Pagi harinya.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Mona berencana untuk keluar dari kamarnya. Pikir Mona sebaiknya berusaha berbaur dengan keluarga ini, mereka sudah dengan baik hati mau mengadopsinya yang bahkan tak jelas asal usulnya sekarang. Kalau di pikir-pikir aneh kan? Kenapa dengan mudahnya mereka mau menerima Mona.
“Oke... beres.” Mona berdiri menatap dirinya dari pantulan cermin. Wajahnya sudah terlihat bersih dan baju yang di kenakannya pun sangat pas di badannya. Balutan dress warna coklat melekat sempurna dengan warna kulitnya yang putih bersih.
Bughh!!
Awww! Sakit!
Mona menggosok ujung hidungnya dan mengangkat kacamata nya yang merosot. Beda keras telah Ia tabrak. Mona mendongak.
“Kau?! Kenapa masih disini?” Arga yang juga baru saja keluar kamar terkejut ketika melihat gadis gembel yang diam diam masuk ke mobil nya masih berada disini.
Mona berusaha tersenyum semanis mungkin supaya Arga tak memarahinya. Pada dasarnya Mona memang gadis yang periang, jadi Ia sangat berusaha untuk tak menunduk ketakutan lagi sekarang. Kalau di lihat lihat Dia sangat tampan dan tidak menyeramkan.
“Pagi kakak...” Bahkan Ia berani menyapa Arga dengan deretan gigi putihnya. Tersenyum seimut mungkin.
“Kau sudah bangun, sayang?” sapa Santi yang baru saja mendekati mereka.
Mona mengangguk.
“Ibu! Kenapa dia masih disini?” tanya Arga. Jari telunjuknya menuding tepat di kening Mona hingga kepalanya terdorong ke belakang.
“Sudahlah! nanti Ibu jelaskan, sekarang kita sarapan terlebih dahulu.” Santi menarik lengan Mona meninggalkan Arga yang masih mematung.
“Ish!! Pagiku rusak!” dengus Arga kesal. Lalu mengikuti langkah ibunya.
Di ruang makan sudah ada Hutomo dan Radit. Sementara Minah sibuk mencuci peralatan dapur yang baru saja di gunakan untuk memasak.
“Kak Mona! Pagi...” sambut Radit mempersilahkan Mona untuk segera duduk di kursi kosong dekat dirinya. “Duduk sini kak...” Radit menepuk kursi kosong itu.
Melihat itu Arga semakin di buat bingung. “Ada apa dengan keluarga ini? Sepertinya aku perlu istirahat. Aishhh!” keluhnya. Lalu duduk di samping Hutomo.
Hutomo sudah meliriknya. Ia tahu Arga memang syok dengan ada nya Mona. Kemarin saja Hutomo sempat mengomel ketika Santi belum memberikan penjelasan.
“Sini aku ambilkan.” Radit mengambil piring lalu menaruh beberapa lauk dan sayur di atasnya.
“Makanlah sayang!” perintah Hutomo dengan lembut.
“Terimakasih, Tuan.” jawab Mona.
“Panggil aku, Ayah.”
Mendengar itu Arga langsung menjatuhkan sendok yang sedang di pegangnya. Sementara Santi justru tersenyum bahagia.
“Ahh!! Aku yang gila atau kalian yang sedang bermasalah?” sewot Arga menatap bergantian kedua orang tuanya. “Pagi-pagi sudah pada setres!” sambungnya lagi.
“Tenanglah sayang, kemarin kau belum pulang saat kami berdiskusi, nanti Ibu jelaskan.” ucap santi mengusap punggung tangan Arga.
“Terserahlah! aku berangkat dulu.”
Arga bangkit menggamit tas kantornya lalu berlalu pergi. Ada apa dengan keluarga ini? Masalah Nenek belum beres sekarang harus di pusingkan dengan gadis lusuh itu.
“Maaf Nyonya, aku merepotkanmu.” ucap Mona sambil menunduk.
“Bukan salahmu sayang, sekarang kami adalah keluargamu, panggil kami Ayah dan Ibu.”
Mona tersenyum. Buliran bening menitik membasahi pipi. “Terimakasih...”
“Baiklah, jangan terlalu melow, aku berangkat kantor dulu, sekalian antar Radit.” ucap
Hutomo mengalihkan suasana sendu.
Semuanya sudah pergi, kini tinggal Santi dan Mona. Ini akan Santi gunakan untuk mengobrol banyak dengan Mona. Mengorek apapun yang ingin Santi ketahui dari Mona. Santi berharap Mona akan terbuka saat nanti dirinya akan bertanya.
Kini mereka berdua sudah berpindah duduk di ruang tengah.
“Bolehkan Ibu bertanya, sayang?”
“Tentu Ibu, silahkan...”
Santi tersenyum. “Benarkah kau anak Joanda?”
Mona memandang Santi. “ Betul Ibu, aku anak dari Joanda dan Aghata, apakah ibu mengenal ke dua orangtuaku?”
“Tidak sayang... kami hanya mendengar bahwa keluarga mu kecelakaan dua bulan yang lalu.”
Degh! Kecelakaan tragis itu merasuki pikirannya kembali. Tentu saja. Kecelakaan itu menjadi pusat berita terbesar waktu itu. Kecelakaan yang masih menjadi misteri. Tak semudah itu melupakan kejadian tragis itu dengan cepat. Apalagi dengan kondisi dimana Mona harus di hadapkan dengan perlakuan buruk Paman dan Bibinya.
“Iya... itu kedua orangtuaku.” Mona mulai menangis. Berat rasanya mengingat kembali bahwa mereka sudah tiada.
“Tenanglah sayang, sekarang kau bersama kami. Kau aman di sini.”
Mendengar kata “Aman”, Mona langsung teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana kejadian itu bisa membawanya pada keluarga Hutomo. Baron. Ya... lelaki itu pasti masih mencarinya sekarang. Tentu!
“Kenapa sayang? Kenapa kau diam?”
“Ibu...” ucapnya lirih. Ia menatap lekat wajah Santi. Setelah menurutnya Santi mengijinkan nya bicara Mona mulai menggerakkan bibir mungil nya.
“Sebenarnya sebelum Aku bisa sampai kesini, Aku adalah buronan seseorang...” ucapannya terhenti lagi. Mona menyusun kata dan mengusap air mata nya yang keluar. “... itu karena Paman dan Bibi Ku menjualku pada seseorang. Aku kabur dari mereka...” jelasnya lirih di ujung kata.
Santi mendekat lalu memeluk Mona yang sudah terisak. Santi sebenarnya sudah tahu tentang hal itu. “ Tenang sayang, kami akan melindungimu. Aku sudah tahu tentang itu.”
“Benarkah itu??”
“Iya sayang...”
Terimakasih Tuhan... ternyata masih ada orang yanga mau merawatku yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Christy Oeki
trus sukses
2022-08-04
0
Ramon Caniagoe Ramon
lanjut
2022-07-31
0
Kenzi Kenzi
tetap bersyukur ya neng
2021-09-22
0