"Apa katamu?!"
"Menyangkal?" cibir Xavier.
Jessie tertawa sumbang mendengarnya. Tidak habis pikir dengan jalan pikir pria itu.
"Jika aku durhaka, maka kau disebut apa?" Jangan lupa Xavier memiliki orang lain di pernikahan mereka.
"Apa perlu aku mengutukmu seperti legenda yang ada di Indonesia?"
Wah, sepertinya Jessie penuh kejutan. Ternyata dia juga membaca hal-hal seperti itu.
"Legenda mana yang kau maksud? Seorang ibu yang membuat anaknya menjadi batu atau sebuah perahu?" tanya Xavier.
Oh God. Ternyata keduanya sama.
"Tidak ada hal seperti itu di Amerika!" bentak Jessie mulai kesal.
"Tapi kau baru saja ingin melakukannya."
Diluar, Valerie dan Felix saling menatap. Apa seperti ini pertengkaran suami istri?
"Apa sir Xavier pernah ke Indonesia?" Valerie bertanya pada Felix.
"Ya," jawabnya. "Bagaimana dengan nona Jessie?"
"Ya!"
"Pantas saja," gumam keduanya bersamaan, kemudian kembali menatap ke depan.
Kembali ke awal ....
"Aku seharusnya menerima sambutan setidaknya dari istriku, tapi justru malah kata tidak pantas yang ku dengar dan buruknya itu juga dari istriku sendiri."
"Kau—"
"Sudahlah. Aku akan duduk disini," potong Xavier.
Jessie mengatup bibirnya rapat, mengatur nafasnya yang sudah hampir meledak. Tenang Jessie, ini bukan dirimu.
"Ada perlu apa kemari?"
Pandangan Xavier yang menelusuri sekeliling berhenti pada sosok wanita itu. Seperti biasa Jessie telah berhasil mengembalikan wajah normalnya dalam sekejap.
"Aku selalu berpikir berapa banyak wajah yang kau miliki. Bagaimana bisa kau membuat wajahmu tersenyum, sedih, dan bahagia dalam hitungan detik. Bahkan aku tidak tahu suasana hatimu sekarang."
Jessie terkekeh pelan. "Wajahku hanya satu, Xavier. Disini." Menunjuk wajahnya.
"Kau mengkhawatirkanku?" Duduk berhadapan dengan pria itu.
"Cih! Aku bahkan tidak peduli." Memperbaiki posisinya, duduk dengan arogan.
"Kedatanganku seharusnya kau sudah tahu."
"Entahlah." Jessie menaikkan bahu.
"Tentu saja memperingatimu!" Xavier kesal.
"Memperingati apa?" Sudah diduga pria ini merencanakan sesuatu.
"Kau harus mengikuti perintahku seperti kau mendengarkan Lawrence. Aku bisa saja menurunkan posisi wanita itu sekarang."
Senyum Jessie memudar, namun tak lama kemudian dia tersenyum miring. "Kau memang kaya dan jauh diatas kami. Tapi aku bekerja untuk Lawrence, bukan kau."
"Lagipula aku akan berusaha menurutimu sebagai istri jika kau ingin, selama itu masih dibatas wajar. Jadi, suamiku ... Jangan melibatkan perusahaan atas hal pribadi." Tersenyum mengejek.
Wajah Xavier berubah dingin. Ia tidak suka kalimat Jessie seolah dirinya tidak profesional.
Baru akan bicara, pintu ruangan terbuka. Raut wajah Jessie langsung berubah datar dan tajam. Belum pernah Xavier melihat raut wajah itu pada dirinya.
Sir. Austin orangnya, yang mampu membuat mood Jessie menurun seketika. Ia langsung berpindah ke kursi kebesarannya.
"Duduklah, Sir. Maaf, tidak ada kopi," sarkasnya halus.
"Tidak masalah, lagipula kau memang begitu."
Meski terlihat ketegangan diantara keduanya, Xavier tidak berniat untuk beranjak. Ia penasaran dengan permasalahan Lawrence yang membuat Austin terus menganggu Jessie.
Saat pandangan Austin menuju padanya, Xavier hanya menampikkan senyum tipis.
"Mr. Johansson?" Senyum lebar menghiasi wajah pria paruh baya itu. Jessie memutar bola matanya malas. Pria itu pasti ingin menjilat.
"Anda mengenaliku rupanya," ucapnya arogan.
"Haha ... Tentu saja. Siapa yang tidak mengenali anda, Sir." Duduk di depan Xavier.
"Aku sangat terkejut anda disini— ah tidak, aku mendengar posisi baru anda disini. Selamat, Sir. Anda hanya perlu menunggu Lawrence, kan? Tujuan kita sama, Sir."
Jessie tersenyum sinis di kursinya. Informasi begitu cepat sampai ke telinga Austin. Pria itu sudah mengawasi setiap sudut perusahaan, termasuk orang-orangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
dewi
itu ceritanya Malin Kundang 🤭
2023-12-03
0
dewi
kok gak ketemu q yaaa....
2023-12-03
0
Asinan Milana
hmmm
2023-05-24
0