Pencahayaan yang tidak begitu terang di depan rumah sederhana itu tampak tak membuat kedua mata wanita yang keluar dari rumah tersebut sulit melihat. Kaki dengan sepatu mahal turun dari mobil mewah nan gagah.
Wajah tampan serta jas yang melekat di tubuhnya membuat Dewi dan Shanika menatap takjup tanpa mengedipkan mata, tatapan mereka memindai dari kaki sampai ujung kepala.
“Jupri yah? Ia Jupri kan?” Dewi syok kala melihat sang menantu yang menjelma jadi sosok pria sangat tampan. Ketampanan yang berkali-kali lipat lantaran balutan pakaian mahal.
Yah selama ini mereka hanya melihat ketampanan dengan balutan baju sederhana.
“Jupri?” batin Angga bertanya heran.
Rasanya di balik perasaan bingung, pria itu ingin terbahak membayangkan wajah sang tuan yang cool sempurna di panggil Jupri. Sangat tidak cocok. Jauh sekali Saguna menjadi Jupri.
“Iya, Bu. Itu Kak Jupri.” Shanika segera memukul pelan lengan sang ibu.
Saguna melangkah mendekat. Pria tampan itu mencium punggung tangan sang mertua.
“Bu, Shanika, bagaimana kabar kalian?” tanyanya basa basi.
Jelas terlihat wajah Dewi dan Shanika yang masih tidak sepenuhnya sadar. Mereka benar-benar merasa seperti mimpi.
Sementara dari kejauhan seorang pria tengah memegang senter di tangannya tampak melongo melihat sebuah mobil berada di halaman rumah. Wajahnya mengernyit penasaran.
“Mobil siapa itu? Tidak ada yang punya mobil seperti itu di desa ini?” gumam Haidar bertanya-tanya.
Segera ia pun berjalan cepat mendekat dan betapa terkejutnya Haidar kala melihat sosok Jupri di depannya dengan penampilan yang berbeda.
“Jupri?” Suara yang bernaga tinggi itu seketika membuat Angga hampir terlonjak.
Matanya menatap aneh pada keluarga di desa itu. Baru pertama kalinya ia melihat orang berani bersuara tinggi menyerukan nama sang tuan.
“Bapak,” Jupri yang ingin meraih tangan Haidar tiba-tiba saja mendapatkan bogem mentah di wajahnya.
“Bapak!!” Dewi dan Shani teriak histeris tak menyangka Haidar melakukan itu.
“Tuan, anda baik-baik saja?” Angga segera menahan tangan Haidar yang ingin kembali menghajar Saguna kala itu.
“Berani kamu datang setelah pergi tanpa kabar? Kamu mempermainkan keluarga saya? Hah!” Teriakan penuh emosi Haidar tentu Saguna paham itu.
Ia pun sadar jika salah karena telah mengabaikan keluarganya di desa. Tapi sungguh, Saguna tak berniat sama sekali untuk mengabaikan keluarga sang istri.
Kepergiannya berbulan-bulan membuatnya harus kembali menstabilkan perusahaan. Sayangnya, jika menjelaskan hal itu di saat sekarang pun tak akan membuat Haidar dan keluarganya paham.
“Maafkan saya, Pak.” Jupri menunduk penuh sesal.
Sementara di depannya Haidar nampak memberontak dari genggaman Angga.
“Lepaskan saya! Berani sekali kamu menahan saya!” umpat kesal Haidar pada Angga.
“Anda tidak berhak memukul Tuan saya.” sahut Angga tak mau kalah.
Haidar mendelik semakin emosi. “Pak, sudah. Kita bicarakan baik-baik di dalam rumah. Malu sama tetangga, Pak.” Dewi memohon untuk sang suami menahan amarahnya.
Haidar di lepas oleh Angga atas perinta Saguna saat itu.
“Ayo silahkan masuk, Jupri.” ujar Dewi masih dengan lembut.
Tak beda jauh dengan Gita dan Shani. Mengingat nama Gita, mata Saguna menelisik ke setiap sudut rumah sederhana itu. Ia tampak mencari sang istri yang sudah lama tidak ia lihat.
“Kenapa aku begitu menginginkan Gita menyambut kedatanganku? Kemana dia? Apa dia bekerja tambahan di luar malam?” batin Saguna bertanya-tanya.
Tanpa ia sadari, Dewi dan Haidar menatap dalam ekspresi wajah Saguna saat itu. Dan Angga juga turut menatap kedua pasang suami istri itu lalu beralih pada sang tuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments