lawrence
2023-09-03
1
Asinan Milana
😍😍😍
2023-05-24
0
*blank*
😌😌😌
2022-10-20
1