Beberapa saat kemudian Vino mengangkat kepalanya dari atas perut Tania, namun tangannya masih mengelus perut buncit itu.
"Ada apa, kenapa kamu terlihat sedih begitu? Bukankah hari ini kita akan bertemu dengan orangtuamu, seharusnya kamu senang." ujar Vino.
Tania mengukir senyum diwajahnya, meskipun sedikit terpaksa. Tentu ia senang akan bertemu orangtuanya apalagi sudah lama tidak bertemu. Yang membuat bersedih adalah membayangkan perpisahannya nanti dengan bayinya setelah lahir.
"Aku hanya terharu Pak Vino mengajakku untuk bertemu orang tuaku, aku pikir akan bertemu mereka setelah waktu nya nanti tiba, saat kontrak kita sudah selesai." ucap Tania.
Vino membantu Tania bangun, lalu menarik tubuh wanita itu kedalam pelukannya. Ia tahu bagaimana rasa nya berpisah dari orangtua, maka ia pun mengerti perasaan Tania yang sudah beberapa bulan tidak bertemu dengan orangtuanya karena perjanjian yang mereka buat. Dan hari ini ia ingin mewakili dirinya sendiri dengan mempertemukan Tania dengan orangtuanya, dengan begitu setidaknya ia juga bisa sedikit mengobati rindu pada papa dan mamanya yang sudah lama menetap diluar Negeri.
"Sekarang ayo kita mandi, setelah itu kita sarapan dan bersiap-siap untuk pergi."
Vino mengurai pelukannya, ia meminta Tania untuk mandi lebih dulu dan sebelumnya sudah memeriksa dan memastikan lantai kamar mandi tidak licin. Tak lama kemudian setelah Tania selesai mandi, dan sekarang adalah giliran Vino untuk mandi.
...______________...
Vino memperhatikan rumah yang kini berada dihadapannya dengan menyeluruh, kalau diukur mungkin luas rumah itu sama dengan ukuran kamarnya di rumah utama. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, sungguh tak bisa membayangkan Tania tinggal di rumah yang kecil seperti itu. Belum lagi atap rumah yang berbahan seng itu sudah terlihat berkarat dan cat dindingnya sudah mengelupas, serta lantai teras ada beberapa keramik yang pecah, sungguh memprihatinkan dimata Vino.
Vino mengalihkan tatapannya pada Tania di sampingnya, ia menarik Tania dan merangkulnya sambil mengusap rambut yang dibiarkan tergerai sesuai permintaannya, semua riasan yang melekat di tubuh Tania setiap hari nya ia yang mengatur dan lama kelamaan Tania pun jadi terbiasa bahkan sedikit demi sedikit sudah bisa berdandan.
Vino menatap Tania dengan sendu, wanita yang tengah mengandung anaknya ini adalah wanita tangguh yang mengorbankan masa mudanya membanting tulang demi keluarga, sebelum ia menawarkan kontrak kerja sama pinjam Rahim.
Suara derit pintu yang terbuka membuat Tania dan Vino serentak menoleh, tatapan mereka tertuju pada sepasang paruh baya yang sudah berdiri di ambang pintu dengan mata yang berkaca-kaca menatap mereka.
"Tania, apa itu kamu, Nak?"
Tania hanya menganggukkan kepala tanpa bisa menjawab, kedua matanya sudah berembun dan mungkin sebentar lagi akan berderai air mata. Vino yang mengerti situasinya langsung saja menuntun Tania berjalan dengan masih merangkulnya menuju dua paruh baya di ambang pintu.
"Tania, akhirnya kamu pulang, Nak. Ayah dan Ibu sangat merindukanmu." Ayah langsung saja memeluk putrinya itu, entah kapan terakhir kali bertemu, seingatnya saat sadar usai pemasangan ring jantung ia sudah tak melihat Tania lagi. Sementara ibu mengusap-usap punggung putrinya itu sambil terisak.
Ayah mengurai pelukannya dan kini giliran ibu yang memeluk putrinya, namun hanya sebentar dan tatapannya beralih pada lelaki bertubuh tegap disamping Tania. "Apa dia...
"Iya, Bu, dia Pak Vino." sambung Tania.
Ibu menganggukkan kepalanya, lalu mengajak Tania dan Vino masuk kedalam rumah.
Setelah sudah berada didalam rumah, Tania mengerutkan keningnya melihat gerobak yang biasa ayahnya gunakan berjualan cilok keliling sebelum terkena sakit jantung yang nampaknya sedang diperbaiki. Ia menoleh menatap ayahnya, namun sang ayah malah mengalihkan tatapannya kearah lain yang membuat Tania berpindah menatap ibu meminta jawaban, namun ibu hanya menganggukkan pelan kepalanya. Tania pun mengerti apa yang terjadi, sisa uang yang dipakai untuk biaya pasang ring jantung ayah pasti diambil oleh Kakak nya, dan ayah ingin berjualan cilok keliling lagi untuk biaya kehidupan sehari-hari.
"Oh ya, bukankah Tania punya Kakak, dimana dia?" tanya Vino.
"Dia sedang keluar, paling nanti sebentar lagi juga pulang." jawab ibu, Vino menganggukkan kepalanya.
Ibu pun menuntun Tania dan Vino menuju ruang tamu yang hanya beralaskan tikar seadanya, tidak sepertinya ruang tamu rumah pada umum nya yang memiliki sofa atau setidaknya kursi.
Ayah kembali memeluk Tania begitu pun dengan ibu sambil mengusap-usap perut buncit Tania. Tania mengatakan usia kandungannya sudah tujuh bulan dan tidak akan lama lagi mereka akan kembali berkumpul seperti dulu setelah nanti ia melahirkan dan memberikan bayinya pada Vino, dan tentu nya ia dan Vino juga akan berderai.
Ayah dan Ibu hanya memasang ekpresi datar tak terbaca, di satu sisi mereka senang akan kembali berkumpul dengan putrinya, namun di sisi lain mereka turut sedih karena Tania akan berpisah dari bayinya.
Vino merasa terharu melihat Tania berpelukan dengan ayah dan ibu nya, ia dapat melihat kesedihan diwajah dua paruh baya itu meskipun mereka tak begitu menampakkannya. Tatapan Vino beralih pada tangan ayah dan ibu yang terus mengusap-usap perut Tania. Vino berpikir mungkinkah mereka menginginkan merawat cucunya meski hanya sebentar saja sebelum bayi itu benar-benar menjadi milik nya seoarang.
Memikirkan itu Vino merasa menjadi orang jahat karena akan memisahkan anak dari ibu nya, dan cucu dari kakek neneknya.
Vino berdehem yang membuat Tania, ayah dan ibu serentak menoleh ke arahanya.
"Aku akan mengubah sedikit isi surat perjanjian itu." ucap Vino tanpa berbasa-basi, dan Tania pun beringsut berpindah ke samping Vino. Menatap laki-laki itu penuh tanya begitu pun dengan ayah dan ibu.
"Apa maksud Pak Vino?" tanya Tania.
"Sebentar, aku telpon Bara dulu." jawab Vino sambil tersenyum pada Tania.
Setelah sambungan telepon dengan Bara telah terhubung, Vino langsung mengatakan pada inti nya yang berkeinginan mengubah sedikit isi surat perjanjianya dengan Tania.
Yaitu:
JIka pihak ll benar-benar hamil, anak yang dikandung akan menjadi hak milik pihak l, dan setelah melahirkan pihak ll akan menerima sisa pembayaran, selanjutnya akan dilakukan perceraian kemudian kepada pihak ll tidak boleh mengganggu pihak l dan anak tersebut.
Menjadi:
Jika pihak ll benar-benar hamil, anak yang dikandung akan menjadi hak milik pihak l, dan setelah melahirkan pihak ll boleh merawat bayinya hingga berusia 6 bulan. Setelah mencapai waktu yang telah ditentukan, pihak || akan menerima sisa pembayaran selanjutnya akan dilakukan perceraian kemudian kepada pihak ll tidak boleh mengganggu pihak l dan anak tersebut.
Bara begitu antusias merubah isi surat perjanjian itu. Jika Vino tidak berkeinginan menjadikan Tania istri yang sesungguhnya dan membesarkan bayi itu bersama-sama, setidaknya Tania berkesempatan untuk merawat bayinya meski hanya dalam waktu enam bulan saja.
Setelah sambungan telepon terputus Vino menatap Tania yang juga sedang menatapnya dengan berkaca-kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Sukliang
tidak adakah sedikit cinta vino
2022-11-27
3
Wiwik Daryanti
vino knpa sih tdk bakar saja surat perjanjian ngpain prthnkn ellza, ngk bs punya mendingan dgn tania bs ksh vino junijunior
2022-11-26
5
sryharty
lamar2 perjanjiannya di bakar sama vino,,dan hidup bahagia bersama
bikin Dede bayi lagi yang banyak deh
2022-11-26
1