"Good morning, guys," sapa Jessie pada Rachel dan Argus yang sudah menunggu di meja makan.
"Morning to my daughter." Rachel berdiri memeluk Jessie.
"Ck!" Xavier berdecak melihat interaksi keduanya, terutama ibunya yang menurutnya berlebihan.
"Pagi juga, Honey," balas Argus.
"Bagaimana tadi malam? Apa menyenangkan?"
"Untuk apa menanyakan itu, Mom. Seperti tidak ada topik lain saja!" ketus Xavier, membuat Rachel geram.
"Kau lihat, Honey. Dia selalu kasar padaku. Itu sebabnya aku senang kau disini," ungkap Rachel berpura-pura sendu pada Jessie.
"Xavier! Tutup mulutmu!" Jessie hanya berpura-pura marah, tapi wajahnya seperti sungguhan. Argus hanya tersenyum.
"Kalian berdua sama saja!" hardiknya acuh mulai menyendok satu persatu hidangan.
Melihat itu Rachel memberi kode pada Jessie dan langsung dipahami oleh wanita itu. Jessie tanpa aba-aba menyambar piring milik Xavier.
"Kau—"
"Biarkan aku melayanimu, my Husband." Tersenyum semanis mungkin.
Xavier memutar bola matanya malas seraya memperhatikan Jessie yang cekatan mengisi piring miliknya. Apa wanita ini sungguh menganggap pernikahan ini sungguhan?
"Ngomong-ngomong ini hadiah pernikahan kalian dari kami." Argus mengeluarkan dua lembar kertas untuk mereka setelah sarapan selesai.
Xavier dan Jessie menerima dengan kening mengkerut.
"Apa ini?" tanya Xavier heran.
"Tiket."
"Aku tahu, tapi untuk apa?"
"Dasar bodoh! Tentu saja bulan madu kalian."
"What?!" Xavier terkejut. Jessie tidak menunjukkan reaksi yang sama. Ia hanya memandangi kertas kecil itu sambil berpikir.
"Tidak akan berguna sekarang. Simpan saja, Mom, Dad." Jessie mengembalikan dengan santai. Xavier sedikit terperangah. Bagaimana jika hubungan pura-pura mereka terungkap.
"Kau bicara apa?" Pria itu mengambil kembali tiketnya, namun Jessie kembali merebutnya.
"Aku sedang datang bulan, suamiku. Mohon bersabarlah." Jessie tersenyum, namun bagi Xavier sangat mengejek.
"Ternyata begitu." Rachel mengangguk paham.
"Sayang sekali. Benar Xavier, kau harus bersabar."
"Siapa juga yang ingin melakukannya!" hardiknya
tanpa sadar. Rachel dan Argus sontak menatapnya.
"Maksudku— tentu saja. Tidak mungkin aku
memaksanya," larat Xavier gugup. Jessie menahan senyum.
"Aku akan ke kantor. Toh tidak ada yang tahu pernikahan kami," ucapnya cepat seraya meninggalkan meja makan.
"Rencana yang bagus, Mom, Dad." Jessie menyindir dua orang di dekatnya itu.
"Dan alasan yang bagus, Jessie," balas keduanya.
Tentu saja kedua orang tuanya tahu rencana Xavier. Jessie meminta keduanya untuk berpura-pura tidak tahu apapun yang terjadi pada mereka. Bersikaplah alami.
Jessie menyesap minumannya sebelum berbicara lagi. "Tidak ada cinta di antara kami. Kalian tidak bisa berharap apapun saat ini."
"Itu sebabnya kami memberikan tiket ini."
"Meski begitu tidak akan terjadi apapun. Lagipula aku yakin dia belum putus dengan pacarnya."
"Apa?!" Suara Argus meninggi, "anak itu!"
"Tenang saja, Dad. Meski tidak berhasil membuatnya mencintaiku, setidaknya aku akan membuat dia tahu seperti apa kekasihnya."
"Aku juga akan ke kantor. Banyak yang harus kulakukan setelah menikah," lanjutnya.
"Iya benar. Kau masih harus mengurus surat-surat itu."
.
.
.
.
"Kau bekerja di hari pernikahanmu. Yang benar saja!" ujar Valerie heran.
"Lagipula tidak ada yang tahu aku menikah." Jessie tidak peduli.
"Benar juga."
"Berikan berkas-berkas merepotkan itu. Lawrence akan menanganinya," pintanya pada Valeria.
"Ngomong-ngomong soal Lawrence. Kita baru saja mengusir pamannya beberapa bulan lalu dan hari ini dia datang lagi." Valeria menampilkan senyum terpaksa pada Jessie yang sudah berwajah datar.
"Dimana dia?"
"Di ruangan anda, Manager Jess." Merentangkan salah satu tangannya sebagai penunjuk.
Jessie menarik nafas panjang. "Hari yang melelahkan." Seraya melangkahkan kakinya mengikuti Valerie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
dewi
sebenarnya Jessi ini siapa sih
2023-12-03
0
Oi Min
ini Jessie yg pnya perusahaan ye kek nya??
2023-05-15
2
*blank*
🤭🤭
2022-10-20
1