Menit berganti jam, jam berganti hari dan hari berganti minggu. Sejak kejadian gagalnya kesempatan yang dibuat malam itu, keduanya benar-benar bak orang asing yang berada di satu atap.
Xavier kembali pada aktivitasnya, begitupun dengan Jessie. Entah sudah berapa lama mulut keduanya terkunci hanya untuk sekedar saling sapa. Namun, malam ini Jessie mendapati Xavier sedang menyesap sebatang rokok di balkon kamar mereka dengan secangkir kopi.
Xavier yang menatap gelap malam sambil menyesap itu tiba-tiba terkejut karena seseorang menarik rokok itu dari mulutnya dan mematahkannya. Saat menoleh, Jessie sudah menyodorkan setangkai permen dengan wajah datar seperti biasa.
"Jika ingin mati, jangan sekarang. Aku belum ingin menjadi janda."
"What?" Kening Xavier mengkerut.
Melihat permen ditangannya belum kunjung diambil, Jessie meraih tangan pria itu dan meletakkannya sendiri.
"Rasanya lebih manis daripada milikmu itu." Setelah mengatakan itu, Jessie kembali masuk ke dalam. Xavier menatap heran permen ditangannya.
Beberapa detik kemudian Xavier tersadar. Wajahnya langsung berubah kesal sambil menatap pintu balkon.
"Memangnya siapa yang ingin mati!" ketusnya, melempar permen itu ke atas meja, lalu menyusul Jessie.
"Aku lapar! Buatkan aku makan." Mengetuk pintu kamar mandi hingga beruntun.
"Aku istrimu, bukan pembantumu," jawab Jessie santai sambil memejamkan mata. Ia sedang berendam di bath up dengan nyaman sampai suara Xavier mengganggu telinganya.
"Itu juga tugas seorang istri. Cepatlah!" Masih mengetuk.
Beberapa saat kemudian, Xavier sudah berhenti mengganggu, tapi tetap menunggu sampai wanita itu keluar.
Tak lama pintu terbuka, menampilkan Jessie dengan handuk putih diatas lutut dan rambut basahnya menatap datar pada Xavier yang langsung gugup.
Sial! Wanita itu sedang menggodanya?
"Cepatlah!" Memalingkan wajah. Sesuatu berdiri di bawah sana.
"Dua minggu kau memperlakukanku seolah tidak ada. Sedang ada angin apa kau bicara padaku, bahkan menyuruhku memasak?"
"Memangnya tidak boleh?" ketus Xavier. Menelan salivanya saat Jessie mendekat sambil memincing.
"Adikmu bangun," bisik Jessie berjinjit di dekat telinganya dengan mengejek dan segera berlari menuju ruang ganti.
"JESSIE!" Entah semerah apa wajahnya sekarang karena malu. Terdengar tawa wanita itu dari dalam ruangan.
***
"Bagaimana? Enak, kan?" Jessie bertopang dagu.
"Biasa saja." Tapi tangannya terus menyuap dengan lahap, membuat Jessie berdecak.
Jessie membuat nasi goreng dengan bahan seadanya karena hanya itu yang tersisa. Waktu sudah hampir pukul 1 malam. Bahan makan mungkin sudah habis karena keduanya hampir selalu pulang terlambat.
"Kau tidak ingin berbagi denganku? Aku juga lapar." Tangan Xavier berhenti menyuap dan menatap istrinya itu.
"Kalau begitu kenapa tidak memasak untukmu juga?" Xavier menatap tajam.
"Wah ... Tatapanmu seperti mengkhawatirkanku," candanya, namun Xavier masih menatapnya tajam.
"Hanya itu yang tersisa," lanjut Jessie.
"Kemari," perintah Xavier.
"Apa?"
"Kau ini!" Xavier dengan tidak sabar menarik tangan Jessie agar berpindah duduk di sebelahnya.
"Buka mulutmu." Hendak menyuapi Jessie.
Jessie sedikit linglung awalnya dan terkejut, tapi kemudian dia tersenyum dan menerima suapan Xavier.
"Ini enak. Biasa darimana?"
protes Jessie.
"Iya." Hanya itu respon Xavier sambil terus menyuap bergantian untuk dirinya dan Jessie.
"Aku ingin telurnya." Xavier menurut.
"Aku tidak suka kacang." Jessie menggeleng,
menolak suapan Xavier. Lagi-lagi pria itu menurut dengan memasukkan ke mulutnya sendiri.
Jessie terus mengoceh yang selalu dituruti oleh Xavier. Pria itu tanpa sadar melakukan hal yang ada di luar kepalanya.
"Biar aku menyuapimu juga!" Merebut sendok Xavier.
"Buka mulutmu."
Melihat senyum tulus dan ceria milik Jessie membuat hati Xavier menghangat. Senyum itu berbeda dari senyuman milik Jessie yang biasa wanita itu tampilkan.
Bukan hanya Xavier, seseorang di balik pintu juga tersenyum hangat melihat keduanya. Kenyamanan timbul di hati Rachel melihat kehangatan mereka.
Semoga suatu hari nanti Jessie dan Xavier bisa menjadi pasangan yang saling menerima tanpa keterpaksaan lagi. Mereka hanya perlu saling meyakinkan satu sama lain.
-
-
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
UTIEE
🌻🌻🌻🌻🌻
2023-05-18
0
*blank*
❤️❤️❤️❤️
2022-10-20
1