Gadis Mungil (I Love You)

Gadis Mungil (I Love You)

1. Monalisa dalam pilu

Segerombolan orang berbadan kekar dengan tubuh dipenuhi tato masih mengejarnya tanpa kata lelah. Sorot mata tajam masing-masing, terus mengintai ke sekeliling area tersebut dengan raut wajah geram. Dua ke arah barat dan dua lainnya ke arah selatan.

“Kalian kesana, kita ke arah sini.”

Sementara gadis kecil dengan kacamata bundar dan lusuh itu sedang mengatur nafasnya yang ngos-ngosan di himpitan sempit antara tong sampah dan pohon serut besar. Peluhnya sudah membasahi sekujur tubuh, bahkan baunya sudah menyengat hidungnya sendiri. Ia tak peduli, yang penting pikirkan dulu cara menjauh dari kejaran mereka.

Mata bulatnya mengintip dari balik daun, mengamati pergerakan segerombol orang yang masih berkeliling disana. Kalau sampai mereka menemukannya, tamatlah sudah. Gadis itu mengelus dadanya, berdoa di dalam hati berharap Tuhan masih melindunginya.

Nafasnya masih berderu naik turun dengan cepat. Jantungnya pun semakin berdetak lebih kencang. Dalam persembunyiannya gadis mungil itu masih terngiang dengan kejadian yang telah di alami beberapa bulan ini. Kejadian yang selalu melukai hati dan tubuh mungilnya. Sampai detik ini pun Ia tak menyangka bahwa Pamam akan tega menjualnya. Padahal selama ini Mona sudah menganggap paman seperti orang tuanya sendiri, tapi kenyataannya lain, mereka tak menyayanginya. Bahkan mereka sangat membenci kehadirannya.

Di ruang tengah rumah megah bernuansa Eropa terlihat begitu menegangkan. Sorot mata tajam penuh kebencian itu mengarah padanya. “Akhirnya kau segera pergi dari sini!” Ucap lantang Widya. Seringai senyum menghiasi bibir nya.

“Sudah lelah kami merawatmu!!” sambung Widya lagi dengan tatapan sengit.

Gadis mungil itu tertunduk di samping anak tangga yang menjulang tinggi mengarah ke lantai dua. Matanya sembab memerah di hiasi beberapa titik butiran bening menempel di pipinya. “Tolong jangan buang aku, paman!” Pintanya memelas berusaha meraih pergelangan kaki pamannya. Ia sudah bersimpuh di lantai berharap pamannya akan iba.

“Cih!! Lepaskan!” Kakinya Ia kibaskan hingga gadis itu terjengkang.

“Hei!” Widya membungkuk. Tangannya mengangkat paksa dagu gadis yang masih terisak. “Kau pikir kami akan membuangmu?? Haha.” Tawa wanita itu menggelegar memenuhi ruangan mencekam itu. Menyiksa gadis ini rasanya sangatlah memuaskan. Di lepas cengkeraman di dagu nya dengan setengah menekan hingga meninggalkan bekas merah disana.

Sementara Tika, anak dari Widya itu mengikuti tawa ibunya. “Mampus kau!” imbuhnya dengan cibiran sengit di bibirnya. Rasa bencinya yang sudah lama di pendam semakin membuatnya bersemangat ikut mengusir nya.

“Kau akan kami jual! Kami tidak mau rugi!” Widya menunjuk ke arah wajah gadis itu tanpa peduli bahwa ucapannya itu telah membuatnya semakin ketakutan.

Agus sebagai kepala rumah tak merasa bersalah. Senyum di bibirnya menandakan Ia sangat mendukung ucapan Widya yang di lontarkan pada Mona. Bertahun tahun menanti, akhirnya yang di impikan pun terjadi.

“Kenapa paman dan bibi bicara seperti itu, spa salahku?” masih terisak namun berusaha berbicara. Tubuh mungilnya berusaha untuk berdiri lagi. Berdiri walaupun tulang nya sangat sakit untuk di gerakkan. Semua terasa berat dan kaku.

Widya berjalan mendekati suaminya. “Karena memang kau pantas untuk kami jual!” seringai bibir nya terlihat lagi.

“Hei kau!!” jarinya menunjuk lagi tepat ke arah kening gadis itu. “Sudah saatnya kau pergi dari kehidupan kami! Kami sudah tak membutuhkanmu!”

Malam itu sepertinya akan menjadi malam yang paling mengerikan baginya. Di sudut kamarnya yang sempit Ia masih menangis meratapi apa yang baru saja dan yang akan terjadi berikutnya. Di ruangan ini lah yang sudah satu bulan ini Ia gunakan untuk memejamkan mata kala lelah. Kamar loteng yang dulu di gunakan untuk menaruh barang yang sudah tak berguna lagi kini harus Ia huni dengan keterpaksaan. Dan benar, Mona ada di sini, itu tandanya memang dirinya sudah tak ada gunanya sama sekali. Ia kembali menangis sembari memeluk ke dua lututnya yang menggigil. Entah kedinginan ataupun ketakutan.

Setelah kepergian Ibu dan Ayahnya yang mengalami kecelakaan 2 bulan lalu, hidupnya langsung berubah seketika. Seperti sebuah bukit yang tiba tiba saja runtuh menyapu dan menyeret paksa apapun yang ada di bawahnya. Bukan saja rasa kehilangan yang menyayat hatinya, namun sifat Paman dan Bibinya yang tiba tiba berubah 180 derajat membuat gadis mungil itu semakin terpuruk. Sifat mereka yang kejam semakin membuat hidupnya seperti di neraka. Gadis itu di perlakukan layaknya seorang budak. Kehidupan yang penuh dengan tawa sudah tak di rasakannya lagi sekarang. Yang ada hanya penyiksaan yang Ia dapat dalam kesehariannya. Bahkan luka sayatan pisau masih membekas di punggung nya. Di tambah lagi dirinya akan segera di jual. Di jual kemana? kepada siapa? tak ada yang memberi jawaban.

Kebaikan mereka selama ini bukanlah atas dasar hati yang tulus. Setelah mereka berhasil menguasai seluruh kekayaan Ayahnya, mendadak sifat rubah mereka muncul.

Tepat pukul dua dini hari, gadis mungil itu terbangun karena tumpahan air yang tiba-tiba saja mengguyur tubuhnya yang tertidur meringkuk di sudut ruangan. Sontak Ia berdiri dengan nafas yang gelagapan. “A-apa yang paman lakuan padaku?” tanya gadis itu sambil mengusap wajahnya yang basah. Nafasnya masih tersengal karena air itu masuk ke dalam hidung nya.

“Bersiap-siaplah cepat! Kau akan segera di jemput!” Perintah Agus dengan keras. Ia melempar ember kosong yang di pegangnya ke arah gadis mungil itu hingga membuatnya mundur untuk menghindar.

Kedua tangannya mendekap tubuh mungilnya yang mulai kedinginan. “A-aku... ma-u dibawa kemana Paman?” tanya Ia gemetar.

Tak ada penjelasan dari Bagus. “Cepat ganti bajumu! Aku tunggu kau di bawah!”

“Ta-tapi Paman.”

“Lakukan! Atau kau mati!” Ancam Agus sambil menutup pintu dengan keras.

Deg!! Tubuh mungilnya semakin lunglai. Butiran bening mulai turun lagi dari balik kelopak matanya. Apa yang akan terjadi padaku? ada apa ini? sku takut!

“Mana gadis itu, Agus?” tanya lelaki botak yang tengah duduk di sofa ruang tamunya.

“Aku hancurkan rumah ini jika kau bohong padaku!” lelaki itu menatap tajam Agus yang masih berdiri di dekat tangga.

“Tunggulah sebentar, Tuan! Dia akan segera turun.”

“Baiklah....”

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Dengan langkah gemetar gadis itu turun dan mendekat. Ia berdiri tertunduk di samping Agus. Ia hanya memakai T-Sirt dan celana jeans pendek. Itu pun baju bekas Tika. Rambutnya yang tersiram air pun belum sempat di keringkan. Bahkan di sisir pun tidak.

“Lusuh sekali bocah ini! Kau tidak menyuruhnya mandi? Ck!” ucap Lelaki botak itu. Ia melangkah mendekati Gadis itu. Gadis itu akan mundur tapi gagal karena lengannya langsung di genggam erat oleh Agus. Ia meringis karena cengkeraman yang kuat di lengannya.

“Sakit Paman.” Keluhnya lirih.

“Hei Bocah! Siapa namamu?!” tanya Lelaki botak itu. Ia membungkuk mendekati wajah gadis itu.

Ia masih diam. Tubuhnya semakin bergetar. Peluh dingin sudah menetes. Tangisnya tak lagi berguna. Sekedar mendongak sedikit Ia pun tak berani. Matanya hanya tertuju pada jemari kakinya yang saling menghimpit saling menguatkan

“Siapa namamu? Jawab!” Suara lantang itu membuat nya semakin ketakutan.

Ia terlonjak kaget. “Mo-Mona, Tuan. Monalisa....”

“Hemmm...” Lelaki itu mengangguk. Tubuhnya sudah berdiri tegak dengan tongkat kayu mahoni hitam di tangannya. Matanya melirik 2 lelaki berbadan kekar yang sedari tadi berdiri tak jauh dari nya. “Cepat bawa masuk ke dalam mobil!” perintahnya lantang.

“Baik Bos!”

Kedua lelaki itu menarik Mona dengan paksa.

“Paman! Aku mau di bawa kemana? Paman, tolong aku.” Mona berusaha menampis tangan kekar itu. Tapi tubuh mungilnya seperti akan retak dengan sendirinya jika terus melawan.

Agus tak peduli. Ia hanya fokus berbicara dengan si botak hingga Mona sudah tak terlihat lagi.

“Terimakasih, tuan,” ucapnya setelah menerima satu tas berisi uang berjumlah dua milyar. Ada senyum puas di sudut bibirnya.

“Sekarang gadis itu milikku!” ujar nya lagi.

“Senang bekerja sama dengan anda, Tuan Baron.” Agus menjabat erat telapak tangan Baron.

“Aku pergi,” pamit Baron setelah telapak tangannya terlepas.

“Akhirnya bocah itu pergi dari sini,” ucap Widya dengan senyumnya yang jahat.

Setelah ini sudah tak ada lagi penghalang atau gangguan untuk Agus selama menguasai perusahaan Joanda. Sekali berlayar dua pulau terlampaui. Agus menepuk satu tas kotak berisikan uang. Senyumnya tersungging di bibir tebalnya. Puas sekali rasanya. Inilah surga di dunia yang saat ini sedang di rasakannya.

“Lihatlah Istriku, sekarang kita menjadi orang kaya.” Tawa Agus menggelegar di ikuti Istri dan anak perempuannya.

****

Jangan lupa like dan vote nya 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Cantik Monalisa seperti namanya..👍👍

Mampir thor semoga seru..🙋🙋

2024-12-11

0

Christy Oeki

Christy Oeki

trus sehat

2022-08-04

0

Sudaryanto

Sudaryanto

aku suka dgn yg mungil ya ....

2022-05-30

0

lihat semua
Episodes
1 1. Monalisa dalam pilu
2 2. Pertemuan awal
3 3. Tiara vs Arga
4 4. Merasa Aman
5 5. Adik baru
6 6. Berbelanja dengan kak Arga
7 7. Perasaan Dika
8 8. Sekolah dan teman baru
9 9. Apakah itu Mona?
10 10. Apakah itu Mona? 2
11 11.Di jual paman
12 12.Rencana bekerja sama
13 13.Tiara masih berusaha
14 14.Membeli pembalut
15 Bertemu Meri
16 Menyetubuhinya diam-diam
17 Bertemu Bibi (perkelahian dengan Tika)
18 harapan dari dukungan nenek
19 Ke kantor Arga
20 Siapa Aura
21 Album kenangan
22 Lupa bawa uang!
23 Siapa Aura
24 Dan siapa Cia?
25 Pupus harapan Tiara
26 Awal kehancuran Agus
27 Akhirnya bertemu kembali
28 Pengumuman!
29 Melihat Nenek
30 Datang kerumah Arga
31 Kecupan di pipi
32 Rayu Arga lagi
33 Andi dan Fani
34 Bertemu paman lagi
35 Tiara penasaran
36 Bertemu Cia
37 Kau menjadi Milikku
38 Tiara mengancam!
39 Luka di punggung
40 Itu memang Mona
41 Ikut pergi ke bioskop
42 Kecupan di bibir
43 Keluar dari kamarku!
44 Menemukan cucu Erik
45 Seseorang membawa Mona
46 Mencari Mona
47 Menemukan Mona 2
48 Menghilangkan Bekas
49 Mona Pulang...
50 Penjelasan Tiara
51 Amarah Meri
52 Datang ke pesta (Ciuman Buas)
53 Just info!
54 Cium Aku Dengan Lembut
55 Rencana terselubung
56 Mabuk
57 Jangan lihat tubuh kakakku
58 Apa kau menyukai Mona, Arga?
59 Jadi waktu itu, adalah Aura.
60 Pulang, tapi menangis
61 Memang Cia
62 Video itu tersebar
63 Marah lagi
64 siapa yang menyebarkan?
65 Bertanggung jawab.
66 Nenek mendekat
67 Melabrak!
68 Selalu hanyut
69 Bukan murahan
70 Berhenti mencium
71 Sandiwara
72 Pergi dengan Nenek
73 Selalu Aura
74 Cerita Nenek
75 Yang Pernah Arga Rasakan
76 Jangan ikut sertakan Mona
77 Maafkan Aku
78 Marah lagi
79 Mencari Baron
80 Sedang Apa Kalian?
81 Bisa Gila
82 Membingungkan
83 Undangan
84 Masih menguping
85 Aku tidak takut
86 Kembali ke rumah dulu
87 kenapa lagi?
88 Yang terjadi
89 Kelaparan
90 siapa Subastian
91 Kebetulan
92 Cemburu?
93 Setan kecil
94 Persiapan!
95 Dengarkan!
96 Gaun untuk Tiara
97 Terlambat
98 menipu
99 Hati hati
100 Apa itu pernikahan?
101 Panas!
102 Masih 15 tahun
103 Acara pernikahan
104 terasa panas
105 Robohnya Agus
106 Bocah!
107 Aku Mencintaimu
108 Pengumuman!!!!
109 Pengumuman!
110 Ektra part (Arga dan Mona)
111 Cover Dan Give Away!!!
112 Rilis Season Dua
113 Melanjutkan Season 2 yang masih Gantung
Episodes

Updated 113 Episodes

1
1. Monalisa dalam pilu
2
2. Pertemuan awal
3
3. Tiara vs Arga
4
4. Merasa Aman
5
5. Adik baru
6
6. Berbelanja dengan kak Arga
7
7. Perasaan Dika
8
8. Sekolah dan teman baru
9
9. Apakah itu Mona?
10
10. Apakah itu Mona? 2
11
11.Di jual paman
12
12.Rencana bekerja sama
13
13.Tiara masih berusaha
14
14.Membeli pembalut
15
Bertemu Meri
16
Menyetubuhinya diam-diam
17
Bertemu Bibi (perkelahian dengan Tika)
18
harapan dari dukungan nenek
19
Ke kantor Arga
20
Siapa Aura
21
Album kenangan
22
Lupa bawa uang!
23
Siapa Aura
24
Dan siapa Cia?
25
Pupus harapan Tiara
26
Awal kehancuran Agus
27
Akhirnya bertemu kembali
28
Pengumuman!
29
Melihat Nenek
30
Datang kerumah Arga
31
Kecupan di pipi
32
Rayu Arga lagi
33
Andi dan Fani
34
Bertemu paman lagi
35
Tiara penasaran
36
Bertemu Cia
37
Kau menjadi Milikku
38
Tiara mengancam!
39
Luka di punggung
40
Itu memang Mona
41
Ikut pergi ke bioskop
42
Kecupan di bibir
43
Keluar dari kamarku!
44
Menemukan cucu Erik
45
Seseorang membawa Mona
46
Mencari Mona
47
Menemukan Mona 2
48
Menghilangkan Bekas
49
Mona Pulang...
50
Penjelasan Tiara
51
Amarah Meri
52
Datang ke pesta (Ciuman Buas)
53
Just info!
54
Cium Aku Dengan Lembut
55
Rencana terselubung
56
Mabuk
57
Jangan lihat tubuh kakakku
58
Apa kau menyukai Mona, Arga?
59
Jadi waktu itu, adalah Aura.
60
Pulang, tapi menangis
61
Memang Cia
62
Video itu tersebar
63
Marah lagi
64
siapa yang menyebarkan?
65
Bertanggung jawab.
66
Nenek mendekat
67
Melabrak!
68
Selalu hanyut
69
Bukan murahan
70
Berhenti mencium
71
Sandiwara
72
Pergi dengan Nenek
73
Selalu Aura
74
Cerita Nenek
75
Yang Pernah Arga Rasakan
76
Jangan ikut sertakan Mona
77
Maafkan Aku
78
Marah lagi
79
Mencari Baron
80
Sedang Apa Kalian?
81
Bisa Gila
82
Membingungkan
83
Undangan
84
Masih menguping
85
Aku tidak takut
86
Kembali ke rumah dulu
87
kenapa lagi?
88
Yang terjadi
89
Kelaparan
90
siapa Subastian
91
Kebetulan
92
Cemburu?
93
Setan kecil
94
Persiapan!
95
Dengarkan!
96
Gaun untuk Tiara
97
Terlambat
98
menipu
99
Hati hati
100
Apa itu pernikahan?
101
Panas!
102
Masih 15 tahun
103
Acara pernikahan
104
terasa panas
105
Robohnya Agus
106
Bocah!
107
Aku Mencintaimu
108
Pengumuman!!!!
109
Pengumuman!
110
Ektra part (Arga dan Mona)
111
Cover Dan Give Away!!!
112
Rilis Season Dua
113
Melanjutkan Season 2 yang masih Gantung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!