Setelah memastikan Vino sudah benar-benar pergi, Tania bergegas masuk kedalam apartemen mencari Bara. Seperti biasa ia akan meminta asisten suaminya itu mengantarkannya untuk membeli camilan kesukaannya semenjak ia hamil.
Bubur kacang hijau, itulah yang menjadi makanan kesukaannya semenjak hamil. Beruntung tak jauh dari apartemen ada yang menjualnya sehingga ia tak begitu merepotkan Bara untuk mencarinya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tidak pernah meminta Pak Vino membelikan sesuatu yang kamu inginkan? Pak Vino kan sudah menjadi suami kamu, dan kamu sekarang juga sedang mengandung anaknya." ucap Bara.
Laki-laki yang tak kalah tampannya dari Vino itu, berdiri sambil bersandar didinding menunggu jawaban dari gadis yang sudah beberapa bulan ini menjadi teman bicaranya saling berbagi cerita.
Tania tampak menghela nafasnya, kemudian juga ikut bersandar didinding disamping Bara.
"Aku cukup tahu diri dengan posisi aku, hubunganku dengan Pak Vino itu tak lebih dari hubungan kontrak yang akan berakhir bila waktunya sudah tiba. Jadi, aku merasa tidak pantas saja meminta lebih darinya meskipun itu sudah menjadi hakku selama mengandung anaknya." ujar Tania dengan nada yang terdengar lesu.
Keduanya terdiam sejenak, dan beberapa saat kemudian Tania mengajak Bara untuk segera pergi membeli bubur kacang hijau ditempat langganan nya, agar tak kehabisan.
Setelah membeli bubur kacang hijau, Bara pun sekalian mengajak Tania untuk berbelanja stock susu ibu hamil dan vitamin serta kebutuhan ibu hamil lainnya, sesuai apa yang ditugaskan oleh Vino. Ia harus mengecek apa saja kebutuhan Tania yang sudah mulai berkurang dan segera membelinya sebelum habis.
Sementara itu, Vino baru saja sampai dirumah utama. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamar, raut wajahnya terlihat sangat lesu. Rumahnya yang sangat besar itu seperti tak berpenghuni karena setiap kali ia pulang tiada siapapun yang menyambutnya. Ah, rasanya sedikit menyesal ia pulang kerumah utama, kenapa ia tidak menginap di apartemen saja tadi. Disana ada Tania dan Bara yang bisa ia ajak mengobrol, namun ia kembali kesal saat mengingat keakraban istri dan asistennya itu.
Tidak tahu harus melakukan apa, Vino mengambil ponselnya kemudian menghubungi Bara untuk menanyakan keadaan Tania, padahal baru beberapa saat yang lalu ia pulang dari apartemen dan keadaan istrinya itu baik-baik saja.
"Saya sedang berada diluar bersama Nona Tania, Pak, tadi saya menemani Nona Tania membeli bubur kacang hijau kesukaannya dan sekarang kami berada di supermarket berbelanja kebutuhan Nona Tania yang hampir habis." ucap Bara di seberang telepon sambil memperhatikan Tania yang sedang memilih-milih produk susu ibu hamil.
"Bubur kacang hijau?" tanya Vino memastikan lagi apa yang didengarnya.
"Iya, Pak. Semenjak hamil, Nona Tania suka sekali makan bubur kacang hijau, hampir setiap hari saya menemaninya untuk membeli bubur kacang hijau." jawab Bara.
Mendengar jawaban asistennya itu Vino langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja. Baru beberapa saat yang lalu ia bertanya pada Tania apakah menginginkan sesuatu, namun istrinya itu menjawab tidak ada.
Vino benar-benar kesal, ia merasa tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh Tania. Apa susahnya mengatakan apa yang dia inginkan, kenapa selalu menjawab tidak padahal ternyata hampir setiap hari dia membeli bubur kacang hijau dengan meminta ditemani oleh Bara.
..._________...
Setelah puas berpesta ria bersama teman-temannya, Elzara pun berpamitan pulang karena hari sudah hampir gelap. Namun, sebelum pulang ia mampir ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhannya pokoknya yang sudah habis.
Saat baru membuka pintu mobilnya, Elzara mengernyitkan dahinya melihat dua orang yang dikenalnya keluar dari supermarket dengan membawa banyak belanjaan. Dua orang itu tak lain adalah Bara dan Tania.
Sejenak Elzara memperhatikan Tania dan Bara yang nampak akrab, dapat ia lihat dengan jelas Bara dan Tania saling bercanda tawa namun ia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.
Hingga beberapa saat Elzara terus memperhatikan Tania dan Bara yang kini sudah sampai dimobil, terbesit satu ide dipikirannya memanfaatkan situasi ini untuk ia jadikan tameng menyingkirkan Tania dari kehidupan Vino.
Elzara pun mengeluarkan ponselnya, kemudian memotret adegan adegan yang memperlihatkan Bara dan Tania yang memang terlihat sangat akrab. Setelah mengambil beberapa gambar, Elzara pun masuk kedalam supermarket.
Beberapa jam kemudian, setelah selesai berbelanja Elzara bergegas untuk pulang. Ia sudah tidak sabar memperlihatkan foto-foto Tania dan Bara, pada Vino.
Sesampainya dirumah, Elzara langsung menuju kamar ia tahu suaminya itu pasti sudah pulang dan berada dikamar. Dan benar saja, ia mendapati Vino sedang rebahan disofa sambil menatap langit-langit kamar.
"Vin, kamu masih ingat bukan? Aku pernah mengatakan jika anak yang dikandung Tania itu bukanlah anak kamu." ujar Elzara yang baru saja duduk disofa yang berhadapan dengan sofa tempat Vino berbaring.
Vino hanya melirik ke arah istrinya itu tanpa berniat menimpali.
"Sepertinya aku tahu siapa Ayah biologis bayi itu. Dia adalah orang kepercayaanmu yang kamu tugaskan untuk menjaga Tania, tapi sayangnya dia malah menusuk kamu dari belakang."
Elzara menatap suaminya dengan sinis, ucapannya barusan bukan hanya bertujuan untuk mempengaruhi Vino, namun juga lebih kepada menekankan pada suaminya itu jika memang dia tidak bisa memiliki keturunan.
"Lihat ini, didalam foto ini mereka terlihat sangat akrab, bukan?" Elzara memperlihatkan ponselnya pada Vino.
Namun, lagi-lagi Vino hanya melirik dan sama sekali tidak bergeming dari tempat pembaringannya, tetapi raut wajahnya terlihat begitu tidak bersahabat. Dalam hati ia mencerna apa yang baru saja dikatakan Elzara dengan menautkannya dengan kejadian beberapa saat lalu.
Tania tidak pernah mengatakan padanya setiap kali menginginkan sesuatu, dan bila ia bertanya pun selalu menjawab tidak. Namun, Tania malah meminta bantuan kepada Bara, dan juga mereka berdua terlihat sangat akrab.
Benarkah yang dikatakan Elzara jika bayi yang dikandung Tania bukanlah anaknya. Tetapi ia sendiri menjamin jika ia adalah laki-laki pertama yang menjamah tubuh Tania.
Ah, kepala Vino tiba-tiba saja berdenyut memikirkan hal itu. Ia tidak bisa berfikir dengan jernih saat ini.
"Coba kamu pikir, mereka tinggal didalam satu apartemen yang sama, ART yang kamu pekerjakan disana mana tahu apa saja yang mereka berdua lakukan. Siapa yang tahu, dan aku harap kamu tidak menjadi bodoh hanya karena ingin memiliki anak!" tukas Elzara yang membuat kepala Vino semakin sakit.
Vino pun seketika beranjak, ia langsung saja keluar dari kamar tanpa menoleh sedikitpun pada Elzara. Tetapi Elzara merasa senang karena ia yakin jika Vino pasti terpengaruh dengan ucapannya. Dapat ia lihat raut wajah Vino yang terlihat marah sebelum keluar dari kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
SR.Yuni
Elza semoga Tuhan membalas berkali lipat kejahatanmu dengan kamu gak bisa punya keturunan atau bahkan penyakit mematikan.
2023-11-19
1
Wirda Wati
Dasar Mak lampir elzahra
2023-09-23
2
Dinda Ainun
Jahat bgt Elzara, wajah cantiknya tdk mencerminkan hatinya...
Kasian Tania, pasti kena marah...
2022-10-31
4