Pagi Yang Hangat

Pagi yang selalu cerah, kini berbeda dari biasanya. Desa yang selalu memperlihatkan kesibukan para penduduk di pagi hari tampak basah dengan guyuran air hujan yang begitu deras.

Seakan mengartikan kesedihan di wajah keluarga Haidar yang akan berpisah saat ini. Dua tas berisi pakaian telah siap menemani kepergian Gita dan sang ayah.

“Sudah jangan khawatir, Bu. Gita pergi kan sama Ayah.” tutur wanita mungil itu.

Jelas Gita melihat kecemasan seperti biasanya di wajah sang ibu. Wanita yang merasa tak mampu membuat anak-anaknya bahagia itu sungguh berat melepaskan kepergian Gita yang entah kapan bisa kembali.

Tanpa menjawab ucapan sang anak, Dewi beralih menatap sang suami.

“Pak, jangan lupa nanti beli handphone yang murah. Biar kita bisa hubungi Gita.” ujar Dewi mengingatkan sang suami.

Haidar mengangguk sembari menyesap kopi hangatnya. “Iya, itu sudah Bapak pikirkan. Ayo Git, kita harus cepat nanti ketinggalan bis.” Di tengah derasnya hujan mereka berjalan memakai payung menuju tempat biasa angkot desa melintas.

Manik mata Dewi dan Shani menatap punggung dua orang yang semakin menjauh dan perlahan mengecil hingga tak terlihat lagi.

Hujan deras tak membuat semangat Gita layu untuk mencari sang suami.

Kali ini mereka harus memakai transportasi bus demi menghemat uang. Biaya untuk dua orang si tambah tak ada bekerja, membuat mereka semakin mengirit.

***

Suara nyanyian seorang wanita yang merdu namun tak jelas liriknya pagi itu membuat sepasang mata milik Saguna berembun. Ini adalah kali kedua ia datang mengunjungi sang ibu di rumah sakit jiwa.

Satu-satunya orangtua yang ia miliki kini harus di rawat di rumah sakit jiwa lantaran kepergian Saguna yang membuat wanita paruh baya itu sangat terpukul.

“Bunda, ayo makan dengan Saguna.” tuturnya masuk perlahan setelah cukup lama pria itu memperhatikan sang bunda dari pintu ruangan.

Ia berlutut merengkuh tubuh wanita yang melahirkannya. Di peluknya erat hingga tanpa sadar air matanya jatuh. Saguna benar-benar marah. Marah pada takdir, mengapa harus membuatnya hilang ingatan? Mengapa harus membuatnya melihat sang bunda seperti ini. Tak bisakah kecelakaan menjadi hukuman yang cukup untuknya? Mengapa harus banyak akibat yang terjadi dari kecelakaan itu?

“Anakku…pulang, Saguna. Bunda merindukanmu.” Lirih wanita yang bernama Paramita Sari.

Ia menangis memeluk tubuh Saguna. Ada ketenangan yang ia dapatkan di pelukan pria ini.

“Temukan anakku. Aku mohon bawa anakku ke sini. Aku sangat rindu padanya.” Wanita itu memohon pada Saguna tanpa melepas pelukan keduanya.

Saguna semakin mengeratkan pelukannya. Jika saja tak bahaya, ingin sekali ia membawa sang bunda pulang.

“Saguna sudah pulang, Bunda. Ini Saguna, Bunda harus sehat kita harus pulang ke rumah, Bunda.” Tangisan terdengar menyayat hati kala Mita mengingat sang anak yang entah kemana.

Hatinya merasakan jika anaknya masih hidup. Kecelakaan yang membuat Saguna sama sekali tak di temukan jasadnya, membuat wanita itu sangat yakin anaknya masih hidup.

Cukup lama pria itu berada di rumah sakit jiwa, hingga akhirnya Angga datang menghampiri sang Tuan.

“Tuan, meeting setengah jam lagi.” Yah hari ini Angga sudah menjadwalkan untuk meeting seluruh pemegang saham di perusahaan milik Saguna.

Isu yang menyebarkan perusahaan akan gulung tikar harus segera Saguna tuntaskan. Ia tidak ingin satu masalah akan hadir lagi akibat kecelakaan itu.

“Baiklah. Aku habiskan suapan ini dulu.” Angga pun mengangguk melihat suapan makanan di tangan sang tuan untuk majikannya sisa sedikit lagi.

Cukup tenang pagi itu Mita makan, sesekali ia tersenyum menangkup wajah tampan Saguna. Ada ketenangan ia dapatkan pagi ini. Jika biasanya wanita itu akan melempar segala benda yang ingin di berikannya. Pagi ini tidak sama sekali. Tak ada kemarahan di wajahnya.

Hanya sedih dan senyuman yang ia lihatkan. Saguna pun cukup nyaman berada di samping sang bunda yang tenang.

Setelah kepergiannya pagi itu di rumah sakit jiwa, kini mereka menuju ke kantor. Rapat tentu akan di hadiri banyak petinggi. Sebab itu, Angga mengingatkan karena jika tidak. Sangat membuat nama Saguna semakin buruk.

Langkah lebar Saguna saat memasuki kantor di sambut penuh hormat oleh para karyawan. Jas hitam seluruh pekerja di perusahaan menjadi ciri khas The Winston.

Hingga semuanya berjalan lancar, tanpa terasa jarum jam menunjuk angka 12. Artinya jam istirahat telah tiba.

Semua berjalan bersiap untuk pergi mengisi perut, namun tatapan mereka terfokus pada wanita cantik yang berjalan memasuki gedung tinggi itu.

Wajah cantik yang berubah namun tetap tak asing di mata mereka.

“Selamat datang, Nona.” Sapaan hangat Arumi dapatkan seperti beberapa bulan yang lalu. Ia sungguh rindu suasana kantor sang kekasih.

Senyuman berlesung pipi itu ia berikan pada semua yang turut menyapanya.

“Terimakasih yah?” Tuturnya ramah.

Langkah Arumi penuh percaya diri menuju lift, namun saat tangannya sudah menggantung untuk menekan tombol arah lantai atas, matanya mengkap pintu lift yang terbuka.

Senyuman manis miliknya semakin lebar kala melihat wajah yang pertama kali ia lihat di dalam lift.

“Sa,” panggilnya menghambur memeluk Saguna. Pelukan penuh kerinduan Saguna sambut dengan memeluk juga. Tak lupa ia mengusap sekilas rambut pendek sang kekasih.

“Kenapa tidak memberiku kabar kalau sudah tiba?” tanya Saguna hangat.

Arumi masih betah bergelayut di pelukan sang kekasih. “Aku terlalu rindu dengan rutinitasku dulu datang ke kantor ini. Sampai aku lupa saat masuk ke sini mengabarimu.” serunya begitu bersemangat.

Saguna hanya tersenyum mendengarnya. “Ayo kita makan siang di luar.” ajaknya melihat sang kekasih sembari menggandeng tangannya menuju mobil yang sudah siap terbuka.

Arumi menurut saja. Hingga keributan di depan perusahaan membuat Saguna dan Arumi sama-sama mengernyitkan dahi mereka.

“Angga, ini terakhir kali aku melihat mereka. Bila perlu banting kameranya.” Tiba-tiba saja wajah Saguna berubah dingin. Bahkan Arumi pun mendadak gugup. Ia tidak pernah melihat wajah kejam sang kekasih seperti tadi.

“Ada apa, Sayang?” Saguna mengernyit merasa langkah Arumi terhenti di tempat.

“Sa, a-aku takut. Aku tidak berani melihatmu seperti itu.” Wanita itu menunduk ketakutan. Selama mereka bersama, Saguna tak pernah bertutur kata kasar atau pun marah di depan Arumi. Ia tahu wanita yang bersamanya kini adalah wanita lemah lembut.

Tapi entah mengapa pikiran Saguna saat ini seperti tak tenang. Ia sulit mengendalikan emosi.

“Maafkan aku, Sayang. Pikiranku sedang kacau saat ini. Maafkan aku.” Ia menyesal setelah sadar apa salahnya.

Bukan Arumi saja yang kaget, Angga sendiri pun cukup terkejut mendengar perintah Saguna.

Di tengah perbincangannya dengan Arumi menuju mobil, kilatan kamera salah satu wartawan tertuju padanya. Bahkan ada salah satu lagi yang sudah melakukan siaran langsung.

Seketika berita kembali di buat heboh dengan wajah Saguna yang kembali hadir dan berdampingan dengan wanita yang sangat kurus. Sudah tak asing lagi sosok Arumi di mata para masyarakat. Sebab wanita itulah yang selama ini di cari-cari oleh media untuk mencari kabar kehidupannya setelah di tinggal sang kekasih.

“Kembalinya seorang Saguna Winston, kini kembali menggandeng cinta abadinya yang telah lama menghilang juga. Apakah hubungan keduanya akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius setelah pertunangan mereka beberapa bulan lalu?” Sebuah kutipan berita menampilan wajah wanita dan pria yang sama-sama lama tak terlihat. Semua siarah menyiarkan berita sekilas tentang pembisnis muda itu.

Terpopuler

Comments

yanah

yanah

kasian gita sama arumi, kenapa di bikin ada 2 wanita dlm hidup saguna

2022-10-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!