Suasana hati Arga pagi ini sedang tidak karuan. Paginya sudah di rusak oleh tingkah keluarganya yang sangat aneh, di tambah sosok bocah yang entah datang dari planet mana telah menghancurkan pagi indahnya. Lalu di buat jengkel lagi dengan pesan singkat dari Tiara yang terus terusan mengajaknya jalan. Cobaan apa ini? Arga meraup wajahnya sebelum membuka pintu ruang kerjanya.
{Hari ini aku ke kantormu... temani aku jalan... Titik!} pesan singkat dari Tiara.
Arga duduk di kursi kerjanya. Meletakkan ponselnya di atas meja sebelum membalas pesan dari Tiara. Karena memang tak penting kan? Tangannya mulai mengambil beberapa berkas yang kemarin belum sempat Ia cek dan baca. Kalau hanya fokus pada hal pagi ini, bisa jadi akan membuat nya stres dan gila.
Pintu terbuka. Suara langkah kaki mendekat. “Selamat pagi, Bos.” Dion tersenyum secerah mungkin. Ia tahu bahwa bos sekaligus sahabatnya itu sedang tidak mood pagi ini.
Dion yang berstatus sebagai teman sekaligus sekertaris pribadinya selalu paham dengan kondisi Arga. Sedang senang ataupun tidak pasti Dion akan tahu. Apalagi menyangkut seorang wanita yang selalu membuntuti Arga sejak 2 tahun yang lalu. Tentu sudah paham. Dion sendiri sudah jenuh melihat tingkah wanita itu.
“Lagi datang bulan, lesu begitu?” Dion mendekat membawakan secangkir teh hangat. Tentunya bukan buat Arga. Tapi untuk dirinya sendiri. Sangat tidak sopan!
“Kalau Tiara datang, bilang saja aku tidak ada.”
“Ha? maksudnya?” Dion ternganga. Menaruh cangkir nya di atas meja. “Maksudnya apa?”
“Lakukan saja yang ku bilang!” sewot Arga. Dia langsung bangkit pergi meninggalkan Dion tanpa penjelasan.
Kalau sudah begini urusan pekerjaan yang akhirnya harus di lempar ke Dion. Dion sudah mempersiapkan itu sejak bersedia menjadi sekertarisnya.
“Hei! Kau mau kemana?” Dion bangkit mengejarnya. “Masih pagi kau mau kabur! mentang mentas bos. Huh!”
Arga masih terus berjalan tak peduli dengan ocehan Dion. Ia sudah masuk ke dalam lift di ikuti Dion. Sepertinya hari ini malas untuk bekerja. Aku bos nya jadi terserah aku. Itu katanya.
Sesampainya di parkiran. Arga langsung masuk ke dalam mobilnya. “Hendel semua pekerjaanku.” Kata terakhir sebelum mobil itu melesat cepat dan sudah tak nampak. Dion hanya mendengus.
Ya... Kau memang bos nya. Mengibaskan tangan di udara.
Satu jam kemudian Arga sampai di sebuah danau kecil. Danau yang terletak tak jauh dari pinggiran kota. Namun tempatnya masih alami, bahkan suasananya sangat sepi. Entah kenapa jarang ada orang yang mengunjungi danau buatan ini. Hanya orang orang yang sedang patah hati saja yang sering berkunjung ke tempat ini. Itu pernah di lihat nya beberapa minggu lalu, ketika Arga tak sengaja mendengar seorang wanita yang sedang menangis dan berbicara sendiri di bawah pohon tempatnya sekarang berdiri. Berbicara tentang kekasihnya yang memilih berselingkuh dengan alasan wanita barunya lebih cantik dari dirinya.
Arga mendesah berat. Matanya terpejam beberapa detik, lalu terbuka lagi. Entah kenapa masa lalu itu selalu membayanginya. Masa dimana Ia merajut Cinta bersama seorang gadis satu tahun yang lalu. Di tempat ini Arga menyatakan Cinta untuk seorang wanita yang sangat di cintainya. Kepada seorang wanita yang rencananya akan segera Ia lamar. Tapi jalan itu berbelok mengarah entah kemana. Satu tahun terlalu singkat sebenarnya untuk melupakan semua kenangan bersamanya. Arga membungkuk. Memungut batu kerikil yang berserakan di pinggir danau. Ia lempar dengar kuat hingga melambung ke tengah danau. Percikannya menghasilkan gelombang di sana. Seperti inilah yang dulu di lakukan saat bersamanya.
Drt... drt...
Ponselnya bergetar. Wajahnya merengut memandang nama yang tertera di layar ponselnya.
“Apa??”
“Ayahmu disini.” jawab suara dari seberang.
“Ck! Kenapa Ayah ke kantorku?” Arga berjalan mendekati mobilnya. Perlahan membuka pintu lalu masuk dan duduk. “Baru juga beberapa menit disini!”
“Mana aku tahu.”
Tutt!
Sambungan telpon Arga matikan tanpa permisi. Ia menstater mobilnya menuju kantor.
“Dimana sebenarnya Arga, Ion??” tanya Hutomo yang sudah duduk di sofa ruang kerja Arga.
“Aku tidak tahu Paman, dia cuma pesen, kalau Tiara kesini, bilang saja tidak ada.”
“Ck!” Raut wajah Hutomo berubah saat mendengar nama Tiara. Entah kenapa Ia sangat membenci wanita itu.
Kenapa wanita itu selalu membuat raut wajah seorang lelaki menjadi pias. Hutomo yang sudah tua pun tak suka melihatnya. Wajah cantiknya tak bisa menutupi tingkahnya yang menyebalkan.
“Lalu, apa Tiara sudah kesini??”
“Belum Paman...”
Tak lama kemudian Arga masuk. Duduk di samping Ayahnya. “Kenapa Ayah kesini? tumben?”
“Tak ada apa apa, Ayah cuma datang karena permintaan Ibumu.”
“Ibu? Apa sangat penting, sampai Ayah harus meninggalkan kantor dan datang kemari?”
“Yaaa... Dia menyuruhku kesini.”
“Untuk Apa?”
Dion yang merasa tidak di perlukan memilih untuk meninggalkan mereka berdua. “Saya permisi keluar, silahkan kalian mengobrol.”
“Oh... baik Ion. terimakasih sudah menemani.” Jawab Hutomo lalu kembali menghadap Arga.
Dion mengangguk lalu keluar. Menutup pelan pintu ruangan tersebut.
“Kenapa Ibu menyuruh Ayah kesini? tak biasa nya.”
Sebelum menjawab. Hutomo mendesah lalu menyenderkan punggungnya pada sofa. “Kau tahu Ibumu kan? kalau sudah punya kemauan tentu harus di turuti.” Hutomo menoleh ke arah Arga yang bingung.
“Katakan saja Ayah, jangan buat aku bingung.”
“Dia menyuruhmu menemani Mona belanja sore nanti.”
“Mona?? Siapa Mona?”
Ah! Aku lupa... Arga kan belum tahu nama gadis itu. Melihatnya saja tadi dia syok. Haha.
“Adik barumu.”
Apa maksudnya? Sejak kapan Aku punya adik lagi?
“Jangan Bilang bocah lusuh itu!” curiga Arga melotot. Pasalnya hanya bocah itu yang ada di rumahnya sekarang. “Betul Ayah?!”
“Ya... memang dia, siapa lagi.” jawab Hutomo enteng, lalu memalingkan wajah ke arah lain.
“Tidak mau!! Aku ada urusan!” Arga bangkit dan berpindah duduk di kursi kerjanya.
Sudah tahu dengan jawaban Arga. Hotomo diam mencari cara supaya Arga mau menemani Mona. Karena sebetulnya Hotomo memang tertarik dengan Mona. Keinginannya yang sama dengan Istrinya yang mengingin kan seorang anak perempuan ingin berusaha mempertahankan Mona menjadi keluarganya. Menurutnya punya anak gadis itu sangat menyenangkan dan lebih terlihat menjadi Ayah yang berwibawa.
“Kalau kau tak mau, Ayah akan bilang pada Tiara bahwa kau sedang ada di kantor.” Hotomo sudah berdiri menyeringai di sudut bibirnya.
“Apa? Maksudnya Apa?!”
Kenapa Ayah jadi seperti ini. Bahkan raut wajahnya seperti anak kecil yang di larang beli mainan.
“Kau memilih pergi dengan Mona atau Tiara? Silahkan kau pilih saja.” Tersenyum licik.
Ayah tahu, kau kan tidak menyukai Tiara. Pasti cara ini berhasil. Hutomo masih tersenyum
“Baiklah!!” Akhirnya Arga menyerah.
“Sekarang Ayah pergi, aku mau menenangkan diri dulu...”
“Oke... karena sudah tak ada yang perlu di bicarakan, Ayah pamit.”
“Iya... Cepatlah!”
Hutomo tak pernah tersinggung dengan ucapan Arga yang terkadang bernada tinggi. Karena Hutomo tahu bahwa Arga masih bisa memilih bahasa yang tak berlebihan saat berbicara dengan nya. Saat Hotomo membuka pintu, tak di sangka Tiara sudah berdiri di depan pintu.
“Tiara? sejak kapan kau disini?” Sadar dengan rencana Arga yang tak mau menemui Tiara, Hutomo sengaja menyebut namanya lebih keras. Membuat Arga yang ada di dalam ruangan kelimpungan bingung sendiri.
“Siang Paman, Paman disini?” tanya Tiara selembut mungkin.
Hutomo tersenyum sinis. “Bahkan dia tak menjabat tanganku.” batinnya. “Mudah mudahan kau tak jadi menantuku.” sambung Hutomo lagi. Tentunya masih dalam hati.
“Iya... Tapi Arga tidak Ada, jadi Aku mau pulang saja.” ucap Hutomo bohong.
Sementara di dalam ruangan. Arga tersenyum mendengar tipuan Ayahnya.
“Benarkah?? kalau tak percaya silahkan kau lihat saja...”
Arga langsung berinisiatif bersembunyi di balik lemari besar. Ia berdiri berhimpitan di ruangan yang hanya pas di badan nya yang tinggi tegap. “Aku seperti pencuri saja. bersembunyi dari kejaran... “ Dengus Arga kesal.
Tiara mendorong pintu, maju dua langkah. dua bola matanya menyapu setiap ruangan. “Iya Paman, Arga tidak ada,” kata Tiara. Lalu mundur lagi.
“Baiklah, kau mau menunggunya silahkan, Tapi mungkin Arga tidak langsung kesini. Aku pergi dulu.”
Hutomo berjalan meninggalkan Tiara yang masih berdiri.
“Kemana sih, dia? susah sekali mengajakmu jalan!” Sewot Tiara lalu ikut keluar dari kantor Arga.
“Arga? ngapain kau disitu??” tanya Dion yang baru saja masuk ke ruangan Arga setelah kepergian Hutomo dan Tiara.
“Kau bersembunyi dari Tiara.” Dion tertawa.
“Brengsek kau!!” Arga menepuk keras pundak Dion hingga nyengir.
“Segitu takutnya kau sama dia.”
“Hei! Jangan sembarangan! Aku malas saja meladeni dia.”
“Ya ya... terserah kau saja...”
***
Masih proses revisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Christy Oeki
trus berusaha
2022-08-04
0
Sweet Girl
main petak umpet
2021-08-06
0
Jusmiati
😀😀😀😀😀😀😀😀ini mah seperti pencuri di dlm rumah sendiri....
2021-07-22
0