Bertemu

Jika di luar semua sudah banyak berdatangan, kini di kamar tampak Saguna mengusap rambut yang basah dengan handuk sembari menatap dekorasi yang terlihat dari jendela kamarnya. Tatapannya seakan menyiratkan banyak beban di pikiran pria itu.

Matanya tak memancarkan kebahagiaan sama sekali. Apa yang terjadi padanya? bukankah ini hari yang sangat ia nantikan? menjadikan Arumi sebagai wanita satu-satunya di hidup pria tampan itu. Sayang itu tidak akan mungkin terjadi. Masih ada Gita yang sah lebih dulu menjadi istri dari Saguna.

"Ya Tuhan bagaimana ini? Aku tidak mungkin menggagalkan pernikahan tanpa bertemu Gita." Saguna di buat pusing dengan masalah yang ada pada dirinya saat ini.

Hingga akhirnya lamunan itu buyar kala ia mendengar seseorang mengetuk pintu kamar utama.

"Tuan muda, permisi." sosok pria yang Arumi perintah untuk menjadi hair stylish sang calon suami.

Saguna menoleh dan membiarkan pria itu masuk ke dalam kamar beserta para kru yang membawa pakaian sangat mewah. Tentu pakaian terbaru yang Arumi pilihkan dari seorang disegnier pilihannya.

Di dalam kamar, Saguna sama sekali tak berniat mengatakan apa pun. Ia hanya menurut memakai pakaian dan duduk tanpa berniat melakukan apa pun.

Tepat setengah sepuluh, akhirnya kedua mempelai pengantin bertemu di karpet merah di depan penghulu. Saguna yang baru saja tiba kini berdiri menunggu Arumi yang berjalan menuju kursi mereka di temani kedua orangtuanya.

Alunan musik romantis menjadi pengiring keduanya bertemu. Banyak tamu undangan yang bertepuk tangan saat genggaman erat Saguna membawa Arumi duduk menghadap penghulu.  Riuh para pelayan, tamu undangan mau pun keluarga mempelai pengantin antusias mengabadikan moment sakral itu.

"Wah tampan dan cantik."

"Ya ampun benar-benar pangeran dan cinderella."

"Jadi ini pengusaha tampan yang menghilang itu?"

Gita yang fokus menyusun puding pun di buat penasaran mendengar ramenya beberapa temannya di sebelah berbicara penuh takjub.

"Apa iya pengusaha itu tampan? Kalian ternyata seleranya om-om yah?" celetuk Gita yang mengira sang mempelai pria itu adalah pria yang usia sekitar 38 tahun. Sontak ia menoleh menatap ke arah mempelai pria yang berjalan perlahan di depan sana.

"Bang Jupri?" lirih Gita serentak dengan matanya yang meneteskan air mata begitu deras tanpa suara. Bahkan pandangannya pun sudah kabur saat ini, tangan yang ia gunakan menata puding seketika berpegangan erat dengan sudut meja. Sayang, pandangan yang tak jelas membuatnya salah memegang. Justru dekorasi meja-lah yang ia tarik kuat saat itu.

Di depan sini,

"Bagaimana mempelai pria, siap?" Pak Penghulu sudah mulai ingin menjabat tangan Saguna yang sangat gugup saat itu.

"Mempelai wanita, siap?" Pak penghulu bertanya pada Arumi lagi. Arumi segera menganggukkan kepala tersenyum lebar.

Prang!!

Suara gelas piring dan lainnya berjatuhan di satu meja panjang itu. Gita pingsang di lantai dengan wajah yang semakin pucat.

"Gita!"

"Ya Allah, Gita!" Teriakan riuh para pekerja catering dan tante Vita.

"Gita?" Tak perduli di mana ia berada bagaimana kondisi saat ini, saat itu juga Saguna berdiri dari duduknya melepaskan jabatan tangan Pak Penghulu yang hendak melakukan ijab kabul. Selendang putih ia hempaskan kasar dari kepalanya.

"Sa!" Arumi berteriak ikut berdiri hendak mengejar Saguna yang sudah berlari menuju kerumunan banyak orang.

"Astaga apa ini? Saguna kenapa sih?" Oma Rosa menggelengkan kepalanya saat melihat sang cucu berlari begitu paniknya.

Semua tamu undangan pun jadi fokus pada orang yang menjadi tujuan Saguna saat ini.

"Minggir! Minggir!" Dengan wajah tegang Saguna membelah kerumunan itu.

Saat jalanan sudah terbuka lebar, kini Saguna mematung memandangi sosok wanita yang sudah terpejam di bawah sana dengan paha Vita memangku sang keponakan hendak meminta bantuan.

"Gita..." lirih pria itu tak habis pikir.

Tanpa pikir panjang, Saguna mengambil kepala Gita dari pangkuan Vita dan menggendongnya keluar rumah.

"Sa!" Di depan sini Arumi berteriak histeris melihat calon suaminya menggendong wanita lain bahkan tampak wanita itu memakai seragam pekerja catering.

Tak perduli teriakan keluarga, Saguna melajukan mobil menuju rumah sakit terdekat. Ia sangat panik selama perjalanan. Bahkan beberapa kali Saguna mengusap kepala Gita yang bersandar di sisinya.

"Gita, ada apa denganmu? Gita, maafkan aku." Begitu takut Saguna saat melihat sang istri seperti ini. Entah takut dalam hal apa? Yang jelas ini semua terjadi dengan reflek tanpa ia sadari pikiran dan tubuhnya ternyata lebih memilih menyelamatkan Gita dari pada menyelamatkan pernikahannya yang sebentar lagi akan berlangsung.

Sepanjang perjalanan bahkan ponsel Saguna terus berdering di saku celananya, sayang tak satu pun ia respon saat itu. Seakan dering dan getar ponsel tertutupi dengan kekalutan Saguna melihat wajah sakit sang istri.

Setibanya di rumah sakit ia berlari turun dan menggendong Gita memasuki ruang IGD di rumah sakit tersebut. Wajahnya sangat gelisah menunggu dokter memerikan keadaan sang istri. Sedetikpun ia tak meninggalkan Gita di ruang IGD hingga akhirnya matanya menangkap ketenangan di wajah sang dokter.

"Dok, apa penyebabnya? Apa ada penyakit serius, Dokter?" tanya Saguna tak sabar menunggu penjelasan sang dokter yang baru melepas stetoskopnya.

"Tuan, semuanya baik-baik saja. Dan dari hasil tes darah barusan kondisi pasien seperti ini adalah salah satu sebab dari kehamilannya. Jadi, anda tidak perlu cemas. Ini umum terjadi. Bisa karena kelelahan, bisa juga karena..." Belum usai sang dokter menjelaskan. Saguna sudah menyela lebih dulu.

"Hamil, Dokter? Istri saya hamil, Dokter?" tanyanya sangat kaget sekaligus bahagia luar biasa.

Saguna benar-benar tersenyum mendengarnya. Ia mencium beberapa kali kening sang istri yang masih terpejam matanya berbaring di atas brankar rumah sakit.

Tanpa ia tahu di depan ruangan seluruh keluarga sudah berkumpul menunggu Saguna keluar dari ruangan.

"Siapa wanita itu?" Oma Rosa sangat penasaran dengan sosok wanita yang membuat sang cucu seolah kehilangan kesadarannya.

Bahkan di kursi sebelah tampak Arumi sudah menangis di pelukan sang Mommy dengan pakaian masih lengkap gaun pengantinnya.

Hati wanita mana yang tidak hancur kala melihat perlakuan Saguna yang sangat cemas pada wanita lain bahkan rela mengacuhkan sang calon istrinya yang berteriak memanggil.

"Arumi, sabarlah Nak. Mommy sendiri yang akan meminta Saguna menjelaskan ini semua. Bisa saja dia hanya reflek menolong kan? Kita tidak tahu bagaimana Saguna setelah hilang ingatan itu, Sayang. Sudahlah jangan menangis. Acara hari ini boleh gagal, tapi kita akan melangsungkan besok dengan acara yang lebih meriah lagi. Sudah jangan bersedih lagi, yah?" Sekar berusaha menghibur sang anak.

Ketakutannya jika Arumi akan kembali depresi karena pikirannya yang kacau, ia tidak ingin itu terjadi lagi. Kehadiran Saguna membuat sang anak sangat bahagia saat ini. Jangan sampai hal yang ia takutkan terulang kembali.

Sementara wajah Tuan Fatir sudah memerah, rasanya ia sangat marah melihat sikap sang calon menantu saat ini. Jelas itu seakan menginjak harga dirinya sebagai ayah dari Arumi. Ia merasa anaknya di nomor duakan demi wanita yang tak jelas asal usulnya.

"Ayah, bagaimana ini?" Vita berbisik dengan sang suami kala berada di tengah-tengah keluarga majikannya.

"Sudah, Bu. Ayah juga tidak tahu apa yang terjadi. Gita juga bagaimana bisa kenal dengan Tuan Saguna? Sudah kita tunggu Tuan keluar dan menjelaskan saja. Lagi pula Nyonya besar tidak mengatakan apa-apa kok." Pardan berusaha tenang meski sebenarnya ia juga sangat takut.

Bagaimana kalau sampai keluarga majikannya marah besar dan memecatnya? Mau dapat gaji dimana ia bekerja sebulan dengan angka dua digit.

Setengah jam berlalu akhirnya kini penantian Saguna tidak sia-sia. Ia sangat antusias kala melihat kedua kelopak mata milik Gita bergerak menandakan jika ia akan segera membuka mata.

"Aduh...pusing." keluh Gita bersuara lirih.

"Gita," Suara yang tak asing namun sangat Gita rindukan membuat wanita itu seketika membuka matanya cepat dan menerangkan penglihatannya.

Terpopuler

Comments

Kanza Teodora

Kanza Teodora

apa berani saguna mengakui gita sbg istri dihadapan keluarga besar mereka? trlebih kepada arumi

2022-10-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!